Hari ini Kelly pulang kerja agak cepat. Dia pergi ke rumahnya Sonia. Ketika melihat Sonia sedang duduk di balkon sembari melukis sketsa, Kelly pun mengernyitkan keningnya. “Beritamu lagi viral di internet. Kamu malah bisa bersikap setenang ini? Aku sungguh salut sama kamu!”“Hanya orang yang bersalah baru akan merasa takut. Aku juga nggak merasa bersalah!” Sonia mengangkat-angkat alisnya, lalu mengangkat kepalanya dengan tersenyum. “Bagaimana dengan pekerjaan barumu?”“Sementara ini cukup bagus!” Kelly duduk di samping Sonia dengan tersenyum lembut. “Malam ini ingin makan apa? Biar aku masak buat kamu.”Kelly tahu Sonia tidak butuh dihibur. Sebab, Sonia sangat tegar, tidak peduli dengan semua itu. Dia hanya butuh makanan lezat saja!Baru saja Sonia mengatakan dua jenis nama makanan, tiba-tiba ponselnya berdering. Dia mengangkatnya. “Frida?”Frida berkata, “Alamat IP yang mengunggah postingan sudah terlacak. Aku meretas komputernya, tapi semua obrolan di komputernya sudah dihapus. Jadi,
Malam harinya, di Nine Street Mansion.Saat Ranty masuk, resepsionis pun merasa terkejut.Ruangan VIP Matias malam ini sedang digunakan oleh Cella. Kenapa Ranty bisa datang pada saat ini?Ranty adalah calon istri Matias. Cella sudah beberapa kali datang berkunjung. Padahal ada banyak ruangan kosong, dia malah bersikeras ingin menggunakan ruangan VIP Matias. Seharusnya dia memiliki motif lain!Resepsionis berjalan maju dengan takut. “Nona Ranty, Tuan Matias lagi nggak ada di sini!”“Aku bukan mencarinya. Aku cari Cella!” Hari ini Ranty mengenakan pakaian set olahraga berwarna abu-abu dengan rambut dikuncir tinggi dan anting-anting besar. Usai berbicara, Ranty pun langsung naik ke lantai atas, pergi ke ruangan VIP Matias.Resepsionis berkata pada rekan kerja di sampingnya, “Aku merasa akan terjadi sesuatu!”Rekan kerja menjawab, “Jelas sekali Cella lagi menantang Nona Ranty! Aku tahu pasti akan ada hari ini!”“Bagaimana ini? Apa perlu kita suruh sekuriti untuk ke atas?”“Kita nggak usah
Teman-teman Cella tidak berani bergerak lagi. Semua orang di Kota Jembara juga pernah mendengar nama Ranty. Mereka tahu bahwa Ranty sangatlah sadis dan tidak bermanusiawi. Dia terkenal sebagai tokoh yang tidak boleh disinggung. Hanya saja, ini pertama kalinya mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri!Dalam sesaat, semuanya mereka syok! Biasanya mereka juga berkelahi. Hanya saja, jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan Ranty tadi, mereka tidak berada di level yang sama!Cella sungguh kaget ketika diperlakukan kasar oleh Ranty. Dia mencoba untuk meronta lagi. “Ranty, aku nggak akan lepasin kamu. Aku akan biarkan ayahku tahu masalah ini. Kamu sekeluarga pasti akan ketiban sial!”“Plak!” Ranty kembali melayangkan tamparan ke wajah Cella. “Meski kamu panggil kakekmu, Keluarga Tamara juga nggak diperbolehkan untuk buat masalah di Kota Jembara!”Kali ini, kedua pipi Cella sudah bengkak. Ujung bibirnya juga sudah berdarah. Lagi-lagi dia dicekik Ranty. Akhirnya Cella menunjukkan ek
“Aku nggak peduli. Dia mesti dengar apa kataku!” Ranty tersenyum dengan sangat lebar.…Setelah mereka berdua pergi, beberapa saat kemudian, Cella dipapah teman-temannya untuk duduk di sofa. Kedua pipi Cella sudah bengkak parah. Bagian mata dan ujung bibirnya juga memar. Bahkan, rambut panjang Cella berantakan. Cella menahan rasa sakitnya untuk mencari ponsel. Dia segera menghubungi seseorang. Begitu panggilan terhubung, Cella langsung menangis kuat dan berkata dengan terisak-isak, “Ayah, cepat kemari. Aku dipukul!”Orang di ujung telepon merasa sangat kaget. “Cella, kamu lagi di mana? Siapa yang memukulmu?”“Ayah nggak usah tahu. Yang penting kamu segera ke sini!” Cella masih menangis.Erwin merasa marah dan juga sakit hati. “Siapa yang memukulmu? Berani sekali! Apa dia sudah bosan hidup!”Suara tangis Cella semakin keras lagi. Baru saja dia hendak berbicara, tiba-tiba terdengar suara bantingan kuat.Pintu ruangan kembali didobrak. Kali ini, masuk 7-8 orang ke dalam ruangan dengan Ro
Sonia melihat anggur merah di dalam gelasnya sembari menggeleng dengan perlahan. “Ranty, apa kamu tahu kenapa aku nggak bersedia buat ekspos hubungan aku dan Reza?”Ranty mengangguk. “Aku tahu, karena pertimbanganmu terlalu banyak!”Sonia berkata dengan suara datar, “Di satu sisi, aku merasa cukup bagus bisa berhubungan sama Reza dengan merendah. Kami saling menyukai satu sama lain, nggak ada hubungannya dengan faktor lain. Kalau sampai ada yang masuk ke dunia kami, mereka hanya akan mengganggu ketenangan hubungan kami saja.”“Di sisi lain, Reza sudah terlepas dari tentara bayaran. Sekarang dia itu penerus dan presdir dari Herdian Group, tapi berbeda sama aku. Aku masih belum benar-benar terlepas dari masa lalu. Aku masih ada kakakku, Yirla, dan ….”Sonia tertegun sejenak, lalu melanjutkan, “Aku sangat mencintai Reza, tapi aku nggak ingin melibatkan masalahku ke dirinya. Aku tahu dia nggak takut, bahkan rela memikul beban bersamaku, tapi aku nggak bersedia. Aku hanya ingin membawakan k
Reza sudah menunggu setengah jam di luar. Dia sengaja datang lebih awal, tetapi dia juga tidak memberi tahu Sonia dan juga tidak menelepon untuk mendesak Sonia.Yose menghubungi Reza untuk memberi tahu masalah postingan sudah dihapus semuanya. Hanya saja, entah dihapus peretas atau pengunggah postingan itu. Yose juga sudah mencari alamat IP orang itu. Hanya saja, pengunggah postingan sudah melarikan diri. Saking buru-buru, dia bahkan tidak sempat mengemas barang-barang di rumahnya.Reza mengangguk dengan perlahan. “Temukan dia!”“Baik!” balas Yose dengan segera.“Selain itu, utus orang untuk ikuti Tandy dan Tasya. Lindungi keselamatan mereka.”“Tuan Reza harap tenang. Robi sudah mengaturnya!”Saat ini Reza menerima panggilan masuk lagi. Dia melirik tampilan layar ponsel sekilas, tatapannya langsung menjadi muram. Dia segera mematikan panggilan Robi, lalu mengangkatnya. “Kakek!”Suara Jemmy terdengar berat. “Tadi ada yang beri tahu aku nama Sonia sedang menjadi perbincangan orang-orang
Di bawah pancaran cahaya lampu di malam hari, kedua mata Sonia kelihatan berkilauan. Ketika melihat Reza, ujung bibir Sonia langsung melengkung ke atas. “Apa kamu sudah menunggu dari tadi?”“Nggak, aku baru saja sampai!” Tatapan Reza sangat lembut. Dia melepaskan jas untuk membungkus tubuh Sonia. Suaranya terdengar lembut. “Kamu minum?”Ranty yang berdiri di samping pun tersenyum. “Tenang saja. Dia minumnya bareng aku. Aku nggak akan biarkan Sonia mabuk.”Reza mengangguk dengan perlahan, lalu bertanya pada Ranty, “Kamu mau ke mana? Biar aku suruh anggotaku untuk mengantarmu!”Reza tahu Sonia bersama dengan Ranty. Dia pun menyuruh sopir untuk mengendarai mobil yang satu lagi.Ranty pun tersenyum. “Terima kasih. Kamu bawa Sonia-mu pulang sana!”Sopir yang mengendarai mobil di belakang menuruni mobil, lalu membuka pintu mempersilakan Ranty untuk memasuki mobil. Ranty berjalan pergi. Sebelumnya, dia menoleh untuk melambaikan tangan ke sisi Sonia. “Selamat malam, Cantik!”Sonia merasa kemun
Sonia merasa agak kaget. Sejak semalam postingan diunggah, Pretty tidak sekali pun menghubungi Sonia. Siapa sangka, ternyata dia sedang diam-diam membantu Sonia. Dapat diketahui betapa percayanya Pretty terhadap Sonia!“Nanti aku akan telepon dia untuk ucapin terima kasih!” balas Sonia dengan tersenyum lembut.“Nggak usah, Pretty buat grup baru. Dia masukin ratusan kru lokasi syuting di dalamnya. Siapa yang memberi komentar bagus buat kamu, dia bakal transfer duit ke mereka. Sekarang semua orang di lokasi syuting lagi nggak fokus kerja. Semuanya lagi sibuk untuk belain kamu!” cerita Amelia dengan tersenyum.Sonia terdiam membisu. Jadi, semua anggota kru lokasi syuting membela Sonia demi mendapatkan uang dari Pretty?Tiba-tiba Sonia ingin ketawa.“Kemungkinan aku nggak akan kembali ke lokasi syuting untuk beberapa saat ini. Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku via telepon,” pesan Sonia.“Emm, aku mengerti!” Amelia berkata, “Sonia, kamu cukup di rumah saja. Kamu juga nggak usah hirau
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m