Di bawah pancaran cahaya lampu di malam hari, kedua mata Sonia kelihatan berkilauan. Ketika melihat Reza, ujung bibir Sonia langsung melengkung ke atas. “Apa kamu sudah menunggu dari tadi?”“Nggak, aku baru saja sampai!” Tatapan Reza sangat lembut. Dia melepaskan jas untuk membungkus tubuh Sonia. Suaranya terdengar lembut. “Kamu minum?”Ranty yang berdiri di samping pun tersenyum. “Tenang saja. Dia minumnya bareng aku. Aku nggak akan biarkan Sonia mabuk.”Reza mengangguk dengan perlahan, lalu bertanya pada Ranty, “Kamu mau ke mana? Biar aku suruh anggotaku untuk mengantarmu!”Reza tahu Sonia bersama dengan Ranty. Dia pun menyuruh sopir untuk mengendarai mobil yang satu lagi.Ranty pun tersenyum. “Terima kasih. Kamu bawa Sonia-mu pulang sana!”Sopir yang mengendarai mobil di belakang menuruni mobil, lalu membuka pintu mempersilakan Ranty untuk memasuki mobil. Ranty berjalan pergi. Sebelumnya, dia menoleh untuk melambaikan tangan ke sisi Sonia. “Selamat malam, Cantik!”Sonia merasa kemun
Sonia merasa agak kaget. Sejak semalam postingan diunggah, Pretty tidak sekali pun menghubungi Sonia. Siapa sangka, ternyata dia sedang diam-diam membantu Sonia. Dapat diketahui betapa percayanya Pretty terhadap Sonia!“Nanti aku akan telepon dia untuk ucapin terima kasih!” balas Sonia dengan tersenyum lembut.“Nggak usah, Pretty buat grup baru. Dia masukin ratusan kru lokasi syuting di dalamnya. Siapa yang memberi komentar bagus buat kamu, dia bakal transfer duit ke mereka. Sekarang semua orang di lokasi syuting lagi nggak fokus kerja. Semuanya lagi sibuk untuk belain kamu!” cerita Amelia dengan tersenyum.Sonia terdiam membisu. Jadi, semua anggota kru lokasi syuting membela Sonia demi mendapatkan uang dari Pretty?Tiba-tiba Sonia ingin ketawa.“Kemungkinan aku nggak akan kembali ke lokasi syuting untuk beberapa saat ini. Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku via telepon,” pesan Sonia.“Emm, aku mengerti!” Amelia berkata, “Sonia, kamu cukup di rumah saja. Kamu juga nggak usah hirau
Yana tidak mengetahui apa yang terjadi. Dia terus menceritakan apa yang dilihatnya, misalnya ada seorang wanita sedang menggendong seekor anjing imut. Kemudian, fokus Yana tertuju pada pakaian lucu yang dikenakan si anjing. Selain itu, Yana pun menceritakan ada seorang nenek yang mengenakan topi aneh ….Sonia mengobrol dengan Yana. Ekspresinya kelihatan sangat santai, tetapi langkah kakinya semakin cepat saja. Tak lama kemudian, mereka pun tiba di supermarket.Para pria yang membuntuti Sonia saling bertukar pandang. Mereka berkumpul di sekitar supermarket untuk menunggu kesempatan yang cocok.Tiba-tiba terdengar suara yang sama di dalam headset mereka. “Kalian jalan sekitar 200 meter ke sebelah timur.”Beberapa pria itu menunjukkan ekspresi kaget. Mereka sudah berhasil menemukan sasaran mereka. Kenapa mereka malah disuruh untuk pergi?Hanya saja, mereka juga tidak berani melawan perintah. Semuanya langsung berjalan ke sisi timur. Setelah berjalan sekitar 200 meter menjauh, terdengar pe
Dengan karakter Cella, tidak mungkin dia akan tinggal diam setelah disiksa!Ranty terus menunggu di perusahaan. Saat menjelang siang, dia pun menelepon Sonia. “Sonia, apa anggota Keluarga Tamara mencarimu?”Sonia sedang duduk di lantai sembari membantu Yana memasang balok. Dia membalas dengan datar, “Nggak!”“Ada yang aneh!” Ranty tersenyum dingin. “Jangan-jangan wanita jalang itu takut sama aku?”Sonia membalas, “Tunggu saja. Kalau terjadi apa-apa sama kamu, kamu mesti segera hubungi aku.”“Tenang saja!” Ranty tersenyum menyeringai. “Ingat makan.”Sonia mengakhiri panggilan. Beberapa menit kemudian, dia menerima panggilan dari Frida. “Sonia, aku sudah memulihkan isi percakapan yang dihapus. Orang yang mengunggah postingan menerima bayaran 200 juta dari Cella. Semua isi dari postingan itu diberikan oleh Cella.”“Orang yang mengunggah postingan takut akan digugat kamu. Tapi, Cella menjamin dan mengatakan semua informasimu itu diberikan oleh keluargamu. Isinya pasti tepercaya! Kira-kira
“Aib apa? Kamu cukup mengikuti apa kemauan Keluarga Herdian saja. Keselamatan Cella lebih penting.” Nada bicara Elsa sangat panik. “Kalau tidak, aku ke sana saja untuk menyelamatkan Cella!”“Cukup! Jangan menambah masalah lagi,” ucap Erwin dengan tidak sabar, “Sekarang aku akan pergi menemui Reza!”“Cepat sana! Kalau ada kabar selanjutnya, ingat langsung hubungi aku. Aku mesti melihat Cella hari ini!” Masih saja terdengar nada panik dan gusar dari suara Elsa.“Aku mengerti!” Erwin mengakhiri panggilan. Tak sampai dua menit, bawahan yang pergi menelepon Reza pun kembali dengan raut muram. “Tuan Erwin, asisten pribadi Reza yang mengangkat panggilanku. Katanya, Reza sedang rapat. Dia suruh kamu tunggu saja!”Raut wajah Erwin langsung berubah drastis. Dia mengangkat kakinya untuk menendang ke sisi meja tamu. Dia lupa bahwa meja tamu itu terbuat dari batu marmer. Alhasil, pergelangan kakinya terasa sakit dan kakinya terasa kebas.Erwin spontan berkata kasar.…Sore harinya, Erwin melaju ke
“Lumpuhkan kedua tangannya, lalu buang dia ke kantor polisi!” Tidak terdengar sedikit pun perasaan dalam suara Reza.“Baik!” balas Yose.Raut Erwin langsung berubah. Akhirnya dia merendahkan nada bicaranya. “Tuan Reza, biarkan aku berpikir sejenak.”“Boleh!” jawab Reza dengan langsung. “Sejak semalam, Nona Cella sangat merindukan keluarganya. Dia bahkan tidak makan dan minum sama sekali. Tuan Erwin pertimbangkan dulu saja. Tenang saja, kami akan menjaga Nona Cella dengan baik!”Akhirnya Erwin merasa gusar. “Reza, beraninya kamu menyiksa Cella?”“Bukan siksa, tapi jaga.” Reza berkata dengan perlahan, “Dia sendiri yang tidak mau makan. Anak buahku juga kehabisan akal. Tidak mungkin kami memaksa Nona Cella juga!”Tentu saja Erwin tidak percaya dengan omongan Reza. “Tuan Reza, meskipun Kota Jembara adalah area kekuasaanmu, kamu juga jangan bersikap keterlaluan!”Reza tersenyum dingin. “Kalau Tuan Erwin merasa perbuatanku keterlaluan, sepertinya kamu akan merasa kecewa!”Raut wajah Erwin be
Anak buah juga tidak mengerti. “Aku juga tidak tahu.”Erwin bertanya, “Siapa si Sonia itu? Apa kamu sudah menyelidikinya?”“Sudah. Isi postingan itu memang agak berlebihan, tapi ada beberapa poin yang benar. Sonia memang adalah putri kandung Keluarga Dikara yang ditelantarkan. Dia itu juga adalah seorang desainer.”Kali ini, kepala Erwin terasa sangat sakit. Setelah menerima panggilan dari Robi, Erwin bergegas ke Kota Jembara. Setelah tiba di Jembara, dia baru menyuruh anak buahnya untuk menyelidiki masalah ini.Awalnya Erwin mengira masalah bisa diselesaikan dengan gampang. Sonia yang muda dan cantik itu paling-paling adalah wanitanya Reza. Reza hanya ingin meminta penjelasan dari Cella demi menenangkan wanitanya saja!Selama ini Keluarga Tamara cukup berkuasa di Kota Kibau. Tentu saja Erwin tidak terima karena diancam oleh Reza. Jadi, hal pertama yang Erwin lakukan setelah tiba di Kota Jembara adalah menyelidiki Sonia, kemudian menemukan tempat tinggal Sonia. Dia ingin menangkap Soni
Pantas saja setiap kali penguntit bisa mengetahui keberadaan Ranty dengan tepat. Ternyata Jeansen adalah yang memberikan informasi itu!Sonia pernah mencurigai Jeansen. Hanya saja, Ranty merasa Sonia terlalu sensitif, mungkin semua itu karena dia pernah menjadi tentara bayaran dulu! Tak disangka, ternyata firasat Sonia tidak salah!“Tidak seharusnya seperti ini ….” Ranty mengerutkan keningnya. “Kalau kamu suka sama Cella, kenapa kamu mesti bantu dia untuk mengejar Matias? Kamu suka hubungan segitiga?”Matias langsung mengangkat kepalanya. Raut wajahnya kelihatan muram!Namun, wajah Jeansen malah merona. Dia menunduk untuk meminta maaf. “Ranty, maaf, aku benar-benar sangat menyukai Cella. Demi membuatnya gembira, aku rela melakukan apa pun!”Ranty langsung bertepuk tangan. “Lapang sekali hatimu! Inilah yang dinamakan cinta sejati! Kamu sudah membuka wawasanku!”Jeansen semakin canggung lagi. “Ranty, aku benar-benar minta maaf. Aku mohon sama kamu, suruh Sonia lepaskan Cella!”Jeansen da
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m