Pukul 10.30, Sonia kembali ke Imperial Garden. Dia juga telah menerima informasi dari Ariel. Bos Yoko bernama Jordan dan memiliki seorang putri yang bernama Rani. Di dalam informasi mencakup latar belakang dan riwayat keluarga itu. Pada dasarnya, Jordan memulai usahanya dari nol. Mereka perhiasan yang dia dirikan cukup terkenal di Kota Jembara. Desain perhiasannya berasal dari Arkava Studio, yang merupakan nilai jual utama perusahaannya.Setelah itu ada informasi mengenai Yoko, penduduk asli Kota Jagar. Kedua orang tuanya adalah pekerja biasa.Satu hal yang mengejutkan Sonia yaitu keluarga Yoko dan keluarga Jordan masih kerabat. Nenek Yoko dari sebelah ibu adalah sepupu ibunya Jordan. Yoko seharusnya memanggil Jordan paman.Hubungan saudara yang sudah sangat jauh. Entah Yoko masuk ke perusahaan itu ada hubungannya dengan hal itu atau tidak.Selain hubungan saudara ini, informasi lainnya hampir sesuai dengan dugaan Sonia. Perempuan yang dilihatnya hari ini seharusnya adalah Rani, putri
Tentu saja, Reza terus berkata pada dirinya sendiri kalau bukan Sonia yang membuatnya kecanduan, tapi tubuh perempuan itu.Kebetulan saja, Sonia juga sangat imut. Itu yang membuat hubungan ini sedikit lebih menarik baginya.Setelah mandi dan kembali ke kamar, Reza mendapati Sonia sedang membaca buku dengan posisi yang sama seperti sebelumnya. Hanya saja, Sonia kelihatannya tidak terlalu fokus membaca. Dia seperti sedang melamun.Reza duduk di samping tidur, lalu membungkuk dan mencium wajah Sonia. Dia pun bertanya lembut, “Lagi pikir apa sampai serius begitu?”Sonia mendongak, lalu meletakkan bukunya. Setelah itu, dia bertanya, “Apa yang Tasya lakukan akhir-akhir ini?”“Akhir-akhir ini dia kelihatannya agak senggang. Aku pulang beberapa kali, dia selalu ada di rumah setiap aku pulang. Ada apa?” Reza membungkuk dan menciumnya lagi. Dia bahkan menjawab dengan nada asal-asalan.Sonia mencuri jeda dan berkata, “Besok libur, aku ingin ajak Tasya jalan-jalan. Nggak tahu dia sempat nggak, ya?
Setelah menutup telepon, Sonia meregangkan badan dan turun dari tempat tidur. Dia pergi mandi lalu pergi sarapan.Di atas meja makan ada dua porsi sarapan. Satu dipesan oleh Reza dan yang satunya lagi dari Kelly. Setiap porsi cukup besar, cukup untuk dimakan Sonia seharian.Usai menyarap, Sonia menelepon Tasya dan mengajaknya jalan-jalan. Tasya langsung setuju. Suaranya terdengar begitu gembira. Sepertinya perempuan itu sudah sangat bosan di rumah.Tasya berkata kalau dia akan menyuruh sopirnya untuk menjemput Sonia. Namun, Sonia menolak dijemput. Mereka berdua pun janjian bertemu di depan pintu masuk mall.Setelah mengajak Tasya, Sonia pergi ganti baju dan siap-siap keluar. Sebelum pergi, dia melihat black card yang ditinggalkan Reza. Setelah berpikir sejenak, dia memasukkan kartu itu ke dalam buku di laci.Sonia naik kereta bawah tanah dua kali. Begitu sampai di mall, Tasya sedang duduk di cafe sebelahnya minum es. Setelah keduanya bertemu, Tasya tampak senang, “Sonia, aku kangen ban
“Kalau begitu bantu pikir nanti malam kita makan apa, ya?” Tasya memutar matanya, “Makanan Barat? Hotpot? Atau barbekyu?”Kadang-kadang Sonia merasa Tasya yang rendah hati sama sekali tidak seperti anak dari keluarga kaya. Dia sama sekali tidak memiliki gengsi seperti nona-nona besar lainnya. Dia suka makan barbekyu. Sekalipun hanya warung makan di kaki lima, dia juga akan makan dengan senang hati.Mungkin karena itulah Yoko telah berpacaran dengannya begitu lama, tapi pria itu tidak pernah menyangka kalau Tasya adalah putri dari keluarga Herdian.Pada akhirnya, mereka pergi ke restoran ikan bakar. Yoko yang mereservasi tempat di restoran itu.Waktu masih awal ketika Sonia dan Tasya tiba di restoran ikan bakar. Tidak banyak pengunjung di restoran itu. Oleh karena itu, mereka berdua memilih tempat duduk di dekat jendela untuk menunggu Yoko.Sekitar setengah jam kemudian, Yoko datang. Namun, pria itu tidak sendirian. Dia membawa seseorang bersamanya.Wajah Sonia seketika menjadi muram ke
Lapisan keringat dingin seketika membasahi kening Yoko. Dia pun berkata dengan lantang, “Restoran ini dekat dengan perusahaan. Kadang-kadang setelah pulang kerja, aku makan di sini.”Tasya tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia tahu selera Sonia, karena itu dia memsan dua jenis hidangan dan menyerahkan menu kepada pelayan.Saat menunggu makanan datang, Rani melihat tas Tasya, lalu bertanya, “Kak Tasya beli di mana tasnya?”“Memangnya kenapa?” tanya Tasya dengan acuh tak acuh.Rani pun tersenyum penuh arti, “Aku sudah beli hampir semua tas LV. Tapi aku belum pernah lihat tas seperti itu.”Tasya menjawab dengan acuh tak acuh, “Nggak apa-apa. Aku nggak peduli soal merek ketika beli barang. Yang penting aku suka.”Rani menyeringai, “Semua orang berpikir seperti itu ketika masih muda. Tapi begitu kamu kerja nanti, kamu akan menyadari tanpa tas bagus, rekan kerjamu akan memandang rendah kamu.”Pakaian yang dikenakan Tasya adalah pakaian yang dibuat khusus, tapi tanpa mereka. Hanya saja, Rani han
Kesabaran Tasya sudah mencapai batasnya. Namun, didikan keluarganya tidak mengizinkannya untuk ribut di tempat umum. Oleh karena itu, dia menelan semua amarah di dalam hatinya dan menahan diri untuk tidak bicara.Namun, Sonia tiba-tiba berkata, “Kalau Tasya berpikiran sempit, kamu kira kamu masih bisa duduk di sini?”Rani mendongak dan menatap Sonia dengan tajam, “Apa maksudmu? Kamu siapa? Memangnya kamu punya hak bicara di sini?”Sonia tertawa sinis, “Kalau begitu, kamu tahu posisimu sendiri, nggak? Yoko pacarnya Tasya!”“Lalu kenapa?” Rani tertawa, “Aku adik sepupunya. Memangnya kalau sudah punya pacar, Kak Yoko nggak boleh baik sama adik sepupunya?”“Tolong hapus kata adik sepupu itu!” tukas Sonia.Sonia sejak awal sudah muak. Seandainya bukan karena mempertimbangkan Tasya masih memiliki perasaan terhadap Yoko, Sonia pasti sudah menendang perempuan sok dan menjijikkan itu keluar dari jendela.Rani tertegun sejenak, lalu tersadar. Ekspresi wajahnya seketika berubah, “Kamu ngomong apa
Dalam perjalanan kembali ke Imperial Garden, Sonia menerima telepon dari Reza. Pria itu menanyakan apakah dia sudah pulang ke rumah, sekaligus memberi tahu Sonia kalau dia masih ada perjamuan sehingga akan pulang lebih malam.Sonia berkata kalau dia sebentar lagi sampai, jadi Reza tidak perlu khawatir. Reza mendengar suara Sonia agak lemas. Dia tidak langsung menutup telepon, melainkan pergi dari mejanya lalu keluar dari ruang VIP. Setelah itu dia bertanya ada apa.Sonia kaget dengan insting tajam Reza. Dia pun segera berkata, “Nggak apa-apa, hanya sedikit lelah.”“Kalau begitu pulang ke rumah langsung mandi. Istirahat lebih awal,” perintah Reza dengan suara lembut.“Oke, kamu sibuk dulu. Aku tutup, ya.”Sonia menutup telepon. Taksi yang ditumpanginya telah tiba di luar gerbang Imperial Garden. Setelah membayar biaya taksi, dia langsung turun dari mobil.Sesampainya di rumah, Sonia langsung mandi. Usai mandi, dia menerima telepon dari Tasya. Suara Tasya terdengar lebih lega, “Aku barus
Setelah menutup telepon, Sonia langsung meletakkan ponselnya di samping. Dia sama sekali tidak menganggap serius masalah ini.Kasen.Di malam hari, Melvin datang. Pria itu langsung meminta Sonia yang mengantarkan minuman ke ruangannya.Sera juga dalam dilema. Apa maksud Melvin? Jelas-jelas Melvin tahu kalau Sonia milik Reza. Apakah dia sengaja melawan Reza?Di saat Sera tengah dilema, Susan datang dengan membawa minuman. Dia meletakkan minuman di tangannya ke atas meja dan berkata pada Sera, “Tamu 8805 minta Sonia yang antar. Kalau aku yang antar, dia nggak mau.”Sera, “....”Ada apa dengan hari ini?“Tamu-tamu ini yang benar saja, ya. Memangnya mereka nggak tahu kalau Sonia pelayan khusus? Sekarang dia hanya khusus melayani orang nomor satu, bagaimana dia bisa melayani orang biasa?” celetuk Jessy dengan acuh tak acuh.Perempuan lain yang bernama Devi langsung berbisik, “Sebenarnya Sonia mudah diajak bergaul. Saat kita sibuk, dia bahkan berinisiatif untuk bantu kita.”Jessy tertawa sin
Saskia tahu apa maksud Jason. Dia tidak segera memberi jawaban pasti, melainkan langsung mengalihkan topik pembicaraan. “Sebenarnya boleh tidak aku bawa Yana ke rumah? Tadi ayahmu baru berpesan sama aku. Dia bahkan sudah menghafal cerita dongeng untuk diceritakan kepada Yana.”Jason berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Oke, bawa Yana pulang saja. Aku akan bicara dengan Kelly.”Saskia langsung merasa gembira. Dia menggendong Yana sembari berkata, “Ayo pulang bersama Nenek. Ucapkan sampai jumpa kepada Ayah!”“Di mana Ibu?” tanya Yana.Jason memiringkan kepalanya untuk mencium pipi Kelly. “Aku pergi cari Ibu dulu. Kamu pulang dengan Nenek sana. Nanti malam kita lakukan panggilan video.”“Emm!” Yana mengangguk dengan patuhnya. “Sampai jumpa, Ayah!”“Sampai jumpa!”Jason sungguh merasa gembira. Dia menggendong Yana berjalan keluar. “Kakek suruh orang untuk bawa seekor koala dan dua ekor kelinci dari luar negeri. Semuanya cantik-cantik. Apa kamu mau melihatnya?”“Nenek!” Kening Yana berkerut.
Celine malah memperhatikan Reza dan Sonia. Pada acara seperti ini, Reza malah memilih untuk berdiri di samping Sonia. Apa hubungan mereka berdua sudah diresmikan?Hati Celine terasa panik. Dia merasa waktu yang tersisa sangatlah sedikit. Namun, dengan sikap arogan Celine, dia tidak bisa menjilat pria seperti yang dilakukan Sonia!Ketika kepikiran hal ini, Celine semakin meremehkan Sonia!…Jemmy menghadiahkan sebuah hadiah berharga untuk Ranty. Sebelum pergi, dia berpesan kepada Ranty, “Sekarang kamu sudah menikah, kamu pun sudah dewasa. Ke depannya kamu tidak boleh bersikap kekanak-kanakan lagi dan mesti jaga temperamenmu. Lewatilah hidupmu bersama Matias dengan baik!”Ranty memeluk Jemmy dengan perlahan. “Kakek, terima kasih sudah kemari hari ini. Aku pasti akan dengar ucapanmu!”“Kamu memang patuh!” Jemmy menepuk pundak Ranty. “Kamu tidak usah antar lagi. Aku pulang saja!”Kedua mata Ranty menjadi basah. Dia melambaikan tangannya. “Sampai jumpa, Kakek!”Reza dan Sonia mengantar Jemm
“Iya! Iya!” Orang yang berbicara segera menimpali, “Anak muda punya pemikirannya sendiri. Pikiran kita juga tidak boleh terlalu konservatif. Yang penting mereka gembira saja!”Saskia tersenyum, lalu mengambil tisu untuk menyeka krim di ujung bibir Yana dengan lembut.Lysa berkata, “Reza masih belum mengadakan resepsi pernikahan. Nanti keluarga kita diskusikan tanggal, kemudian kita adakan bersama saja, lebih ramai juga. Lagi pula, hubungan Reza dan Jason juga cukup bagus.”Kedua mata Saskia langsung berkilauan. Dia berpikir sejenak, lalu mengangkat kepalanya. “Oke, nanti biarkan Jason dan Reza ambil keputusan saja!”Lysa mengangguk dengan tersenyum lembut. Dia berpikir seandainya mereka berdua bisa menikah bersama, sepertinya akan lebih cepat lagi. Dia sudah tidak sabaran ingin Sonia memanggilnya dengan sebutan “Ibu”.…Setelah acara bubar, mobil sudah berhenti di depan untuk mengantar Jemmy dan Aska pulang.Sonia, Reza, Ranty, dan yang lain mengantar kedua senior ke luar gedung.Orang
Nelson mengangkat-angkat alisnya. “Ternyata kamu sudah mengundurkan diri. Apa karena kamu bertengkar sama Bos Yandi?”Ketika melihat sikap mereka berdua tadi, sepertinya mereka sedang tidak akur.Tasya menunduk, lalu membalas dengan suara pelan, “Nggak ada yang perlu dipertengkarkan. Aku … semua salahku. Aku nggak ingin tambah masalah buat dia. Lagi pula, aku pergi bekerja atau nggak, semuanya juga nggak ada hubungannya sama dia!”Nelson bertanya dengan bingung, “Kesalahan apa yang kamu perbuat?”Tasya tidak berbicara.Nelson tersenyum. “Kalau tidak mau kerja, ya tidak usah. Kamu memang tidak seharusnya ke sana!”“Iya.” Tasya tersenyum menyindir sembari bergumam, “Memang nggak seharusnya aku ke sana!”“Kalau begitu, kamu akan punya waktu yang lebih banyak di akhir pekan. Nanti kita pergi daki gunung bersama atau nonton film di bioskop.” Tersimpan amarah di dalam mata Nelson. Dia menatap Tasya dengan sedikit harapan.Tasya mengangguk dengan tidak fokus. “Oke!”“Kalau begitu, sepakat, ya
Ketika Reza mendengar suara tawa Sonia, dia langsung menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dada lebar Reza bisa membuat Sonia bersandar dengan nyamannya. Dia berkata dengan suara rendah, “Sonia, aku benar-benar sangat beruntung!”“Emm?” Sonia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Reza.Reza menatap Sonia dengan tatapan membara. “Beruntung sekali!”Ujung bibir Sonia melengkung ke atas. “Aku juga merasa seperti itu!”Hati Reza terasa lembut. Dia menunduk untuk mengecup kening Sonia, lalu beralih ke ujung hidung mancung, kemudian berakhir di bibirnya.…Setelah Yandi meninggalkan tempat, dia berjalan ke area parkiran. Dari kejauhan, terlihat dua sosok orang sedang berjalan menghampirinya. Suara yang familier juga terdengar.“Oscar, yang cepat. Kue tarnya sudah meleleh, nih!”Suara Tasya terdengar sedikit manis dan imut.Oscar segera mengikuti langkah Tasya, lalu mengambil kue tar dari tangan Tasya. Suaranya terdengar tidak berdaya dan santai. “Padahal semuanya sudah tersedia di acara, kam
Reza berdiri di kegelapan untuk sejenak. Kemudian, dia baru membalikkan tubuhnya berjalan menuruni tangga.Saat ini, Sonia dan Yandi masih duduk di anak tangga sembari mengobrol sesuatu. Saat mendengar ada suara langkah kaki dari atas, Sonia mengangkat kepalanya melihat ke arah datangnya suara. Terlintas sedikit kelembutan di dalam tatapan dinginnya.Reza melepaskan jaketnya untuk membungkus tubuh Sonia. Dia menatap Yandi, lalu bertanya, “Kenapa tidak minum di dalam?”Yandi berdiri, lalu membalas dengan tersenyum datar, “Tadi aku sudah minum bersama Ranty.” Pada saat ini, Yandi melihat jam tangannya. “Leon masih menungguku di luar. Aku pulang dulu.”Reza mengangguk. “Hati-hati di jalan!”Yandi mengangguk dengan perlahan, kemudian berkata pada Sonia, “Ranty sibuk sekali. Aku tidak masuk untuk pamitan sama dia. Bantu aku sampaikan kepadanya, ya.”“Oke!” balas Sonia.“Ayo!” Yandi tersenyum, lalu meninggalkan tempat.Setelah Yandi pergi, Reza duduk di samping Sonia. Angin malam berembus me
Reza berdiri di lantai atas. Ketika melihat mereka berdua sedang duduk di anak tangga sembari mengobrol, tatapannya kelihatan tajam.Beberapa saat kemudian, Reza berjalan menuruni tangga. Menyusuri lorong panjang yang klasik dan sunyi, Melvin kebetulan berjalan ke arah yang sama. Tujuan mereka berdua adalah Sonia. Ketika saling melihat satu sama lain, mereka serempak berhenti.Di bawah lorong, lentera besi hitam bergaya istana berkelip dengan cahaya dingin yang redup. Di luar sana, kembang api sedang dinyalakan, percikan cahaya yang gemerlap menerangi dan meredupkan wajah tampan keduanya secara bergantian.Sosok Reza sebagian bersembunyi dalam bayangan gelap. Garis wajahnya menjadi lebih tegas dan tajam. Tekanan kuat yang dia pancarkan membuat udara dingin malam ini terasa semakin tipis.Mengenai Melvin, dia tetap menunjukkan gaya santainya. Anting dengan batu berlian hitam menghiasi daun telinganya. Rompi hitam dipadukan dengan kemeja putih. Sementara, kedua tangannya dimasukkan ke da
Kelihatan sekali pria itu sudah mabuk. Dia menindih Sintha, lalu mencium wajah si wanita. Sintha yang mabuk itu juga tidak memiliki tenaga untuk meronta. Dia hanya bisa memejamkan matanya sembari menangis saja.Saat Sonia hendak membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi, tiba-tiba terdengar suara “sret”, gaun Sintha sudah dilepaskan.“So … Sonia!” jerit Sintha dengan menangis terisak-isak. Hanya saja, suara itu sangat kecil. Di tempat yang ramai ini, tidak akan kedengaran sama sekali.Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan mendekat. Dia berkata kepada si pria, “Lepaskan dia!”Sintha berusaha untuk melihat ke sisi Sonia dengan tatapan penuh rasa takut. Dia juga sedang mengisyaratkan Sonia untuk memelasnya.Pria itu memiliki perawakan yang sangat tinggi. Dia menatap Sonia dengan galak, lalu membalas dengan nada sinis, “Bukannya pengiring pengantin wanita memang untuk dipermainkan tamu!”Sepertinya pria itu bersikap lancang bukan karena di bawah pengaruh
Sintha segera berkata, “Terserah Tuan Jason mau minum berapa gelas, aku akan temani kamu!”“Hebat sekali?” Jason tertawa, lalu melihat ke sisi Bondan. “Ambil beberapa gelas besar. Tuang alkohol sampai penuh untuk Nona Sintha.”Bondan dan yang lainnya juga tidak takut untuk memperbesar masalah. Mereka segera mengambil tiga gelas kosong yang bisa mengisi dua sampai tiga botol alkohol. Semuanya dituang hingga penuh, lalu disusun di hadapan Sintha.Jason mengangkat-angkat alisnya untuk menatap wanita itu. “Ayo, diminum! Biar aku lihat seberapa tulusnya Nona Sintha!”Sintha tersenyum. “Tuan Jason lagi bercanda, ‘kan?”Bondan langsung berkata, “Tadi Nona Sintha sendiri yang bilang akan temani aku minum berapa gelas pun. Ternyata kamu lagi bercanda?”Selain Reza, suara para pria di ruangan ini terdengar lembut. Senyuman juga merekah di wajah mereka. Jantung Sintha pun berdebar ketika melihatnya. Jadi, Sintha sendiri juga tidak tahu apa yang sedang mereka pikirkan.Sintha menatap Ranty untuk m