Emosi Yoko telah menumpuk selama beberapa hari ini. Setelah pergi ke rumah Tasya hari ini, emosinya pun memuncak. Akhirnya sekarang semua emosinya meledak.Wajah pria yang tampan dan lembut itu kini telah berubah. Sorot matanya menjadi ganas dan menakutkan. Dia memukul wajah Rani berulang kali seolah untuk melampiaskan amarahnya.Semua gara-gara Rani, semua gara-gara keluarga perempuan itu. Kalau tidak, Yoko akan menjadi menantu keluarga Herdian. Jangankan wakil manajer di perusahaan keluarganya Rani. Dia bahkan bisa memiliki seluruh perusahaan itu.Namun sekarang, semua itu sudah hilang. Yoko pun melampiaskan semua amarahnya pada Rani. Dia pukul Rani hingga perempuan itu menangis histeris. Akan tetapi, Yoko justru menjadi semakin bersemangat ketika mendengar tangisan histeris perempuan itu.Usai memukul Rani, Yoko langsung melarikan diri. Dia jual anting-anting yang dia curi dari Rani dan hendak dia berikan kepada Tasya. Dia jual dengan harga puluhan juta. Kemudian, dia mencari rumah
Sonia mengangguk pelan dan tidak bertanya lagi.Kelly masih harus bekerja, karena itu Sonia tidak duduk lama di sana. Setelah mengambil kue yang dibeli untuk Bi Rati dan Pak Umar, Sonia membayar dan pergi dari toko.Sonia telah menelepon Bi Rati terlebih dahulu. Jadi ketika dia tiba di Vila Green Garden, Bi Rati sudah menunggu di luar vila. Bibo baring telungkup di tanah. Begitu melihat Sonia turun dari taksi, Bibo langsung berdiri dan berlari dengan senang ke arah Sonia.Sonia berjongkok dan meletakkan makanan di tanah. Dia memeluk Bibo dengan kedua tangan, lalu menatap Bi Rati dan Pak Umar yang berdiri di depan pintu. Dia pun melemparkan senyuman kepada mereka.Vila itu masih sama seperti sebelum dia pindah. Kamar yang dulu dia tempati juga tidak ada yang berubah. Bi Rati membersihkan kamar itu setiap hari dan mengganti seprai setiap sesuai jadwal. Setiap sudut vila begitu bersih tanpa debu.Begitu tahu Sonia mau datang, Bi Rati sudah membuat banyak makanan ringan kesukaan Sonia lebi
“Pak Reza.” Celine berkata dengan lembut dan anggun, “Rapat akan segera dimulai.”Setelah mendengar suara, Reza langsung menoleh. Saat dia mengangkat wajahnya, senyumannya yang tadi seketika menghilang, berubah kembali menjadi wajah yang acuh tak acuh seperti biasa, “Aku akan segera ke sana.”“Baik.” Celine mengedipkan mata, lalu berbalik dan berjalan keluar dengan langkah ringan.Reza menunduk kembali dan mengetik sesuatu di ponselnya, “Jangan lama-lama, aku rapat dulu.”“Oke.”Sonia lagi-lagi hanya menjawab satu kata. Namun, Reza melihatnya selama satu menit penuh. Setelah itu, dia baru menyimpan ponselnya dan berdiri, lalu berjalan menuju ruang rapat.Sonia meletakkan ponselnya di halaman rumput. Dia memeluk leher Bibo lagi, merasakan angin sejuk bertiup lembut di alisnya. Sudut bibir perempuan itu terangkat secara tanpa sadar.Setelah makan siang, Sonia baru meninggalkan Vila Green Garden dan kembali ke kota. Baru sampai di Imperial Garden, dia tiba-tiba menerima telepon dari Hendr
Celine berkata, “Meski keluarga kita nggak setenar keluarga Herdian, keluarga kita juga bukan keluarga yang nggak dikenal. Hanya selembar kartu undangan, kita antarkan secara terang-terangan. Kalau cari alasan, justru akan terlihat picik.”Aminah mengangguk pelan, “Kamu juga tahu pikiran kakek dan nenekmu masih konservatif. Lebih baik kita turuti saja.”Celine hanya tersenyum, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Aminah tertawa pelan dan berkata, “Meskipun ini pesta ulang tahun nenekmu, aku masih berharap kamu bisa undang Reza ke sini. Kalau dia datang, bukankah itu lebih menjelaskan kedudukanmu di Herdian Group?”Celine tiba-tiba teringat dengan pemandangan yang dia lihat di kantor CEO tadi sore. Pikiran Celine melayang, dia pun agak melamun. Setelah beberapa saat dia baru berkata, “Kakek benar. Nenek yang ulang tahun, yang datang pasti ibu-ibu. Pak Reza yang datang nggak cocok. Lagi pula, aku sudah lama kerja dengan Pak Reza. Sepertinya dia nggak suka hadir dalam acara seperti ini.”“
Pada hari Sabtu, Reza bertanya pada Sonia apa yang akan dilakukan perempuan itu hari ini sebelum pergi.Sonia berkata dengan nada biasa, “Nenek teman sekelasku ulang tahun hari ini. Aku mau ke rumahnya meramaikan suasana.”Reza meliriknya, lalu berkata sambil tersenyum, “Kamu mau meramaikan suasana atau mau makan kue?”Sonia mengangkat bahu, “Dua-duanya.”Reza tersenyum lebar, ada sedikit sikap memanjakan di ekspresinya, “Teman kamu tinggal di mana? Aku suruh Robi antar kamu ke sana.”“Nggak usah, aku naik taksi saja,” kata Sonia sambil mengibaskan tangan. “Kamu hari ini mau ke Samuderang, kan? Buruan sana.”“Oke, nanti malam aku ke Kasen jemput kamu. Jangan bandel.” Reza mencubit dagu Sonia lalu mencium bibirnya sebentar. Setelah itu, dia baru membuka pintu dan pergi.Robi sudah memberitahu Reza lebih dulu. Hari ini dia akan mewakili Lysa pergi ke rumah keluarga Dikara untuk mengantarkan hadiah ulang tahun kepada Sutini. Reza tidak peduli. Dia pun membawa Romi ke Kota Samuderang.Soni
Sutini tidak mengerti. Begitu melihat ekspresi semua orang tampak aneh, dia segera bertanya, “Kasen itu tempat apa?”Hani menjawab dengan senyum yang dibuat-buat di wajahnya, “Kasen itu klub malam terbesar di Jembara. Itu benar-benar tempat foya-foya.”Raut wajah Sutini seketika berubah. Dia langsung membanting hadiah dari Sonia ke atas meja dan berteriak, “Nggak tahu malu. Bagaimanapun kamu adalah anak keluarga Dikara. Bagaimana kamu bisa pergi bekerja di tempat seperti itu?”Reviana menatap tajam ke arah Sonia. Wajahnya menjadi merah padam. Dia benci Sonia karena telah mempermalukannya. Dia benci mengapa Sonia adalah anaknya. Dulu dia hanya merasa malu saat melihat Sonia. Namun sekarang, dia benar-benar sudah muak.Ekspresi Sonia tidak berubah. Sorot matanya tetap tenang seperti biasa, “Nenek salah paham. Aku kerja sebagai pelayan di Kasen, pekerjaan yang benar.”Hani mencibir, “Di tempat seperti itu mana ada pekerjaan yang benar?”Hendri segera menjelaskan, “Ma, Sonia bukan gadis se
Aminah mencoba mencairkan suasana, “Mungkin Sonia hanya ingin buat Mama senang, tapi dia nggak punya uang sebanyak itu. Wajar saja dia minta sama papanya.”Hani tertawa sinis, “Buat Mama senang? Yang ada buat Mama marah saja.”Sutini menatap Sonia dengan jijik, “Hari ini semua orang merasa senang. Aku juga nggak akan permasalahkan hal ini denganmu. Kamu cepat berhenti dari pekerjaanmu di Kasen. Bagaimana orang tuamu didik kamu, sih? Sama sekali nggak bisa timbang mana yang baik dan mana yang buruk.”“Mama, Mama lupa, ya. Sonia hanya punya kakek di Atria. Dia nggak punya orang tua, tentu saja nggak ada yang didik,” timpal Hani.Sorot mata Sonia menjadi gelap, dia mendongak dan berkata dengan dingin, “Karena kamu lebih tua, aku mengalah kali ini saja.”Hani mendengus dan mencibir, “Mengalah? Apa yang bisa kamu lakukan kalau kamu nggak mau mengalah?”“Sonia!” Hendri menggertak dengan suara pelan, lalu dia menarik Sonia ke belakang dan berkata pada Hani, “Nggak peduli Sonia dulu tumbuh di
Hani berkata dengan nada bercanda, “Orang lain nggak bisa. Tapi Celine karyawan kesayangan Pak Reza di sana. Tinggal ngomong saja, kan.”Cindy mengerutkan kening dan berkata, “Ma, siapa bilang aku mau kerja di Herdian Group? Nggak usah bicara baik-baik dengan orang yang nggak peduli sama kita. Cepat atau lambat aku akan masuk ke Arkava Studio.”Ekspresi Aminah menjadi datar, “Cindy kenapa bicara seperti itu? Siapa yang nggak peduli sama kalian? Kita semua satu keluarga. Kata-katamu sangat enak didengar.”“Dia nggak pandai bicara. Kak Aminah jangan pedulikan dia,” kata Hani.Pada saat ini, Reviana yang hanya diam saja tiba-tiba berkata, “Cindy ingin kerja di Arkava Studio? Kamu bisa minta bantuan Stella.”Semua orang tercengang sejenak, lalu serempak menatap Stella. Sedangkan Stella senyum tertahan, lalu berkata, “Aku baru kerja di sana selama sebulan, masih dalam masa magang. Tapi kalau Kak Cindy mau kerja di sana, aku bisa bantu cari info di bagian HRD dulu.”Hani terkejut, “Stella ke
Kase juga tidak menyangkal, malah bertanya dengan tersenyum, “Bagaimana menurutmu?”Raut wajah pengurus rumah kelihatan serius. “Belakangan ini, Nona Linda akan datang ke Hondura untuk mengunjungi Tuan. Kalau Tuan sudah punya wanita yang kamu sukai, lebih baik kamu jangan bawa dia ke rumah.”Kase tersenyum sinis. “Dia itu calon menantu yang disukai ayahku, bukan yang aku sukai. Aku saja tidak setuju!”Pengurus rumah berkata, “Suaramu tidak penting!”Kase sedang berjalan ke dalam rumah. Saat mendengar ucapan itu, dia langsung memalingkan kepalanya menatap pengurus rumah yang bersikap hormat itu, tapi yang suka membatasi gerak-geriknya. “Akhirnya aku tahu kenapa ayahku bisa mengutusmu untuk bekerja di sisiku?”“Emm?” Pengurus rumah mengangkat kepalanya menatap Kase dengan bingung.“Karena ….” Kase tersenyum sinis. “Ayahku pasti juga sangat membencimu!”Raut wajah pengurus rumah berubah dalam seketika. “Aku lebih memilih untuk dibenci majikanku daripada menjadi orang yang munafik.”Kase s
Sonia menggerakkan alisnya. “Ada apa?”Tatapan Kase menjadi lembut. Mata indahnya mengeluarkan cahaya indah. Dia terus menatap Sonia sembari tersenyum. “Ternyata kamu secantik yang aku bayangkan!”Sonia bertanya lagi, “Apa kamu kekurangan pengawal?”“Tentu saja!” Kase tersenyum cengengesan menunjukkan gigi putihnya. “Aku kekurangan satu pengawal cantik.”Sonia berkata, “Kalau kamu mau aku jadi pengawalmu, harganya bakal mahal!”Kase mendekatinya. Kedua matanya masih tertuju pada diri Sonia. “Katakanlah! Biar aku tahu semahal apa?”“Mungkin ….” Tatapan Sonia menjadi sinis. “Aku menginginkan nyawamu!”“Haha!” Kase tertawa terbahak-bahak. Dia tertawa dengan sangat bahagia. “Kalau kamu menginginkan nyawaku, aku akan berikan malam ini!”Sonia memalingkan kepalanya. Isi pikiran pria ini selalu saja melenceng. Sonia pun tidak menghiraukannya.“Katakanlah, kamu minta berapa!” tanya Kase dengan nada memelas.Sonia berpikir sejenak, lalu berkata, “Satu juta … pound sterwing! Masa kerja satu bula
Pelayan mengangguk, lalu menyerahkan sebotol air yang belum dibuka segelnya kepada Sonia.Sonia meneguk minumannya. Dia menyadari si pria sedang memeluk seorang wanita seksi dan mencium bibir si wanita. Para wanita lainnya juga segera mendekati si pria. Sonia menarik napasnya dalam-dalam berusaha untuk tetap bersikap tenang.Pria yang bernama Kase ini tidak kelihatan berbahaya. Sonia mengeluarkan ponselnya untuk membalas pesan, lalu membuang waktu dengan bermain gim.Sekitar setengah jam kemudian, Sonia mengangkat kepalanya untuk melihat permainan mereka. Saat ini, seorang wanita berambut biru sedang melepaskan atasannya dan duduk di atas pangkuan Kase. Dia menuang alkohol di gelasnya ke bagian lehernya sendiri. Kase pun menunduk untuk meminumnya ….Sonia melirik sekilas, lalu lanjut bermain gim ponselnya.Saat level terbaru belum berhasil dilewati Sonia, seorang wanita berpakaian terusan tali dua berjalan mendekat. Dia menatap Sonia dengan tatapan provokasi. “Kamu kekasih barunya Kase
Kening Sonia berkerut. “Kenapa aku mesti pergi sama kamu?”“Lindungi aku!” jawab si pria dengan langsung, “Aku sudah beri kamu tumpangan. Anggap saja itu bayarannya.”Sonia berkata, “Aku bisa beri kamu uang.”Tiba-tiba si pria tersenyum. “Nona, apa kamu merasa aku seperti orang yang kekurangan uang?”Sonia menatap si pria dengan dingin. “Tadi aku sudah bilang aku akan membayarmu.”“Kamu bisa membayar dengan banyak cara. Bantu aku juga salah satu cara untuk membayar ongkos tumpanganmu. Siapa suruh kamu tidak bilang dengan jelas.” Si pria menatap Sonia dengan tersenyum. “Jangan-jangan kamu mau ngeyel?”Raut wajah Sonia berubah dingin. Dia bertanya, “Kamu mau aku ngapain?”“Jangan panik. Aku hanya ingin kamu melindungi keselamatanku saja!” Si pria mengangkat-angkat alisnya melihat ke sisi Sonia. “Aku percaya semua itu tidak sulit bagimu.”Sonia pun tidak berbicara lagi.Kota Hondura adalah kota kuno yang sudah memiliki sejarah selama 200 tahun. Kota ini tidak hanya mempertahankan ciri kha
Ketika pria yang berada di dalam mobil melihat Sonia keluar toilet dalam keadaan baik-baik saja, dia pun mengangkat-angkat alisnya tanda dirinya merasa kaget.Sonia kembali ke swalayan untuk membeli sebotol air soda lagi. Kemudian, dia duduk di bawah tenda sembari menyantap kue yang dibelinya tadi.Wanita itu juga sudah merapikan pakaiannya, lalu berjalan keluar toilet. Dia duduk di hadapan Sonia, lalu bertanya, “Kamu juga dari Negara Cendania?”Sonia berkata, “Iya!”“Namaku Hallie.” Si wanita memperkenalkan diri, lalu bertanya dengan penasaran, “Kenapa kamu bisa ada di sini?”Sonia mengangkat tangannya, lalu membersihkan sisa serpihan roti di bibirnya. Nada bicaranya sangat datar. “Aku lagi cari orang!”Hallie merasa sangat kaget. “Aku juga datang buat cari orang. Aku cari kekasihku. Setengah tahun lalu, temannya bawa dia untuk cari uang di sini. Sudah satu bulan aku nggak ada kabarnya, makanya aku ke sini. Bagaimana denganmu?”Sonia tidak menjawab, dia hanya berkata, “Nggak seharusny
Istri dari pemilik toko sedang memukul lalat. Wanita itu berkulit putih dengan rambut keriting. Sonia memasukkan beberapa kue, biskuit, dan sebotol air soda ke dalam keranjang.Saat Sonia sedang memilih barang, para pria yang berada di luar mulai mengerumuni wanita itu.“Hai, wanita cantik!”“Cantik, kamu mau ke mana?”“Gimana kalau kita ke hotel?”“Kita bercinta dulu?”…Tatapan para pria tertuju pada tubuh si wanita. Semuanya menunjukkan senyuman nakal. Wanita itu merasa syok spontan berdiri, lalu membawa tasnya hendak berjalan pergi.Namun, para pria itu tidak melepaskannya, kembali mengejarnya. Kemudian, dia mengepung wanita itu di tengah. Mereka bukan hanya menggoda si wanita saja, bahkan mulai menyentuh si wanita.Si wanita mengayunkan tas di tangan sembari menjerit, “Aku nggak kenal sama kalian. Awas!”“Pacarku akan segera sampai!”“Aku lapor polisi, nih!”Saat wanita itu sedang meronta dari sekelompok pria, tiba-tiba dadanya diserang seseorang. Si wanita langsung menjerit dan m
Seekor beruang tinggi berdiri di tempat. Kedua matanya tertuju pada diri Sonia.Sonia berdiri dengan perlahan sembari menggenggam erat pisau di tangan. Dia bertatapan dengan beruang itu. Asalkan beruang itu tidak memprovokasinya, dia pasti tidak akan melukai si beruang.Sepertinya beruang juga merasa Sonia tidak menyimpan niat buruk. Ia pun menjerit, lalu duduk di tempat. Sonia juga ikut duduk.Di dalam kegelapan, kedua pasang mata saling bertatapan.Tatapan beruang terus tertuju pada diri Sonia. Sepertinya ia kelihatan tidak senang, tapi ia juga tidak menyerang.Sonia merasa ada yang aneh. Terlintas sebuah pemikiran di benaknya, sepertinya dia memahami sesuatu. Sonia menunjuk ke sisi jerami, lalu bertanya, “Ini tempatmu?”Kemudian, Sonia melanjutkan, “Apa kamu bisa mengerti bahasaku? Kalau kamu nggak mengerti, aku bisa ngomong dengan bahasa lokalmu.”Sepertinya si beruang mengerti. Ia langsung bersin-bersin, seolah-olah sedang mengatakan, ‘Akhirnya kamu sadar juga!’Sonia sungguh keha
Sonia melakukan serangan kuat ke alat vital orang itu. Sepuluh menit kemudian, sekelompok orang yang menghalangi Sonia sudah tidak bisa berdiri dengan tegak lagi.Saat ini, Sonia melepaskan kacamatanya, lalu menginjak orang-orang itu. Ketika melewati pria yang ditusuknya dengan jarum, Sonia menyadari pria itu sudah kehilangan kesadarannya. Dia membungkukkan tubuhnya untuk mencabut jarum itu, lalu mengelap tangannya di atas pakaian si pria. Tatapan Sonia kembali tertuju pada jarum tajam itu, Sonia pun menunjukkan ekspresi tersenyum menyeringai.Ban mobil balap sudah bocor. Sonia menemukan sebuah mobil yang masih bisa digunakan di antara dua mobil lainnya. Dia melompat masuk ke mobil, lalu mengendarai mobil dengan melindas beberapa orang tersebut. Dalam sekejap, mobilnya menghilang tanpa jejak.Jalan raya membentang tanpa batas. Tidak terlihat satu pun motel di sekitarnya.Saat siang hari, Sonia menghentikan mobil di pinggir jalan, mengambil sepotong roti dari tasnya untuk makan siang. S
Dua orang pria di belakang menatap Sonia lekat-lekat. Si pria berkulit putih menjilat bibirnya dengan ujung lidahnya. Dia masih belum melepaskan tangannya, malah mengelus leher Sonia. “Cewek cantik, kamu tidak usah bayar ongkos perjalananmu. Kamu cukup temani kami saja, ya?”Nada bicara Sonia sangat dingin. “Aku ulangi sekali lagi. Lepaskan tanganmu!”Si pria berkulit putih mengeluarkan raut wajah licik. Tiba-tiba muncul sebatang jarum di telapak tangannya. Dia langsung menusukkan jarum ke pundak Sonia.Saat jarum tajam itu hampir mengenai kulit Sonia. Tiba-tiba Sonia membalikkan tubuhnya, kemudian meraih pergelangan tangan si pria. Si pria spontan merasa kaget. Tetiba terdengar suara keretekan keras. Disusul, pergelangan tangan pria itu langsung patah. Dia ditarik Sonia, lalu dibuang ke luar mobil.“Ahh!” jerit si pria berkulit putih. Dia jatuh menghantam jalan raya, lalu bergulir beberapa kali.Ekspresi mereka berdua langsung berubah. Pengemudi menginjak rem dengan kuat, menyebabkan