Saat Sonia kembali ke lantai atas, dia menerima pesan dari Reza, “Datang ke kamar utama!”Sonia mengetuk pintu dan masuk ke kamar. Pria itu sedang duduk di tempat tidur sambil membaca buku. Begitu dia melihat Sonia datang, dia langsung tersenyum, “Ke sini!”Sonia berjalan mendekat, lalu telungkup di tempat tidur. Dagunya bertumpu pada kaki Reza yang ramping. Kemudian, dia menatap pria itu dengan sepasang matanya yang besar dan jernih. Sonia tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi ragu-ragu.Reza membungkukkan badannya sedikit, lalu mengelus kepala Sonia dan bertanya, “Ada apa?”Sonia menarik tangan Reza dan meletakkan tangan itu di wajahnya. Setelah itu, dia berkata, “Kamu tahu banyak hal. Menurutmu, kenapa ada orang tua yang nggak sayang sama anak mereka sendiri?”Di bawah telapak tangan Reza ada pipi Sonia yang lembut, tapi pria itu merasakan seolah-olah seluruh bagian dari Sonia ada di telapak tangannya. Dia berpikir sejenak, lalu pelan-pelan berkata, “Sifat manusia sangat rumit, suli
Usai berkata, Susan melihat Sonia mengangkat wajah dan menatapnya dengan sepasang mata jernih. Sorot matanya tampak dingin dan dalam. Kalau dilihat lebih jelas, mata itu juga seperti genangan air jernih yang tidak menyembunyikan apa pun.Susan yang ditatap seperti itu spontan merasa bersalah. Untuk menutupi perasaannya, dia segera tersenyum dan berkata, “Nggak apa-apa kalau kamu nggak sempat. Paling-paling aku urus dua-duanya sendirian.”Sonia menyimpan bukunya, lalu berdiri dan berkata, “Boleh, kok. Siapa nama teman kamu itu?”Susan sangat senang, dia pun segera berkata, “Wulan. Kamu ke lantai enam dan bilang sama Kak Sunny kalau kamu gantikan Wulan. Dia tahu, kok.”“Oke!” kata Sonia.“Terima kasih, Sonia. Kapan-kapan aku traktir kamu.” Susan mengucapkan terima kasih.Setelah Sonia pergi, Jessy berjalan menghampiri Susan dan bertanya dengan heran, “Dia ke sana begitu saja?”“Perempuan nggak punya otak. Kalau Reza dan Melvin nggak melindungi dia, kamu kira dia bisa bertahan lama di Kas
Mereka berdua masuk ke ruangan sambil membawa buah dan minuman. Seseorang sedang bernyanyi di ruangan dengan lampu berkedip-kedip itu. Suara musik begitu keras hingga memekakkan telinga.Semua orang sedang bersenang-senang. Tidak ada yang memperhatikan dua pelayan yang datang untuk mengantarkan minuman dan buah.Sonia melihat Yoko yang duduk di sofa seberangnya ketika dia menuangkan minuman. Perempuan dengan gaun merah muda yang tadi sedang duduk di sebelahnya sambil main game.Begitu perempuan itu melihat buah, dia langsung menoleh dan bersikap manja pada Yoko, “Aku ingin makan leci.”Senyum hangat merekah di wajah tampan Yoko. Dia mengambil leci lalu menyerahkannya pada perempuan itu.Orang-orang di sebelahnya spontan berseru, “Kupaskan untuk Rani, dong!”“Nggak hanya dikupas, kamu juga harus suapi Rani!”“Menurut kalian, harus suapi dengan cara apa?”“Tentu saja dengan mulut!”Saat semua orang tengah tertawa, perempuan itu mengangkat kepalanya sedikit dan menunggu Yoko mengupas leci
Pukul 10.30, Sonia kembali ke Imperial Garden. Dia juga telah menerima informasi dari Ariel. Bos Yoko bernama Jordan dan memiliki seorang putri yang bernama Rani. Di dalam informasi mencakup latar belakang dan riwayat keluarga itu. Pada dasarnya, Jordan memulai usahanya dari nol. Mereka perhiasan yang dia dirikan cukup terkenal di Kota Jembara. Desain perhiasannya berasal dari Arkava Studio, yang merupakan nilai jual utama perusahaannya.Setelah itu ada informasi mengenai Yoko, penduduk asli Kota Jagar. Kedua orang tuanya adalah pekerja biasa.Satu hal yang mengejutkan Sonia yaitu keluarga Yoko dan keluarga Jordan masih kerabat. Nenek Yoko dari sebelah ibu adalah sepupu ibunya Jordan. Yoko seharusnya memanggil Jordan paman.Hubungan saudara yang sudah sangat jauh. Entah Yoko masuk ke perusahaan itu ada hubungannya dengan hal itu atau tidak.Selain hubungan saudara ini, informasi lainnya hampir sesuai dengan dugaan Sonia. Perempuan yang dilihatnya hari ini seharusnya adalah Rani, putri
Tentu saja, Reza terus berkata pada dirinya sendiri kalau bukan Sonia yang membuatnya kecanduan, tapi tubuh perempuan itu.Kebetulan saja, Sonia juga sangat imut. Itu yang membuat hubungan ini sedikit lebih menarik baginya.Setelah mandi dan kembali ke kamar, Reza mendapati Sonia sedang membaca buku dengan posisi yang sama seperti sebelumnya. Hanya saja, Sonia kelihatannya tidak terlalu fokus membaca. Dia seperti sedang melamun.Reza duduk di samping tidur, lalu membungkuk dan mencium wajah Sonia. Dia pun bertanya lembut, “Lagi pikir apa sampai serius begitu?”Sonia mendongak, lalu meletakkan bukunya. Setelah itu, dia bertanya, “Apa yang Tasya lakukan akhir-akhir ini?”“Akhir-akhir ini dia kelihatannya agak senggang. Aku pulang beberapa kali, dia selalu ada di rumah setiap aku pulang. Ada apa?” Reza membungkuk dan menciumnya lagi. Dia bahkan menjawab dengan nada asal-asalan.Sonia mencuri jeda dan berkata, “Besok libur, aku ingin ajak Tasya jalan-jalan. Nggak tahu dia sempat nggak, ya?
Setelah menutup telepon, Sonia meregangkan badan dan turun dari tempat tidur. Dia pergi mandi lalu pergi sarapan.Di atas meja makan ada dua porsi sarapan. Satu dipesan oleh Reza dan yang satunya lagi dari Kelly. Setiap porsi cukup besar, cukup untuk dimakan Sonia seharian.Usai menyarap, Sonia menelepon Tasya dan mengajaknya jalan-jalan. Tasya langsung setuju. Suaranya terdengar begitu gembira. Sepertinya perempuan itu sudah sangat bosan di rumah.Tasya berkata kalau dia akan menyuruh sopirnya untuk menjemput Sonia. Namun, Sonia menolak dijemput. Mereka berdua pun janjian bertemu di depan pintu masuk mall.Setelah mengajak Tasya, Sonia pergi ganti baju dan siap-siap keluar. Sebelum pergi, dia melihat black card yang ditinggalkan Reza. Setelah berpikir sejenak, dia memasukkan kartu itu ke dalam buku di laci.Sonia naik kereta bawah tanah dua kali. Begitu sampai di mall, Tasya sedang duduk di cafe sebelahnya minum es. Setelah keduanya bertemu, Tasya tampak senang, “Sonia, aku kangen ban
“Kalau begitu bantu pikir nanti malam kita makan apa, ya?” Tasya memutar matanya, “Makanan Barat? Hotpot? Atau barbekyu?”Kadang-kadang Sonia merasa Tasya yang rendah hati sama sekali tidak seperti anak dari keluarga kaya. Dia sama sekali tidak memiliki gengsi seperti nona-nona besar lainnya. Dia suka makan barbekyu. Sekalipun hanya warung makan di kaki lima, dia juga akan makan dengan senang hati.Mungkin karena itulah Yoko telah berpacaran dengannya begitu lama, tapi pria itu tidak pernah menyangka kalau Tasya adalah putri dari keluarga Herdian.Pada akhirnya, mereka pergi ke restoran ikan bakar. Yoko yang mereservasi tempat di restoran itu.Waktu masih awal ketika Sonia dan Tasya tiba di restoran ikan bakar. Tidak banyak pengunjung di restoran itu. Oleh karena itu, mereka berdua memilih tempat duduk di dekat jendela untuk menunggu Yoko.Sekitar setengah jam kemudian, Yoko datang. Namun, pria itu tidak sendirian. Dia membawa seseorang bersamanya.Wajah Sonia seketika menjadi muram ke
Lapisan keringat dingin seketika membasahi kening Yoko. Dia pun berkata dengan lantang, “Restoran ini dekat dengan perusahaan. Kadang-kadang setelah pulang kerja, aku makan di sini.”Tasya tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia tahu selera Sonia, karena itu dia memsan dua jenis hidangan dan menyerahkan menu kepada pelayan.Saat menunggu makanan datang, Rani melihat tas Tasya, lalu bertanya, “Kak Tasya beli di mana tasnya?”“Memangnya kenapa?” tanya Tasya dengan acuh tak acuh.Rani pun tersenyum penuh arti, “Aku sudah beli hampir semua tas LV. Tapi aku belum pernah lihat tas seperti itu.”Tasya menjawab dengan acuh tak acuh, “Nggak apa-apa. Aku nggak peduli soal merek ketika beli barang. Yang penting aku suka.”Rani menyeringai, “Semua orang berpikir seperti itu ketika masih muda. Tapi begitu kamu kerja nanti, kamu akan menyadari tanpa tas bagus, rekan kerjamu akan memandang rendah kamu.”Pakaian yang dikenakan Tasya adalah pakaian yang dibuat khusus, tapi tanpa mereka. Hanya saja, Rani han
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u
Dari sudut pandang Reza, kebetulan dia bisa melihat daun telinga merah Sonia. Sonia kelihatan sangat imut.Theresia menggigit bibirnya dan tidak bertanya lagi.Mereka berjalan ke dalam lift, lalu naik ke lantai atas. Saat berjalan di depan bar, pintu dibuka. Selain Kase, semua orang merasa kaget.Kase menyuruh orang untuk mengganti bar menjadi aula perjamuan. Aula itu diselimuti dengan gaya hutan hujan tropis, berbagai tanaman hijau tropis memenuhi ruang seluas ribuan meter persegi. Di bawah pencahayaan bar sebelumnya, lampu berwarna-warni tersembunyi di balik tanaman tinggi, memancarkan cahaya melalui bayangan dedaunan ke langit-langit. Efek cahaya yang berkilauan menciptakan suasana segar dan magis, tetapi tetap hangat dan semarak, memberikan efek visual yang luar biasa. Tempat yang dulunya penuh dengan kebisingan dan kemewahan yang kacau, kini berubah menjadi cerah dan bersih.Terdapat banyak orang di dalam bar mengenakan gaun pesta yang anggun dengan riasan yang elegan. Mereka ber
“Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi
Dania, Pretty, dan yang lain bertanya kapan Sonia akan kembali?Sonia memberi tahu mereka bahwa dia akan segera kembali!Setelah meletakkan ponsel, Sonia mengganti pakaiannya untuk meninggalkan tempat.Saat memasuki lantai B12, Tensiro dan wanitanya sedang berciuman di sofa.Meskipun Sonia masuk, mereka berdua juga tidak bermaksud untuk berhenti. Sonia melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelayan. Dia tidak memperhatikan majikannya, hanya fokus dalam membersihkan kamar.Ruangan di lantai bawah tanah ini tidak berdebu sama sekali. Tidak ada yang perlu dibersihkan. Sonia pergi ke kamar untuk membereskan pakaian ganti wanita itu. Pada saat ini, mereka berdua yang berada di dalam ruang tamu telah mengambil alkohol. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi memancing ikan.Sonia pergi membersihkan ruang baca. Komputer sedang dalam keadaan dibuka. Gambar layar yang ditampilkan adalah rasi bintang Biduk. Di tengah luasnya langit malam, hanya bintang-bintang Biduk yang bersinar paling terang.So
Sonia menerima panggilan video. Dia langsung menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kakek!”Sekarang cuaca di Kota Atria kelihatan cerah. Jemmy pun berkata dengan tersenyum, “Selamat ulang tahun!”Sonia tersenyum. “Terima kasih, Kakek!”“Mengenai hadiah ulang tahunmu, aku dan kakakmu sudah mempersiapkannya. Kami letakkan di kamarmu. Tadi Indra dan Arkas bilang siang hari makan mie ulang tahun untuk merayakan ulang tahun buat kamu.”“Dia lagi berpikir variasi apa yang bisa dia buat untuk mie ulang tahun kali ini, biar kamu bisa ingin memakannya ketika melihatnya. Kalau kamu ingin makan, bisa jadi kamu akan segera terbang ke sini,” ucap Jemmy dengan tersenyum. “Semua ini pasti ulah Arkas.”Hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih untuk Pak Arkas dan juga Kakek Indra.”“Apa kamu masih di Mirlan? Kapan kamu pulangnya?” tanya Jemmy.“Aku akan pulang dalam beberapa hari ini. Aku akan pulang untuk menemanimu!” balas Sonia dengan tersenyum santai.“Apa hari ini ada yang merayakan ulang tahun buat k
Tadinya Sonia mengira, seiring berjalannya waktu, efek samping dari obat itu akan berkurang. Namun setelah dilihat sekarang, sepertinya tidak demikian.“Jangan! Aku yang menyebabkanmu menjadi seperti ini!” Terlintas rasa sakit hati dan bersalah di dalam mata Kase. Dia menatap Sonia dalam-dalam, lalu membuka pintu berjalan meninggalkan tempat.Setelah Kase pergi, Sonia kembali mengenang kembali mimpi semalam. Dia tetap saja tidak bisa kepikiran apa pun. Hanya saja, seharusnya Sonia telah mimpi semalam.Sampai saat ini, rasa gelisah dan sakit masih terbayang di dalam benak Sonia. Rasa pesimis yang tidak terdeskripsikan telah menguasai benaknya saat ini. Tiba-tiba Sonia kepikiran kenapa Rayden bisa melepaskannya dengan semudah ini? Apa benar hanya karena Kase dan Bondala? Apa Rayden masih sedang mengontrol dirinya?Sonia kembali berbaring di atas ranjang. Dia meringkuk, tidak bisa meluapkan rasa lara di hatinya. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya keluar dari perasaan ini? Dia hanya mer
Sebentar lagi sudah subuh, Reza membuka ponselnya. Dia sedang melihat jam, tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu membuka sistem yang terhubung dengan kalung Sonia. Suhu tubuh dan detak jantung Sonia tidak berada di kondisi normal.Kening Reza sedikit berkerut. Apa Sonia melepaskan kalungnya lagi?Sebelumnya Reza menyadari Sonia akan melepaskan kalung itu saat sedang tidur. Reza juga pernah mempertanyakan masalah itu. Sonia mengatakan tidaklah nyaman untuk mengenakan sesuatu di saat sedang tidur.Hanya saja, meski Sonia sedang tidur, Reza juga bisa merasakan detak jantungnya. Siapa suruh saat ini Sonia tidak berada di dalam pelukannya.Reza mengendus ringan. Setelah waktu menunjukkan pukul 12, dia mengirim pesan kepada Sonia.[ Istriku, selamat ulang tahun! ]…Keesokan harinya, sama seperti biasanya, saat hampir mendekati pukul sembilan pagi, Sonia dibangunkan oleh Kase.Kali ini, agak sulit untuk membangunkan Sonia daripada biasanya. Saat Sonia bangun, dia malah kelihatan linglung.“
“Bondan!” balas Reza dengan suara datar, “Ada urusan?”“Iya, sudah terjadi sesuatu!” Bondan segera memberi tahu masalah Sonia dihujat kepada Reza. “Sekarang masalah ini sangat heboh. Keluarga Dikara sendiri yang merusak nama Sonia. Sekarang Sonia lagi dihujat habis-habisan sama warganet. Bahkan, Arkava Studio dan GK Jewelry juga terkena imbasnya.”Suara Reza bagai suara halilintar yang terdengar menggelegar. “Mereka memang cari mati!”“Kapan kalian kembalinya? Apa yang bisa aku lakukan untuk Sonia?” tanya Bondan, “Kak Jason lagi tidak di sini. Nona Ranty dan Matias juga belum kembali dari bulan madu. Keluarga Tamara memang pintar dalam mencari kesempatan.”Sepertinya anggota Keluarga Tamara yakin Sonia tidak akan menampakkan diri, itulah sebabnya mereka bisa bersikap semena-mena. Sekarang kondisi Sonia tidaklah bagus. Semua skandalnya tampaknya sudah memiliki bukti kuat. Bahkan jika suatu hari nanti dia kembali dan mencoba untuk menjelaskan, kemungkinan besar warganet juga tidak akan m
Ketika melihat ayahnya juga melihat dengan penasaran, Cindy memutar bola matanya dan mendengus dingin. “Tebakanku!”“Kalau kamu bisa menghubungi Sonia, kamu telepon dia, suruh dia sementara ini untuk jangan kembali ke Jembara. Sembunyi di luar saja.” Hani menghela napas. Dia kelihatan sangat cemas. “Mengenai masalah kita, pasti kita akan ditekan oleh Keluarga Dikara dan juga Keluarga Tamara. Lebih baik kita banyak berdoa saja. Semoga Ayah tidak sadis memperlakukan kita seperti dia memperlakukan Sonia!”Ferdi berkata, “Jangan takut. Masih ada aku dan juga Kak Cindy!”Cindy berucap, “Ibu, kamu dan Ayah pasti mesti tetap berpihak sama Sonia. Kalian percaya sama aku. Keputusan kalian hari ini sudah benar.”Hani tahu Cindy sangat mengagumi Sonia, juga tidak memasukkan ucapannya ke dalam hati. Dia berpikir sejenak, kemudian berkata, “Aku akan telepon Tuan Bondan untuk beri tahu masalah ini.”Harun berdiri. “Biar aku saja!”Setelah anggota Keluarga Tamara meninggalkan rumah Harun, dia segera