Pihak klien langsung merasa sangat puas setelah melihat hasil desain Mandy, setelah mereka menyarankan sedikit perbaikan kecil di beberapa bagian, kedua belah pihak pun langsung menandatangani perjanjian kerahasiaan.Mandi memanggil Sonia sambil menyerahkan perjanjian tersebut. Lalu berkata kepadanya, “Bawa ini ke Ibu Wendy, perjanjian ini membutuhkan tanda tangannya.”“Baik,” ucap Sonia yang langsung berangkat menuju ruangan Wendy.Sonia mengetuk pintu dan masuk, saat itu Wendy sedang menjawab telepon sehingga hanya meliriknya dengan acuh tak acuh.Setelah menunggu sekitar lima menit, Wendy akhirnya menutup teleponnya. Barulah Sonia melangkah maju dan menyerahkan perjanjian tersebut.Wendy hanya menyingkirkan dokumen tersebut dari hadapannya, lalu berkata dengan tenang, “Tunggu sebentar, ada yang harus aku selesaikan sekarang, sebentar lagi aku akan melihatnya. Sebaiknya kamu menunggu saja di luar dulu!”Sonia kembali mengingatkan, “Mandy dan klien sedang menunggu kesepakatan ini di b
Di kantor Wendy, Sonia kembali mengetuk pintu dan berjalan masuk, “Ibu Wendy, apakah perjanjiannya sudah ditandatangani?”Wendy menjawab tanpa mengangkat kepalanya, “Kamu nggak lihat aku sedang sibuk!”Mata Sonia redup, perempuan itu berjalan lurus dan mengambil kembali perjanjian tersebut, “Berhubung Ibu Wendy saat ini sibuk, maka aku nggak akan mengganggu Ibu. Aku akan mencoba menelepon Pak Juno, mungkin hari ini beliau bisa datang ke kantor.”Wendy langsung mengangkat kepala sambil menyipitkan matanya, “Kamu berani mengancamku dengan menggunakan nama Pak Juno?”“Bukan seperti itu, aku hanya nggak ingin mengganggu Ibu Wendy yang sedang sibuk.” Raut wajah Sonia terlihat tenang, tidak terlalu merendah juga tidak sombong.Wendy menatapnya dengan dingin, setelah beberapa detik berlalu tanpa suara, perempuan itu mengulurkan tangannya. “Berikan perjanjian itu kepadaku!”Sonia mengembalikan perjanjian itu.Wendy menandatanganinya dan berkata dengan dingin, “Jangan kira aku takut padamu, sek
Sorenya ketika jam masuk kerja setelah istirahat, Sonia tiba-tiba mendapat telepon dari Stella. “Sonia, aku sedang bertemu klien di luar dan lupa membawa alamatnya. Alamatnya ada di laci pertama mejaku. Boleh nggak bantu lihatkan?”“Oke, aku akan mengirimkannya padamu nanti!” Sonia menutup telepon.Dia berjalan ke meja Stella, membuka laci, dan mencari alamat yang diinginkan Stella di dalamnya.Ada setumpuk draf desain di bagian atas. Sonia mencari ke bawah dan melihat alamat itu. Dia kemudian mengambil foto alamat itu dengan ponselnya dan mengirimkannya ke Stella.Stella dengan cepat membalas pesannya, “Oke, makasih!”Sonia tidak membalas dan langsung pergi ke mejanya untuk bekerja.Sebelum pulang kerja, Stella menyerahkan draf desain yang dibuatnya kepada Silvia. “Kak Silvia, Kakak menyuruhku untuk menggambar tiga desain untuk melatih kemampuanku. Aku sudah selesai menggambarnya.”Silvia mengambil gambar-gambar itu dan melihatnya. Dia melihat dengan takjub dan berpikir Stella memang
“Hmm!” Sonia hanya bergumam, tidak menjawab.Reza menoleh dan mencium bagian belakang telinga Sonia. Melihat wanita itu sepertinya tidak ingin membicarakannya, dia pun mengubah topik pembicaraan, “Kamu pesan apa untuk Yandi?”Selesai main, Sonia bangkit dan berkata, “Aku nggak pesan apa pun untuk Yandi. Dia bilang dia nggak butuh barang-barang seperti itu.”Reza tidak bisa menahan tawanya dan berkata, “Dia hanya sungkan. Kamu percaya pula!”Sonia menatapnya dengan polos dan berkata, “Bukan sungkan. Dia nggak perlu sungkan padaku!”Reza berkata dengan nada cemburu, “Hubungan kalian sedekat itu?”Sonia memutar bola matanya dan berkata dengan pelan, “Biasa saja!”Reza mencubit dagunya dan mencium bibirnya. “Apa dia tahu kamu punya pacar?”Sonia mengangguk dan berkata, “Dia juga tahu nama pacarku Reza!”Mendengar itu, ekspresi Reza pun sedikit melembut. Dia memeluk pinggang Sonia erat-erat, mencium wanita itu dengan obsesif dan berkata dengan suara rendah, “Aku akan menyuruh orang untuk me
Yandi mengambil bangku dan berjemur di depan pintu. Kumis dan janggutnya sudah lumayan panjang, membuatnya terlihat kuat. Ketika orang lain melihatnya, mereka akan dengan cepat mempercepat langkah mereka. Tidak ada yang datang untuk makan.Mereka serius untuk membuka restoran, hanya Yandi yang menganggap restoran ini sebagai panti jompo.“Bos, bagaimana kalau kamu berjemur di tempat lain?” tanya Bruno dengan nada membujuk.Yandi membuka matanya dan berkata dengan suara dingin, “Aku mau di sini. Aku mau lihat apa orang-orang dari Steamboat Champion berani datang mencari masalah?”“Hei!” Leon tertawa dan berjalan ke arah Yandi. “Orang-orang dari Steamboat Champion memang nggak datang. Pelanggan juga takut mau datang!”Yandi mengerutkan kening dan berkata, “Apa hubungannya dengan pelanggan?”Bruno tertawa dan berkata, “Kalau kamu seperti ini di sini, siapa yang berani masuk?”Yandi menyentuh wajahnya dan berkata, “Ada apa denganku? Aku terlihat menakutkan?”Bruno berkata, “Kamu bisa menak
Pasangan muda itu bangun dengan panik dan tidak berani berlama-lama lagi di sana. Mereka cepat-cepat pergi.Bruno dan yang lainnya berkumpul dan berkata dengan dingin, “Restoran siapa yang nggak bersih?”James tersenyum dingin dan berkata, “Pokoknya aku bilang restoran kalian nggak bersih!”Melihat Bruno dan yang lainnya hendak menyerang, Mervin langsung berkata, “Yang tenang, jangan main tangan. Kalau kalian berani menyerang, aku akan membuat kalian masuk penjara!”Ketika dia selesai mengatakan itu, Yandi sudah berada di hadapannya. Pria itu meraih bajunya, mengangkatnya dan langsung membanting tubuhnya yang beratnya 100 kg itu.Begitu Yanti menyerang, Bruno dan yang lainnya juga ikut maju.Anak-anak buah yang dibawa James juga maju dan perkelahian antara dua kubu pun terjadi. Dalam sekejap, semuanya jadi kacau.Restoran itu berantakan dan hancur. Belasan anak buah Mervin juga datang dari luar, bergegas masuk dan mulai menghancurkan barang-barang di restoran.***Sebuah Bentley hitam
Yandi tercengang dan berkata, “Siapa Non kalian?”Pria itu berkata, “Non Ranty!”Yandi tetap tidak mengenalinya.Pria bernama Mervin dipukul dua kali menggunakan kayu. Darah mengalir di wajahnya. Dia dibawa kabur keluar restoran sambil dilindungi oleh James dan yang lainnya. Sebelum pergi, dia menunjuk Yandi dengan satu tangan, dan satu tangan lainnya memegangi kepalanya, lalu berkata dengan nada mengancam, “Tunggu saja kalian!”Setelah mengatakan itu, dia pun kabur bersama anak buahnya.Leon memukul pantat James dengan kayu, membuat pria itu kesakitan sampai tidak bisa berjalan lurus. Dia memaki, “Kalau kalian hebat, jangan lari!”James memegangi pantatnya dan tidak berani menoleh ke belakang.Yandi berjalan keluar toko. Kebetulan sekali, Ranty dan Matias sedang berjalan ke restoran. Ketika berpapasan, Ranty melebarkan matanya, menatap Yandi dan berkata sambil tersenyum, “Sniper?”Yandi tertegun, lalu tersenyum dan berkata, “Temannya Sonia?”Ranty langsung mengangguk dan berkata, “Iya
Ranty menggumam mengiyakan, lalu menoleh untuk melihat ke luar pintu dan berkata, “Kenapa Sonia masih belum datang?”Begitu dia mengatakan itu, dia melihat Reza sedang berjalan ke arahnya dari seberang jalan sambil menggandeng Sonia. Dia berdiri untuk menyambut mereka dan berseru, “Sonia!”Sonia dan Reza masuk ke restoran. Matias berdiri, tersenyum dan mengangguk, “Pak Reza!”“Pak Matias!” Reza mengangguk kecil.Restoran itu sudah hampir selesai dibersihkan, tapi karena ada begitu banyak bir yang pecah, kalaupun semua jendela toko dibuka, bau alkoholnya tidak akan bisa hilang untuk sementara waktu.Sonia melihat sekeliling dengan heran, mengernyit dan berkata “Apa yang terjadi? Di mana Yandi?”Ranty tertawa dan berkata, “Kamu datang terlambat dan melewatkan pertunjukan yang seru!”“Pertunjukan seru apanya?” tanya Sonia.Matias berkata, “Restoran baru dibuka, ada orang yang sengaja mencari masalah. Kami kebetulan melihatnya waktu kami datang!”Ranty menyela, “Aku menyuruh semua satpam d
Tenaga tangan Kelly yang meremas kemeja Jason semakin kuat lagi. Dia kepikiran dengan ucapan yang dikatakan sebelumnya, seketika terlintas ekspresi canggung di wajahnya.Ketika Jason melihat wajah merona si wanita, dia tidak bisa menahan dirinya. Jason langsung mencubit dagu Kelly, lalu menciumnya dengan kuat.Bulu mata Kelly bergetar. Napasnya bagai direnggut saja. Hanya terasa napas di pria saja. Rasa tidak tenang, takut, bimbang di hati Kelly seketika ditekan oleh aura mengerikan si pria.Setelah dicium hingga seluruh tubuh Kelly terasa lemas, Jason pun menggendong Kelly. Dia membalikkan tubuhnya berjalan ke sisi kamar. Ciuman yang diberikan Jason masih sangat membara, sepertinya dia sudah tidak bisa menunggu lagi.Tiba-tiba ponsel Jason berdering. Kelly langsung membuka matanya, lalu menahan lengan Jason. “Telepon!”“Tidak usah pedulikan!” Jason membaringkan Kelly di atas ranjang, lalu membalikkan tubuh untuk menindih Kelly. Napasnya terasa berat dan juga buru-buru.Begitu pula den
Setelah pulang kerja, Kelly mengendarai mobil ke Imperial Garden. Setelah memasuki kompleks perumahan, rasa familier dirasakan oleh Kelly.Saat itu, Kelly pernah tinggal di sini. Sonia dan Reza tinggal di lantai atas. Jason sering ke rumah. Mereka pun sering berkumpul bersama, mengobrol, minum, bermain bersama ….Ketika Kelly melewati kehidupan pahitnya sewaktu di luar negeri, dia akan selalu kepikiran dengan masa-masa tinggal di sini. Entah kenapa hati Kelly akan terasa hangat, dia pun merasa ada tenaga yang mendukungnya di dalam masa suram.Kelly tidak pernah menyesal untuk bertemu dengan Jason. Dia menganggap memori kebersamaan mereka sebagai hal yang sangat berharga.Setelah naik ke lantai 30, Kelly berhenti di depan pintu. Memori itu terasa semakin nyata saja, seolah-olah begitu pintu dibuka, dia bisa melihat gambaran mereka berdua sedang duduk di balkon. Mereka berdua saling bersenda gurau bersama.Tidak disangka, masalah itu sudah masalah beberapa tahun silam.Kelly memasukkan k
Reza menceritakan kembali kepada Jason, masalah anggotanya menyadari Sandora membawa pergi Yana.Jason tidak menyangka Sandora berkaitan dengan kejadian kali ini. Seketika terlintas rasa dingin di dalam tatapannya. Dia mengangguk dengan perlahan. “Aku pergi bujuk Kelly dulu. Nanti aku baru akan perhitungkan semuanya dengan perlahan!”…Mereka berdua mengobrol hingga larut malam. Ketika melihat Reza pulang ke arah Gedung Anggrek, tiba-tiba Jason merasa sangat cemburu!Setelah pulang ke rumah, Jason sengaja mencari Yana. Tiba-tiba dia kepikiran semuanya sudah tidur. Kemudian, dia baru berusaha untuk menahan dirinya.Jason kembali ke kamarnya sendiri, tetapi dia masih tidak merasa mengantuk. Dia duduk di balkon sembari merokok. Jason kepikiran untuk menelepon Kelly, tapi dia takut akan membangunkan Kelly.Hari ini Kelly telah mengalami syok berat. Apalagi identitas Yana sudah terbongkar. Jadi, Jason membiarkan Kelly untuk tidur sejenak.Ketika kepikiran dengan pertama kalinya bertemu deng
Jason mengangguk. “Baru tidur saja!”Saskia tersenyum ramah. “Kamu belum pernah jaga anak. Biarkan Yana tidur di kamar kami saja. Aku gendong dia, ya. Aku jamin tidak akan membangunkannya.”Jason segera memiringkan tubuhnya untuk menghalangi langkah ibunya. “Aku bisa jaga Yana!”“Jaga apaan! Bagaimana kalau nanti malam kamu menimpa tubuh Yana ketika tidur?” Saskia menepuk pundak Jason. “Semua ini maksud ayahmu. Ranjang kami sangat besar. Yana bisa tidur di tengah. Jadi, dia juga tidak akan jatuh.”Jason masih tidak bersedia. “Nanti Yana akan nangis kalau tidak bisa melihatku.”“Kalau nangis, aku akan bangunin kamu!”Jason didorong paksa untuk Saskia. Kemudian, tanpa sungkan dia langsung menggendong Yana yang tidur lelap itu meninggalkan kamar. Tiba-tiba Saskia menoleh untuk memperingati Jason. “Jangan ke kamar kami, ya. Kalau sampai kamu membangunkan Yana, ayahmu pasti tidak akan melepaskanmu!”Jason terdiam membisu. Sepertinya Yana adalah putrinya? Setelah putrinya “dirampas”, Jason
“Begini!” Jason menjelaskan, “Tiga tahun lalu, aku mabuk dan meniduri seorang wanita. Setelah dia hamil, dia tidak beri tahu aku, malah ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya. Tahun ini saat dia kembali dari luar negeri, kami bertemu lagi. Aku juga baru tahu Yana itu putriku.”“Sesederhana itu?” Aldrich tidak percaya.Jason mengangguk. “Iya, ceritanya memang begitu!”Aldrich tersenyum dingin. “Tapi aku dengar dari ibumu, latar belakang keluarga wanita itu agak rumit. Sebelumnya dia memanfaatkan Yana untuk mendekatimu!”“Ayah!” Ujung bibir Jason melengkung ke atas. “Sekarang masalahnya dia saja tidak bersedia untuk menerimaku. Jadi, setelah aku berhasil mengejarnya, kami baru akan diskusikan masalah pernikahan.”Kedua mata Aldrich terbelalak lebar. “Siapa yang membahas masalah pernikahan sama kamu?”“Kamu saja sudah bahas masalah latar belakang keluarga ibunya Yana. Bukannya kamu ingin membahas soal pernikahan?” tanya Jason dengan mengangkat-angkat alisnya.Aldrich terdiam membi
Sonia mengantar Jason keluar. Saat berjalan ke depan pintu, terdengar suara datarnya. “Kak Jason, aku yang nggak perbolehin Reza buat bocorin identitas Yana sama kamu. Itulah alasannya kenapa dia nggak bicara. Kamu jangan salahkan dia, ya!”Tiba-tiba Jason kepikiran dengan sindiran Reza sebelumnya. Dia spontan tersenyum tipis. “Aku tidak salahin dia. Aku cuma mau gebukin dia saja!”Kedua mata Sonia terbelalak lebar.“Bercanda!” Jason tersenyum dengan lembut. “Demi kamu, aku akan maafin dia!”Sonia pun tersenyum. “Terima kasih, Kak Jason!”“Bantu aku bujuk Kelly. Tolong, ya!” ucap Jason dengan serius.“Oke!” Jason mengangguk sedikit kepalanya, lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi.Setelah Jason pergi, Sonia mengetuk pintu kamar Kelly. “Kelly, ini aku, Sonia.”Dengan segera, Kelly membuka pintu. Di dalam ruangan kamar yang gelap, ekspresi Kelly kelihatan panik. “Sonia, aku nggak tahu gimana caranya hadapi dia!”Sonia berkata, “Kamu cinta sama Jason. Dia juga suka sama kamu. Ngg
“Bagaimana dengan sekarang? Sekarang kamu sudah tahu Yana itu putrimu. Apa rencanamu selanjutnya?” tanya Sonia.Jason menatap Sonia dengan tatapan sakit dan juga tegas. “Aku mencintainya, ingin menikah dengannya. Meskipun aku tidak tahu Yana itu anakku, aku juga sudah memiliki pemikiran seperti ini!”Sonia mengangguk dengan tersenyum. “Oke, aku percaya sama omonganmu!”“Apa kamu bisa beri tahu aku masalahnya di Kowloon?” tanya Jason, “Dia melahirkan Yana di rumah sakit mana? Dia tinggal di mana?”“Oke, aku akan beri tahu semua yang ingin kamu ketahui!”Sonia menceritakan kondisi Kelly ketika baru tiba di Kowloon, juga menceritakan dia bertemu dengan ibu kos yang ramah dan juga kehidupan Kelly selama di Kowloon. Dia memberi tahu semuanya kepada Jason dengan saksama.“Saat kandungan Kelly genap berusia delapan bulan, dokter mengatakan tali pusar melilit leher Yana. Yana memiliki risiko kehilangan oksigen kapan saja. Jadi, aku dan Ranty pun memutuskan mempercepat persalinan Yana melalui o
Jason mengendarai mobil dengan kecepatan kencang. Saat tiba di Gedung Anggrek, hari sudah sore hari.Setelah memasuki rumah, tidak ada siapa pun di dalam ruang tamu. Namun, pintu kamar malah dalam keadaan dikunci.Jason mengetuk pintu. “Kelly, buka pintu!”Tidak terdengar suara dari dalam.“Kelly, kamu selalu bersembunyi di saat ada masalah. Kapan kamu bisa mengubah kebiasaan burukmu ini?” Jason menopang dinding dengan dua tangannya. Kemudian, salah satu tangannya diangkat untuk menekan-nekan keningnya. “Buka pintunya. Kita bicarakan masalah ini dulu!”“Kelly, malam itu aku kehilangan kesadaranku. Aku tidak ingat kalau wanita itu adalah kamu. Tapi, kamu sendiri yang taruh obat. Kamu juga tidak bisa menyalahkanku!”“Kelly, apa kamu benar-benar berencana untuk merebut hakku sebagai ayahnya Yana?”Tiba-tiba terdengar suara buka pintu rumah. Sonia pun mengerutkan keningnya. “Kak Jason?”Jason berjalan ke dalam. “Sonia.”“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Sonia.“Aku tahu Yana itu putrik
“Terima kasih, Kak Jason! Aku akan langsung pergi setelah menerima uang itu!”…Setelah Yerin pergi, anggota Robi datang untuk melapor. Robi segera menghubungi Reza. “Pak Reza, anaknya Bu Kelly sudah dibawa pergi Pak Jason!”Ujung bibir Reza sedikit melengkung ke atas. Dia berkata dengan suara datar, “Oke, kalian bubar saja!”“Bagaimana dengan masalah Yerin?” tanya Robi.Reza terdiam sejenak, baru berkata, “Kamu tidak usah urus masalah dia lagi. Biarkan dia pergi!”“Baik!”…Jason membawa Yana kembali ke rumahnya.Yana yang duduk di baris belakang itu berkata dengan kening berkerut, “Paman, aku mau cari Ibu!”Jason menoleh untuk menatapnya. Senyuman di wajah Jason sangatlah lembut. “Panggil Ayah!”Yana memiringkan kepala kecilnya. “Apa kita mau main rumah-rumahan?”“Bukan permainan. Aku itu memang ayahmu. Ke depannya, kamu mesti panggil aku Ayah!” Jason spontan tersenyum. “Apa kamu merasa gembira?”“Emm.” Yana mengangguk.“Kalau begitu, coba panggil dulu!”Yana berkata dengan suara im