Jason membalikkan badan dan berjalan keluar. Belum sempat dia berjalan keluar kamar, terdengar suara dari dalam kamar mandi, sepertinya ada yang terjatuh.“Kelly?” Jason spontan menjerit.Dia segera berlari ke depan kamar mandi untuk mengetuk pintu. “Kelly, kamu nggak apa-apa, ‘kan?”Jason sudah berteriak berkali-kali, tapi tetap tidak ada yang menjawab. Raut wajah Jason seketika berubah muram. Tanpa ragu, dia langsung mendobrak pintu.Uap mengepul dan aroma wangi dari kamar mandi berembus ke sisi Jason. Dia berjalan maju beberapa langkah, dan tampak seorang gadis sedang terjatuh di atas lantai. Si gadis tidak mengenakan apa pun. Kulitnya sangat putih dan rambutnya juga sangat hitam. Jason pun tertegun ketika melihatnya.Namun Jason tidak menunda waktu lagi, dia segera berjalan maju untuk menutup kran air, kemudian menggendong gadis dari atas lantai.Reaksi pertama Jason ketika melihat Kelly adalah gadis ini kurus sekali!Tapi tubuhnya tergolong bagus ….Saat ini pikiran dan napas Jaso
Jason mengangguk. “Oke!”Dokter Derrick berkata lagi, “Demamnya akan segera turun. Nanti dia akan keringatan, Pak Jason siapkan handuk hangat, bantu lap keringatnya.”“Oke, aku tahu!”Sebelum Dokter Derrick berpamitan, dia berpesan lagi bagaimana mengonsumsi obat dan mengajari Jason bagaimana mencabut jarum infus. Jason pun menghafalnya dengan serius.Ruangan kamar seketika kembali hening. Jason kembali ke kamar, duduk di samping ranjang, lalu menyelimuti Kelly. Kelly terlihat tidur dengan sangat nyenyak. Sambil menunggu cairan infus habis, dia pun duduk di sofa samping untuk beristirahat.Jason merasa dirinya baru saja memejamkan matanya, dia pun terdengar ada suara dari sisi ranjang. Jason perlahan membuka matanya, dia yang awalnya merasa linglung seketika menjadi sadar.Kelly baru saja selesai infus dan sekujur tubuhnya keringatan. Dia merasa selimutnya terlalu tebal dan tidak begitu nyaman. Jadi dia pun langsung menyingkirkan selimutnya.Saat ini Kelly tidak memakai apa-apa, dan d
Jason tidak mendorong Kelly, dia menunggu hingga Kelly tertidur nyenyak, baru lanjut mengelap badannya dan menyelimutinya.Sekitar setengah jam kemudian, Jason kembali mengelap keringat Kelly dengan handuk panas. Kali ini Kelly sama seperti sebelumnya, masih tidak merasa tenang. Dia bolak-balik di atas ranjang. Jason khawatir jarum infus Kelly akan melukai tangannya, Jason pun terus menjaganya dengan teliti.Setelah dipersulit berkali-kali, akhirnya tubuh Kelly juga mulai keringatan. Ini adalah pertama kalinya Jason merawat seseorang dengan begitu saksama.Selesai menyeka keringat, si gadis merasa agak nyaman, dan akhirnya dia tertidur lelap.Dia kembali ke kamar utama untuk mandi. Setelah kembali, botol cairan infus sudah habis, dia dengan perlahan mencabut jarum infus, lalu memegang kening Kelly untuk memeriksa suhu badannya. Akhirnya Jason bisa menghela napas lega.Jason pergi mencari pakaian tidur, membantu Kelly untuk memakaikannya. Akhirnya Jason sudah bisa meninggalkan kamar ini
Sonia berkata, “Aku pergi lihat Kelly dulu. Kamu balik tidur sana.”Reza membalas, “Sudah waktunya bangun. Kamu pergi jaga di sana, aku mau duduk sebentar di sofa.”“Emm!” balas Sonia, lalu melihat Kelly di kamar.Saat ini Kelly masih belum bangun. Sonia memegang keningnya, demamnya sudah turun.Sonia duduk di kamar sebentar, setelah melihat Kelly tidur dengan nyenyaknya, dia baru meninggalkan kamar dengan perlahan.Tampak si lelaki sedang bersandar di sofa sambil ketiduran.Baru saja Sonia hendak menyelimuti Reza, dia tiba-tiba membuka matanya, lalu menatap Sonia dengan linglung. “Sayangku, kemari!”Ini adalah pertama kalinya Reza memanggil Sonia dengan panggilan seperti itu. Alhasil detak jantung Sonia berdegup kencang dan tertegun di tempat.Pada jam enam, sinar matahari sudah memancar ke dalam ruangan. Cahaya keemasan itu mengitari sekujur tubuh si lelaki, membuat kelima inderanya terlihat semakin menawan.Wajah si lelaki terlihat lembut, bibirnya merah, dan jari-jari tangannya ter
Reza memesan sarapan. Sonia memilih beberapa makanan polos untuk Kelly. Setelah Kelly makan, dia baru menuang air agar Sonia bisa makan obat.Kelly merasa malu. Biasanya dia sangat jarang sakit. Sekarang dia yang jatuh sakit malah menghebohkan banyak orang. “Sonia, aku sudah mendingan, kamu pulang sana.”Sonia berkata, “Reza pergi bekerja. Aku di sini buat temani kamu. Lagi pula aku juga lagi nggak ada kerjaan.”Kelly sudah merasa membaik. Dia ingin pergi bekerja, tapi Sonia malah menghalanginya. “Kak Jason sudah berpesan tadi, dia suruh aku jaga kamu. Kamu boleh bekerja setelah kamu sembuh total.”Ketika mengungkit nama Jason, detak jantung Kelly semakin cepat lagi. Dia berkata, “Aku nggak apa-apa. Serius, aku nggak lemah orangnya!”Sonia bersikeras tidak mengizinkannya. “Setidaknya kamu mesti istirahat satu hari. Kamu baru selesai makan obat, istirahat sana!”Kelly terpaksa berbaring, kedua matanya menatap Sonia dengan tersenyum. “Terima kasih, Sonia!”“Tidurlah!” Sonia menekan tombo
Anggota Yandi masih tidak jera. Mereka sering mencari masalah, dan kedua belah pihak sering berkelahi.Pemimpin mengeluh kepada Johan, dia mengatakan anggota Yandi selalu saja sengaja membuat masalah dan mempersulit mereka.Jason berkata dengan sinis, “Apa yang sulit? Kalau nggak bisa diserang dari luar, serang saja dari dalam.”Kedua mata pemimpin langsung berkilauan. Dia sudah menemukan jalan keluarnya.Hari ini Yandi dan yang lainnya menerima daftar laporan barang. Setelah menjaga barang semalaman, dia pun mendapatkan upah yang berlimpah. Stephen pun mengusulkan untuk makan hot pot bersama.Yandi menyetujuinya. Dia bersama dua puluh orang bawahannya pergi ke restoran hot pot.Semua orang makan dan minum hingga jam sepuluh malam. Kemudian mereka semua berjalan terhuyung-huyung kembali ke gudang.Saat perjalanan pulang, kedua kaki Yandi terasa sangat lemas. Yandi mengira dirinya sudah minum kebanyakan, dia pun berjalan sambil merangkul pundak Leon.Belum sampai di rumah, tiba-tiba mer
Semua orang langsung terbengong, terutama Jason. Dia melirik orang di hadapannya dengan terkejut.Orang di hadapannya itu seharusnya hanyalah seorang pemuda. Tubuhnya kurus dan mengenakan pakaian hitam, topi bebek hitam, dan juga masker hitam.Si pemuda menatap Johan dengan tatapan sinis. Kemudian dia membawa Yandi untuk mundur beberapa langkah, lalu berjalan pergi.Dia lebih pendek daripada Yandi, tapi dia malah sanggup untuk menggendong Yandi.Mereka berlari ke sisi sebuah mobil di pinggir jalan sana. Dia memasukkan Yandi ke bangku belakang mobil, lalu bergegas duduk di bangku pengemudi, dan menjalankan mobilnya dengan cepat!Orang yang duluan merespons adalah Stephen. Dia langsung berkata dengan panik, “Jangan biarkan dia kabur begitu saja. Setelah dia kembali, nyawaku pun sudah tiada!”Johan melirik dengan dingin. “Kalau begitu, coba kamu pergi tangkap dia!”Stephen hanya bisa terdiam membisu.“Dasar pengecut!” maki Johan, lalu melangkah pergi. Tangganya tidak sengaja menyentuh bag
Reza langsung membalas, dan memberi tahu Sonia untuk segera beristirahat. Kalau ada urusan, jangan ragu untuk memberi tahu Reza.Sekitar satu jam kemudian, akhirnya operasi sudah berakhir. Suster mendorong Yandi keluar dari ruangan operasi. Sonia pun segera berlari untuk menghampirinya.Dokter yang kelihatan lelah itu tersenyum. “Operasi sangat berhasil. Asalkan istirahat dengan baik, dia tidak akan menjadi cacat.”Sonia mengangguk. “Terima kasih, Dok!”“Sama-sama.”Waktu itu Yandi merasa sangat bersedih, tidak bisa menerima bahwa semua ini terjadi akibat Suki. Dia lebih tidak bisa menerima bahwa Suki akan menjadi begitu dingin dan tidak berperasaan!Yandi sangat membenci Suki. Sejak mereka berdua berpisah, Yandi pun bersumpah tidak akan bertemu lagi selamanya!Ketika Yandi kembali melihat Sonia, tatapannya berubah menjadi semakin datar lagi.Apa semalam dirinya diselamatkan oleh gadis ini?Yandi memejamkan matanya, napasnya berubah menjadi semakin berat. Kemunculan Yandi membuat dirin
Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?”Ranty berkata dengan menghela napas. “Karena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!”Theresia tersenyum. “Sudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!”“Sejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!”Theresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, “Hanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen
Dalam sesaat, Jason teringat dengan mereka berempat sebelumnya tinggal di sini. Dia mengajari Kelly bagaimana mendapatkan hati orang yang dia sukai. Kelly membalasnya, “Aku juga nggak suka sama kamu!”Meskipun waktu sudah berlalu lama, Jason masih saja bisa merasakannya!Jason menghela napas. “Sudahlah, kalian lebih akrab. Cuma aku saja orang luar di sini!”Yana menjerit, “Ayah, aku dan kamu sama-sama jadi orang luar!”Semua orang langsung tertawa.Jason terharu hingga kedua matanya berkilauan. “Yana memang baik. Memang tidak salah lagi, Yana memang putri kandungku!”“Jangan cerewet lagi. Cepat pergi potong kentang sana!” Reza menarik Jason untuk kembali ke kamar.Di dalam ruang tamu, Kelly menyerahkan biskuit cokelat buatannya kepada Sonia. “Apa masalah sudah diselesaikan? Saat aku di Lonson, aku sangat mencemaskanmu. Kata Kak Jason, aku mesti percaya dengan kemampuan kamu dan Kak Reza! Sesuai dugaannya, begitu kalian kembali, semua masalah pun sudah diatasi. Aku benar-benar merasa sa
Sonia berkata canggung, “Hallie masih berada di Kediaman Keluarga Herdian.”“Aku sudah beri tahu Ibu. Malam ini kita akan tinggal di rumah Tuan Aska untuk temani Kakek. Aku suruh Ibu untuk bantu jaga Hallie,” ucap Reza dengan perlahan.Sonia memalingkan kepala untuk melihat Reza. “Kalau di Kediaman Keluarga Herdian, juga nggak ada yang ganggu kita. Ngapain kamu mesti bohong?”Kebetulan mobil sedang berhenti di depan lampu merah, Reza memalingkan wajahnya untuk menatap Sonia. “Aku takut kamu tidak bebas di rumah!”Wajah Sonia seketika merona. Dia memelototi si pria hingga tidak bisa berkata-kata.Reza tersenyum tipis. “Bercanda. Jason dan Kelly sudah kembali ke Imperial Garden. Katanya, mereka sudah persiapkan yang enak-enak untuk menyambutmu.”Sonia meliriknya sekilas, lalu memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela.“Umur Hallie dan Tasya sebaya. Selama di rumah, kamu tenang saja!” ucap Reza.“Emm!” Sonia mengangguk dengan perlahan.“Kebetulan ada yang ingin aku katakan sama kamu,
Reza kelihatan tenang. “Sebelum kamu pulang, Sonia selalu menerima segalanya!”Maksudnya, sekarang giliran Morgan.Morgan mengeluarkan ponsel dengan tenang. “Aku lihat dulu apa ada misi belakangan ini?”Semua orang langsung tertawa.Saat hampir menyelesaikan makan siang, Sonia menyadari Rose yang duduk dengan tidak fokus. Dia mencedok sup untuk Rose. “Ada apa?”Rose menggenggam tangan Sonia. “Sonia, coba kamu pegang kepalaku. Apa aku demam?”Sonia mengangkat tangannya untuk memegang. Memang terasa panas. “Ada masalah apa? Aku panggil dokter kemari!”“Ada apa?” Aska kemari.“Rose demam!” balas Sonia.Semua orang menjadi diam, lalu menatap Rose dengan penuh perhatian.Rose melambaikan tangannya. “Nggak apa-apa. Nggak usah panggil dokter. Semalam aku dan Devin kelamaan di jalan raya. Mungkin aku jadi flu karena masuk angin.”Kening Aska berkerut. “Kondisi tubuhmu tidak bagus dan sering sakit. Memangnya kamu tidak tahu? Kenapa malah berdiri tengah malam di pinggir jalan?”Rose tidak memili
“Bukan!” Tentu saja Sonia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya merasa agak konyol.“Theresia juga cukup malang. Dia nggak punya orang tua. Seorang diri bekerja keras di Kota Jembara. Kalau dia benar-benar bersama Tuan Morgan, bisa jadi mereka bisa akan jadi pasangan sejati!” Tadinya Ranty hanya sembarangan bicara saja. Saat ini, dia malah merasa masalah ini bisa direalisasi. “Seharusnya Kakek nggak akan merasa latar belakang Theresia nggak pantas menjadi bagian Keluarga Bina, ‘kan?”“Tentu saja nggak!” balas Sonia.“Baguslah kalau begitu!” Ranty kelihatan gembira, seolah-olah masalah ini telah berhasil.Sonia tersenyum tipis. “Kak Morgan juga belum pasti akan setuju!”“Kalau begitu, kamu jangan beri tahu dia dulu. Setelah bertemu dengan Theresia, bisa jadi dia akan terpesona oleh Theresia!” Ranty tersenyum nakal. “Theresia itu cewek cantik yang disukai para cowok dan cewek. Dia pasti bisa menarik Tuan Morgan kembali ke dunia fana!”Sepertinya pikiran Sonia berhasil dicuci oleh Ranty.
Ranty telah tiba di rumah Aska. Dia berbasa-basi beberapa saat dengan Jemmy dan yang lain, kemudian menarik Sonia untuk berbicara di samping.“Stella nggak bisa berulah lagi. Dia sudah bertengkar hebat sama Reviana. Sandaran terakhirnya juga sudah hilang. Aku nggak apa-apain dia, cuma bikin dia kehilangan segalanya. Dengan begitu, dia baru bisa merasakan kehidupannya yang semula.”Usai berbicara, Ranty menyerahkan uang hasil transfer Stella tadi kepada Sonia. “Aku sudah periksa sebelumnya, uangnya juga nggak banyak, sekitar 40 miliar saja. Kalau kamu bersedia untuk menyimpannya, kamu ambil saja. Kalau kamu nggak mau, kamu bisa kembalikan kepada Hendri.”Sonia mengambil kartu di tangan, lalu berpikir sejenak, baru berkata, “Aku ingin kembalikan kepada Keluarga Dikara!”Ranty mencemberutkan bibirnya. “Aku tahu kamu pasti akan luluh.”Sonia tersenyum tipis. “Bukan juga. Sekarang perusahaan Keluarga Dikara sedang merugi. Para klien yang dirugikan itu nggak bersalah. Bank akan menyita aset
Jantung Yandi berdebar. Rasa kebas mulai menjalar di dirinya. Dia spontan bersandar ke belakang, lalu menarik kemejanya untuk menutupi bagian pundak yang terpampang lebar. “Aku baik-baik saja. Kamu pulang sana!”“Nggak usah usir aku. Aku akan pergi sendiri nanti!” Tasya meletakkan obat kembali, lalu berkata dengan serius, “Kenapa kamu bisa tertembak? Apa kamu bergabung dalam organisasi gelap? Apa kelak kamu akan sering bertarung lagi?”Yandi menatapnya. “Takut?”“Takut!” Tasya langsung menatap mata Yandi. “Aku takut kamu akan mati!”Yandi tertegun.Tasya berkata dengan menggigit bibirnya, “Aku nggak peduli dengan apa yang kamu lakukan dulu. Kelak aku berharap kamu jangan ke sana lagi, melewati hidupmu dengan baik, ya?”Tadinya Yandi ingin mengatakan bahwa dia memang tipe orang seperti itu. Namun, ketika melihat mata merah Tasya, dia pun tidak beradu lagi dengan Tasya, hanya mengangguk dengan perlahan saja. “Aku punya batasan!”Mereka semua adalah orang dewasa, terutama Yandi. Dia lebih
“Biarkan aku tetap berada di sisimu, kita bisa tetap berteman seperti dulu, tapi jangan lagi bersikap dingin dan menjauhiku! Beri kita waktu untuk saling memahami perasaan satu sama lain. Kalau kamu tetap nggak bisa menyukaiku, aku akan mundur.” Tasya mengucapkan kalimat terakhir itu dengan suara terisak-isak.Yandi tidak langsung menjawabnya. Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk dengan perlahan. “Oke, boleh!”Tasya tersenyum manis, tetapi dibaluti dengan air mata. Sosok dia saat ini menyentuh hati siapa pun yang melihatnya.Tasya tersenyum karena dirinya memiliki harapan dan juga tersenyum karena dirinya yang tidak berguna. Padahal Yandi tidak menjanjikan apa-apa, dia malah merasa gembira.Tasya buru-buru menyeka air matanya, lalu mengulurkan tangannya sembari berkata dengan sedikit canggung dan berani, “Boleh nggak aku peluk kamu?”“Ja ….”Belum sempat Yandi menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Tasya melompat ke arahnya dan memeluknya erat, menempelkan tubuh mungilnya ke dada pria
Kening Yandi berkerut. “Aku saja tidak peduli. Orang lain lebih tidak usah peduli!”“Tapi, aku peduli!” Tiba-tiba mata Tasya memerah. Dia berkata dengan terisak-isak, “Semalaman aku nggak tidur. Aku takut Leon dan yang lainnya nggak tahu cara untuk jagain kamu. Bahkan ketika bermimpi, aku juga bermimpi kamu berdiri di depanku dengan darah di seluruh tubuhmu!”Yandi terbengong melihat wanita bermata merah. Hatinya terasa sesak. Dia sama sekali tidak mengatakannya.Tasya memalingkan kepalanya, lalu menarik napas dalam-dalam. Dia tidak tahu dirinya sedang marah atau sedih, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang.Yandi mengambil tisu untuk Tasya, kemudian berkata dengan datar, “Tasya, mau aku bilang berapa kali baru kamu mengerti. Kita itu bukan orang satu dunia. Dengan pengalaman dari kecilku, pandangan hidup kita berbeda. Kelak kita tidak bisa hidup bersama. Kamu seharusnya mencari orang sebaya, lalu segera berpacaran. Dengan begitu, kamu pun akan melupakanku!”Tasya tidak mengambil