Bruno dan yang lainnya sangat sibuk. Yandi juga tidak sempat menemani Sonia dan yang lainnya. Dia pun ikut membantu.Ranty tersenyum sambil memasukkan gulungan daging ke dalam panci, “Begini baru suasana restoran yang baru dibuka!”Matias memasukkan daging rebus ke dalam mangkuknya, mengangguk dan berkata, “Rasanya enak sekali, dan sayurannya segar. Selama bisa dipertahankan, pelanggan yang datang pasti akan banyak.”Sonia suka daging dan makanan pedas. Hot pot hari ini sangat pas dengan seleranya, tapi dia cuma makan beberapa suap. Reza memanggil Bruno dan mengganti kuah hot pot-nya menjadi yang tidak pedas. Dia tidak memperbolehkan Sonia makan makanan pedas lagi .Melihat Sonia yang kurang senang tapi tidak berani mengatakannya, Ranty langsung merasa kesal dan berkata, “Pak Reza, ini keterlaluan! Aku sudah lama pacaran dengan Matias, tapi coba kamu tanya dia, apa dia pernah mengatur-atur aku?”Reza menatap Matias, tiba-tiba tersenyum dan berkata, “Kudengar Ranty nggak bisa minum alko
“Menunya sudah datang!”Ranty datang membawa satu piring besar, meletakkannya di atas meja, dan berkata dengan bangga, “Aku yang memotongnya. Ayo dicoba!”Sonia membawa sepiring bakso sapi dan meletakkannya di atas meja. Melihat Reza sedang memandang ke arahnya, dia berhenti dan menjelaskan, “Ini aku yang menaruhnya ke piring!”Semuanya tidak bisa menahan tawa mereka. Kuah hot pot sudah mendidih, daging dan sayuran di dalamnya juga sudah matang. Sangat membangkitkan selera.Reza mendapat telepon. Dia melihat ke layar ponselnya sejenak, lalu mengangkat telepon itu.Orang yang meneleponnya adalah kepala kantor polisi di Gotham. Kepala polisi itu berkata dengan takut, “Pak Reza, aku benar-benar minta maaf. Aku nggak tahu menahu dengan apa yang terjadi hari ini. Aku bahkan nggak tahu kalau Bapak membuka restoran di sini. Apa itu franchise?”“Temanku yang membukanya!” kata Reza pelan.“Sama saja!” Kepala polisi itu langsung tertawa dan berkata, “Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya
Ketika Sonia dan yang lainnya hendak pergi setelah makan, masih ada pelanggan yang datang ke toko. Yandi mengantar mereka ke pintu dan berkata kepada Ranty dan Matias, “Kalian boleh datang kapan saja. Kapan pun kalian datang, makanannya gratis!”Ranty tersenyum lebar dan berkata, “Jangan khawatir. Aku pasti akan sering ke sini.”Yandi tersenyum tulus, lalu menatap Sonia dan Reza. “Hati-hati di jalan!”Mereka mengucapkan selamat tinggal kepada satu sama lain, lalu masuk ke mobil dan pergi.Matias minum alkohol tadi, jadi supir yang mengemudikan mobilnya waktu pulang. Wajah Ranty merona merah. Dia bersandar di tubuh Matias. Kelihatan sekali, dia agak mabuk.Matias memeluk pinggang Ranty dan memberi wanita itu posisi yang nyaman untuk bersandar padanya. Dia kemudian mengambil laptopnya dan membuka email.“Oh iya!” Ranty tiba-tiba mengangkat kepalanya, menyandarkan dagunya di bahu Matias, dan berkata dengan marah, “Aku lupa bertanya pada Sonia tentang Yandi!”Matias menundukkan kepalanya d
“Oke,” jawab Sonia.Tubuh mereka bau hot pot, jadi begitu pulang ke rumah, mereka langsung mandi dulu. Reza pergi ke ruang kerjanya untuk mengurusi kerjaan, sementara Sonia membuat draf desainnya.Sonia sudah punya ide, sehingga bisa menyelesaikannya dengan sangat cepat. Setelah menyelesaikan desainnya, dia pergi ke ruang tamu untuk menonton film.Reza mengubah jadwalnya untuk besok, jadi dia rapat online dua kali berturut-turut. Ketika dia keluar dari ruang kerjanya, hati sudah gelap. Tirai di ruang tamu juga sudah ditutup, jadi ruangannya semakin gelap. Hanya ada cahaya televisi.Dia melihat layar televisi dan kebetulan ada seorang wanita yang sudah berubah menjadi zombie dengan rambut acak-acakan berjalan ke arahnya.Dia mengerutkan kening dan langsung mematikan TV.Sonia mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan bingung, “Aku nonton sendiri!”“Kamu nggak boleh menontonnya sendiri. Pantas saja kamu sering mimpi buruk. Itu karena kamu menonton film-film seperti ini,” kata Reza denga
Ranty terkekeh dan berkata, “Kamu bos wanita di sini!”Sonia bereaksi agak lambat. “Di sini?”Ranty mengangkat alisnya dan tersenyum lebar. “Iya, hotel ini milik Herdian Group.”Dia tersenyum dan berkata dengan nada menggoda, “Itulah mengapa ada banyak sekali orang yang ingin menjadi istri presdirnya Herdian Group. Ke mana pun kamu pergi, pasti selalu ada kejutan di mana-mana!”Sonia mengangkat alisnya dan tidak mengatakan apa-apa.Tak lama kemudian, matahari terbenam. Setelah sinar matahari meredup, langit akan ditelan oleh kegelapan.Lampu hotel dinyalakan. Pepohonan dan danau di sekitarnya tiba-tiba menjadi berwarna-warni, melanjutkan keindahan mereka.Ranty mendapat telepon dari Matias yang menanyakan dia ada di mana.Melihat Mandy turun dari mobil, Sonia menoleh pada Ranty dan berkata “Kamu cari Matias saja. Aku akan naik sendiri!”“Nggak, dia nggak sepenting kamu!” Ranty menyipitkan mata dan tersenyum.“Tapi, kamu adalah pendampingnya hari ini! Bosku juga sudah datang.” Sonia men
Sonia melirik Stella dan berkata dengan tenang, “Dia mungkin akan mengira kamu akan fashion show di acara hari ini!”Stella tercekat. Wajahnya memucat. Dia menggertakkan giginya dan menatap Sonia.Sonia mengabaikannya dan langsung berjalan pergi.Acara itu diadakan dengan menggunakan seluruh area di lantai satu. Dekorasinya mewah, dengan jendela tinggi yang menunjukkan pemandangan luas di luar, dengan lampu kristal besar dan karpet tebal dan mahal, serta berbagai dekorasi yang elegan lainnya. Begitu masuk ke dalam, orang-orang akan merasa seperti memasuki dunia lain.Ada orang yang sudah datang lebih awal di aula acara. Para pria mengenakan setelan jas yang bagus, dan para wanita semuanya berdandan dengan manis. Mereka memakai berbagai jenis permata dan berlian, berjalan dengan anggun dan elegan di antara para pria.Wendy adalah pemilik studio tempat Mandy dan Silvia bekerja, dan saat ini dia belum datang. Jadi, Mandy dan Silvia berdiri di pojokan untuk menunggunya datang.Setelah bebe
Stella mengerti maksud Silvia. Matias adalah salah satu produser dari film tersebut. Jika mereka bisa berteman dekat dengan Ranty, pasti akan lebih mudah untuk terpilih menjadi desainer film.Dia sebenarnya tidak mengenal Ranty. Mereka memang bertemu di acara lelang waktu itu, tapi dari awal sampai akhir, Ranty tidak pernah mengatakan sepatah kata pun padanya.Kalau dia pergi menghampiri wanita itu sekarang, dia juga tidak tahu apa wanita itu akan meladeninya?Namun, pada saat ini, Silvia sedang menatapnya dengan serius. Dia tentu tidak bisa menolak. Dia pun terpaksa mengangguk dan berkata, “Oke!”Silvia meraih tangannya dan berkata sambil tersenyum, “Nanti kalau aku menjadi desainer di film Pak Nathan ini, aku akan segera mengusulkan pada Bu Wendy untuk mempromosikan kamu jadi desainer!”“Terima kasih, Kak Silvia!” Stella tersenyum lembut.Ketika mereka sedang berbicara, terdengar suara keributan di pintu masuk aula acara tersebut. Mereka menoleh untuk melihat ke sana dan melihat Gina
“Sales? Lumayan juga. Selama punya motivasi, pasti punya masa depan!” ujar Mandy sambil tersenyum.“Iya!” Sonia mengangguk sambil tertawa kecil.Di sisi lain. Pak Nathan memanggil Siska Dayanti dan memperkenalkannya dan Gina Tanadi agar mereka saling kenal. Bagaimanapun juga, mereka akan menjadi kakak beradik di dalam film. Kalau mereka bisa akrab lebih dulu sekarang, di dalam film jadi lebih terlihat nyata.Siska berkata dengan nada merendah, “Halo, Bu Gina. Aku penggemarmu. Bekerja sama denganmu adalah impianku sejak masih sekolah!”Gina tersenyum kecil dan berkata, “Jangan bilang kamu tumbuh dewasa dengan menonton dramaku. Aku hanya dua tahun lebih tua darimu. Kalau kamu bilang begitu, aku akan terkesan sangat tua!”Siska tampak canggung dan malu. Manajernya di sebelahnya buru-buru berkata, “Bu Gina, kamu salah paham. Siska nggak bermaksud seperti itu. Dia hanya terlalu bersemangat bertemu denganmu, jadi salah ngomong!”“Jangan panggil aku Ibu. Kita semua hanyalah aktor. Yang pentin
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m