Stella mengerti maksud Silvia. Matias adalah salah satu produser dari film tersebut. Jika mereka bisa berteman dekat dengan Ranty, pasti akan lebih mudah untuk terpilih menjadi desainer film.Dia sebenarnya tidak mengenal Ranty. Mereka memang bertemu di acara lelang waktu itu, tapi dari awal sampai akhir, Ranty tidak pernah mengatakan sepatah kata pun padanya.Kalau dia pergi menghampiri wanita itu sekarang, dia juga tidak tahu apa wanita itu akan meladeninya?Namun, pada saat ini, Silvia sedang menatapnya dengan serius. Dia tentu tidak bisa menolak. Dia pun terpaksa mengangguk dan berkata, “Oke!”Silvia meraih tangannya dan berkata sambil tersenyum, “Nanti kalau aku menjadi desainer di film Pak Nathan ini, aku akan segera mengusulkan pada Bu Wendy untuk mempromosikan kamu jadi desainer!”“Terima kasih, Kak Silvia!” Stella tersenyum lembut.Ketika mereka sedang berbicara, terdengar suara keributan di pintu masuk aula acara tersebut. Mereka menoleh untuk melihat ke sana dan melihat Gina
“Sales? Lumayan juga. Selama punya motivasi, pasti punya masa depan!” ujar Mandy sambil tersenyum.“Iya!” Sonia mengangguk sambil tertawa kecil.Di sisi lain. Pak Nathan memanggil Siska Dayanti dan memperkenalkannya dan Gina Tanadi agar mereka saling kenal. Bagaimanapun juga, mereka akan menjadi kakak beradik di dalam film. Kalau mereka bisa akrab lebih dulu sekarang, di dalam film jadi lebih terlihat nyata.Siska berkata dengan nada merendah, “Halo, Bu Gina. Aku penggemarmu. Bekerja sama denganmu adalah impianku sejak masih sekolah!”Gina tersenyum kecil dan berkata, “Jangan bilang kamu tumbuh dewasa dengan menonton dramaku. Aku hanya dua tahun lebih tua darimu. Kalau kamu bilang begitu, aku akan terkesan sangat tua!”Siska tampak canggung dan malu. Manajernya di sebelahnya buru-buru berkata, “Bu Gina, kamu salah paham. Siska nggak bermaksud seperti itu. Dia hanya terlalu bersemangat bertemu denganmu, jadi salah ngomong!”“Jangan panggil aku Ibu. Kita semua hanyalah aktor. Yang pentin
Wanita-wanita lain melihat mereka dengan iri. Ada banyak sekali wanita cantik dan sosialita di sini, tapi satu-satunya wanita yang bisa berdiri di samping presdir Herdian Group hanyalah Gina.Reza berjalan dikelilingi banyak orang. Matanya menyapu aula acara tersebut, sampai dia menemukan Sonia yang berdiri di depan jendela. Dia tersenyum dan ekspresinya menjadi lebih lembut.Para bos besar sedang mengobrol di kelompok pertemanan masing-masing dan aula acara itu pun kembali tenang seperti sebelumnya. Namun, topik pembicaraan di antara para wanita masih tentang Gina.Silvia adalah penggemar Gina, sehingga dia tahu sedikit lebih banyak tentang latar belakang keluarga wanita itu. Saat ini, dia berkata dengan kagum. “Gina benar-benar memiliki kehidupan yang kita para wanita inginkan. Karirnya bagus, kehidupan cintanya bagus, dan semua yang dimilikinya yang terbaik!”Mellie tersenyum kecil dan berkata dengan nada masam, “Dia kan bernasib baik terlahir di keluarga yang kaya! Di dunia ini mem
Sonia sudah makan sepiring kue sambil mendengarkan percakapan mereka, bersandar di jendela dan bermain game di ponselnya.Wendy melihat Pak Nathan menjawab telepon dan pergi ke koridor. Dia pun bangkit dan mengikuti pria itu. Dia ingin menanyakan pendapat Pak Nathan tentang desain kostumnya.Silvia memperhatikan Wendy pergi, menoleh dan berbisik kepada Stella, “Kurasa Ranty punya waktu sekarang. Ayo kita hampiri dia dan berkenalan dengannya!”Stella tersenyum kecil dan berkata, “Oke!”Keduanya pun mencari alasan dan berpamit pergi.Mellie memandangi punggung Silvia, mencibir diam-diam, dan berkata kepada Mandy, “Di antara kita, dia yang paling suka menjilat orang. Sebagai seorang desainer, kita seharusnya mengandalkan kemampuan dan karya kita sendiri!”Mandy tahu bahwa Mellie dan Silvia hanya kelihatan dekat dari luar saja, tapi saling memandang rendah satu sama lain di belakang. Jadi, dia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.***Stella dan Silvia berjalan ke arah Ranty. Stell
Stella berdiri diam di tempat. Silvia berbalik badan dan tersenyum. “Bu Ranty, apa ada yang lain?”Ranty datang menghampiri mereka. Sikapnya yang tadinya dingin berubah. Dia tersenyum kecil dan berkata, “Kalian bilang kalian dari Arkava Studio?”Silvia langsung berkata, “Iya!”“Ternyata diundang oleh tim produksi. Aku selalu tertarik dengan studio desain kalian. Ada berapa orang yang datang ke sini? Boleh nggak kenalin aku pada yang lain?” kata Ranty.Stella tampak sedikit kaget. Dia tidak tahu mengapa sikap Ranty tiba-tiba berubah.Silvia merasa tersanjung dan berkata, “Tentu saja. Silakan ikut aku!”Ranty tidak melirik Stella sama sekali dan pergi bersama Silvia.Stella memalingkan wajahnya dan buru-buru mengikuti mereka.Wendy tidak ada di sana, sementara Mellie dan Mandy sedang mengobrol. Ketika melihat Silvia membawa Ranty datang, mereka langsung berhenti berbicara dan menoleh dengan heran.Sonia sedang bermain game, tapi saat melihat tatapan Ranty, dia sedikit mengangkat alisnya.
Keluarga Atmojo juga memiliki bisnis di dalam industri perhiasan, terutama untuk diekspor ke pasar Eropa dan Amerika. Desainer yang mereka pekerjakan juga berasal dari luar negeri. Mereka jarang bekerja sama dengan desainer dalam negeri.Ini adalah kesempatan bagi Mandy untuk go international.Mandy tertegun sejenak dan tiba-tiba berkata dengan gembira, “Oke, terima kasih Bu Ranty, karena telah memberiku kesempatan ini. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu!”Ranty tersenyum dan berkata, “Kamu harus berterima kasih pada asistenmu, karena aku sangat menyukainya!”Sonia menahan tawa dan mengangguk dengan tenang, “Terima kasih, Bu Ranty, karena telah menyukaiku!”Mandy meraih lengan Sonia dengan lembut dan berkata, “Terima kasih karena telah menyukai Sonia. Sonia dan aku akan bekerja sama untuk memberi layanan terbaik untuk merek perhiasannya Bu Ranty.”“Baguslah!” Ranty tersenyum dan berkata, “Aku masih ada urusan, jadi aku tinggal dulu, ya. Kalau ada urusan, kalian bisa datang mencariku k
Sonia tersenyum. “Puas! Hanya saja pujiannya agak terlalu lebay.”Ranty membalas, “Kenapa lebay? Mana yang nggak benar? Kamu yang terbaik di hatiku!”“Sebenarnya, aku nggak bermaksud untuk mencari masalah dengan orang-orang dari studiomu, tapi adikmu tadi itu datang menghampiriku dan ingin panjat sosial. Konyol sekali! Kalau dia masih diam-diam menindasmu lagi, aku akan mencari kesempatan untuk membalasnya!”Sonia mengangkat alisnya dan membalas, “Dia mengenalmu?”“Pernah ketemu sekali di sebuah acara lelang, tapi sama sekali nggak bicara. Aku juga nggak tahu kenapa dia merasa kami adalah teman?”Sonia menduga Stella tahu kalau Matias adalah salah satu produser untuk film tersebut, jadi dia mengajak Silvia untuk berkenalan dengan Ranty.Sonia masih mengobrol dengan Ranty lewat pesan. Mandy menoleh dan berkata, “Son, aku melihat seorang kenalan di sana. Aku pergi menyapanya dulu, ya!”Sonia mengangguk dan berkata, “Oke, pergilah!”“Aku akan kembali sebentar lagi!” Mandy tersenyum, bangk
Siska tahu asisten direktur sengaja meremehkan dirinya untuk menyanjung Gina. Dia merasa sangat kesal dalam hati, tapi ekspresinya tetap rendah hati dan lembut. “Iya, aku berharap Kak Gina bisa mengajariku banyak hal saat bekerja bersama nanti!”Asisten direktur itu berkata, “Kalaupun kamu hanya mendapat sedikit bimbingan dari Gina, itu bisa bermanfaat seumur hidup untukmu.”Senyum Siska tetap tidak berubah. “Apa yang Bapak katakan benar!”Gina sedikit merendah, lal melihat sekeliling aula acara tersebut. Dia memanggil Kak Bella untuk datang, lalu tersenyum dan berkata, “Aku melihat Sonia, sepertinya datang sendiri. Kamu jaga dia.”Kak Bella mengiyakan, lalu pergi.Siska tampak sedikit kaget. Dia tidak menyangka Gina dan Sonia juga berteman.Dia jadi semakin benci. Seolah-olah orang-orang yang dia tidak sukai berkumpul bersama!Ketika Gina pergi, Siska menghentikan pelayan yang membawa anggur dan bertanya dengan suara rendah, “Apa kamu melihat wanita yang duduk di bawah jendela itu? Di
Sonia memutar bola matanya. Angin sepoi-sepoi mengembus rambut di samping telinga Sonia. Rambut itu melayang ke pipi putih mulus Sonia. Kelembutannya sungguh meluluhkan hati orang-orang yang melihatnya.Pada saat ini, Sonia menggigit bibirnya sembari tersenyum. “Kalau nggak, kamu cari dia untuk bahas soal energi terbarukan.”Reza tersenyum dingin. “Aku lebih ingin bahas soal papan nama Suki di altar persembahan kediamannya!”Sonia menarik napas dalam-dalam. “Kamu sudah tahu?”Reza menyipitkan matanya. “Ternyata kamu juga tahu! Kamu beri tahu dia kalau kamu itu Suki?”Sonia segera menggeleng. “Nggak!”Suki sudah “meninggal”. Sonia tidak mungkin mengungkitnya terhadap siapa pun!Tatapan Reza masih kelihatan dingin. “Sebelumnya kalian sudah saling kenal? Apa kalian punya hubungan dekat sewaktu di medan perang?”Sonia berpikir sejenak. “Jujur saja, sebelum bertemu dengan dia, aku sama sekali nggak mengingatnya.”“Bagaimana setelah bertemu dengannya? Ketika melihat dia membangun altar untuk
Kase berkata dengan serius, “Banyak sekali pekerjaanku, contohnya mesti menghadapi wajah muram si Rayden setiap hari.”Sonia terdiam membisu. Ketika melihat wajah Kase, tiba-tiba Sonia kepikiran dengan sosok Melvin.Tidak! Melvin jauh lebih imut daripada Kase!…Sore harinya, Sonia menghubungi Johan dan Frida. Dia menyuruh mereka untuk tetap tinggal di Hondura dan jangan bertindak gegabah. Sonia sudah menemukan sasarannya. Dia akan mulai menyusun rencana pembunuhannya. Kemudian, dia akan mengutus orang untuk memasukkan Firda dan Johan ke dalam Istana Fers.[ Eka: Bos, apa Kak Reza marah sekali? Dia tidak persulit kamu, ‘kan? ][ Ariel: Kamu lagi mencemaskan Bos? Tapi kenapa sekarang kamu kelihatan sangat bersemangat? Apa maksudmu? ][ Eka: Kenapa kamu membongkarku? ][ Ariel: Aku hanya nggak berharap Bos dikelabui saja! ]Tidak ada lagi yang bersuara. Beberapa menit kemudian, Eka baru mengirim pesan lagi.[ Kita bahas soal serius dulu! Bos, bagaimana dengan sasaran kita? ][ Sonia: Sed
Kaki panjang Reza menindih Sonia. Lengannya menopang di samping wajah si wanita. Dia memberi ciuman hangat dan membara kepada Sonia. Saking lamanya ciuman yang diberikan Reza, sekujur tubuh Sonia terasa lemas. Dia mengangkat tangannya untuk menahan wajah Reza, menggigit bibirnya dengan perlahan dengan mata berlinang air mata.“Reza, pergilah! Tinggalkan Istana Fers! Kamu bisa tunggu aku di Hondura. Setelah misiku selesai, aku akan pergi mencarimu.”Lantai B12 itu bukanlah tempat yang sederhana. Demi menghalangi kepergian Tensiro, Rayden pasti bukan hanya mengandalkan bujukan dan iming-iming.Begitu senjata gelombang mikro diaktifkan, seluruh Istana Fers akan berubah menjadi puing-puing.Sonia memiliki firasat kuat jika Rayden benar-benar diprovokasi, dia akan melakukan tindakan yang sangat gila. Ini adalah misi yang dijalankan Sonia. Dia juga tidak berharap gara-gara dirinya, semuanya akan terjebak dalam bahaya.Reza menyandarkan dagunya di atas kening Sonia, seolah-olah dia tahu apa
Tidak lama kemudian, Rayden menyadari Bondala sedang menatapnya. Dia segera mengalihkan pandangannya, lalu menyuruh Winston untuk mempersiapkan data energi terbarukan.Tatapan Reza menjadi suram, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.…Saat kembali ke vila tempat tinggal sementara Reza, Theresia menutupi pintu. Nada bicaranya seketika menjadi santai. “Mau minum apa? Gimana kalau alkohol?”“Tidak usah, cukup air saja!” ucap Sonia dengan suara lembut.“Kalau begitu, kopi saja, deh. Rayden suruh anggotanya untuk antar biji kopi berkualitas tinggi. Aromanya cukup wangi!” Theresia berjalan ke depan meja, lalu mulai membuatkan kopi untuk Sonia.Sonia duduk di kursi tinggi depan meja bar sembari menatap Theresia yang sedang menimbang biji kopi dan menggilingnya. Gerakannya kelihatan sangat santai dan elegan.Saat pertama kali bertemu, kesan Sonia terhadap Theresia sangat bagus. Pada saat itu, dia kira Theresia adalah temannya Ranty.Saat bertemu kali ini, dia baru menyadari sebenarnya semua
Langit biru jernih membentang luas. Sungai kecil mengalir deras. Rerumputan hijau tumbuh lebat di tepiannya. Bayangan pohon willow keemasan terpantul di permukaan air, mengikuti aliran sungai. Sementara di seberang sungai sana, pegunungan menjulang dengan lanskap yang begitu luas dan megah.Theresia berjalan ke tepi sungai. Airnya kelihatan sungguh nyata. Saking jernihnya, terlihat batu-batu kerikil yang indah di bawah sana. Bahkan, beberapa ekor ikan kecil dan udang juga kelihatan sedang berenang di dalamnya.Apakah mereka benar-benar sedang berada di lantai 12 bawah tanah?Wanita berambut pirang duduk di bawah tenda. Di atas taplak meja yang bersih itu diletakkan berbagai jenis buah-buahan dan juga camilan. Ada juga ayunan dengan dua tempat duduk di sebelah. Sepertinya biasanya wanita berambut pirang dan Tensiro sering bersantai di sini.Setelah duduk beberapa saat di sini, wanita berambut pirang membawa Sonia dan Theresia kembali ke koridor. Pintu yang satu lagi dibuka, terlihat pa
Rayden membawa orang-orang untuk berjalan melewati koridor. Pada akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan yang sangat amat luas. Di dalamnya terdapat ruang baca, ruang tamu, ruang makan, dan juga kamar.Saat ini, ada seorang pria berusia sekitar 40-an berpakaian putih dan bermasker sedang duduk di ruang tamu. Dia berdiri di depan komputernya. “Tuan Rayden.”Rayden memperkenalkan kepada mereka, “Dia adalah penanggung jawab di sini, Profesor Tensiro!”Tensiro kelihatan sangat waspada ketika melihat kedatangan banyak orang. Dia mengamati mereka sejenak, lalu mengangguk dengan perlahan.Sonia spontan menurunkan tangannya. Pria itu memang mengenakan masker, tetapi Sonia bisa mengenali pria itu dari sepasang matanya. Pantas saja Sonia tidak bisa menemukannya selama ini!Ketika melihat lingkungan sekitar, sepertinya pria ini akan selalu tinggal di tempat ini. Kedua mata Sonia berkilauan. Dia menatap bayangan punggung Reza. Tiba-tiba dia bisa mengajukan untuk berkunjung ke laboratorium gelomba
Himawan datang untuk menyapa, “Tuan Kase, Nona Ruila, Tuan Rayden tahu kalian akan ke sini. Dia sudah menunggu kalian dari tadi!”Kase pun berkata dengan tersenyum, “Kalau begitu, ayo kita ke atas!”“Silakan, Tuan Kase!” Himawan sedikit menunduk. Rambut ikal cokelat keemasan yang agak panjang tergerai di sisi telinganya, membuatnya kelihatan sangat tegas dan serius.Semua orang berjalan bersama menuju lantai atas dan masuk ke kantor Rayden. Saat ini, Rayden dan Winston langsung melangkah maju untuk menyambut mereka.Setelah berbasa-basi, mereka duduk di tempat. Kali ini, Rayden berkata dengan serius, “Pertama-tama, aku ucapkan selamat datang kepada Raja Bondala dan Tuan Kase ke Istana Fers. Kalau jamuanku kurang memuaskan, aku harap kalian bisa memakluminya.”“Anggota Istana Fers, sudah mengerahkan tenaga dan uang banyak dalam pengembangan energi terbarukan. Sekarang kami butuh kalian berdua sebagai mitra kerja sama untuk mengembangkannya ke pasaran. Kalau kalian punya persyaratan atau
Sonia yang sedang duduk di depan meja makan merasa tidak sanggup untuk menelan lagi. Dia segera meminum sup, lalu berdiri. “Semuanya, aku ambil barang sebentar di atas!”Kase juga ikut berdiri. “Aku juga pergi ganti pakaian dulu. Mohon Raja Bondala tunggu sebentar!”Kase pun berjalan pergi.Kening Reza semakin berkerut ketika menatap bayangan punggung Kase. Betapa inginnya dia menggebuki pria di hadapannya ini. Theresia spontan tertawa.Reza meliriknya. “Apa lucu?”“Nggak!” Theresia menggeleng. “Aku hanya merasa Sonia bahagia sekali!”Reza menurunkan kelopak matanya. Raut wajahnya masih kelihatan muram, hanya saja tatapannya sudah berubah melembut.…Sonia memasuki kamar. Kase juga mengikutinya, lalu berpesan, “Nanti saat kita pergi menemui Rayden, kamu naik bersamaku. Kamu jangan beraksi sendiri. Kamu mesti berhati-hati dengan Rayden dan juga Raja Bondala.”Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Ada apa dengan Raja Bondala?”“Aku juga tidak tahu bagaimana mengatakannya, tapi aku merasa di
Lantai tangga dan ruang tamu memang dilapisi karpet, tetapi tubuh Kase tetap terasa pegal. Dia berdiri dengan merintih kesakitan. Pada saat ini, dia kebetulan bertatapan dengan Bondala, raut wajahnya semakin muram lagi!Kase menepuk-nepuk pakaiannya, lalu tersenyum berlagak tidak terjadi apa-apa. “Aku tidak sengaja tergelincir. Tidak apa-apa, aku tidak merasa sakit sama sekali!”Theresia takut dirinya tidak bisa menahan tawanya. Dia segera memalingkan kepalanya ke sisi jendela menatap ke halaman di luar.Reza selalu bersikap tenang. “Aku kira begini cara Keluarga Milana memberi hormat kepada tamu!”Kali ini, Theresia benar-benar tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia keceplosan dan segera menutup mulutnya.…Sonia baru saja selesai mandi. Saat dia mengambil pakaiannya, dia melihat obat yang diletakkan Kase di atas nakas. Terlihat cairan di dalam botol kaca berwarna cokelat transparan. Sonia spontan kepikiran dengan celotehan Kase tadi.Namun, apa yang dikatakan Kase memang benar. Sekaran