“Jeff!” Raut wajah Harvey berubah muram. “Jangan bercanda di hadapan orang luar!”Yandi berdiri. “Kalian lanjutkan obrolan kalian. Aku pergi merokok dulu!”Usai berbicara, tanpa menunggu respons dari semua orang, Yandi langsung berjalan keluar ruangan.Suasana di dalam ruangan menjadi hening dalam seketika. Dahlia menjulingkan matanya, lalu memberi isyarat mata kepada Katie.Katie segera berdiri, lalu berkata dengan suara lembut, “Paman, Bibi, kalian makan dulu. Aku permisi ke toilet sebentar!”Setelah itu, Katie juga meninggalkan ruangan.Anita berkata dengan tersenyum, “Jeff pasti lagi bercanda. Kalian semua jangan anggap serius, ya!”Raut wajah Harvey kelihatan sangat muram. Dia memaksakan dirinya untuk tersenyum. “Nyonya Dahlia, dimakan. Biarkan anak muda selesaikan masalah mereka sendiri!”“Iya! Iya!” Dahlia mengangguk. “Anak muda punya pemikiran mereka masing-masing. Kalau kita mengatur kebanyakan, mereka malah akan merasa tidak senang!”…Katie mencari di sekeliling. Pada akhirn
“Iya, Tasya lagi bekerja di perusahaan milik Keluarga Diandra. Aku pernah cerita sebelumnya,” balas Diana dengan lembut.“Aku pernah bertemu dengannya!” Lysa berkata dengan tersenyum, “Dia tampan dan punya sopan santun. Sungguh serasi dengan Tasya.”Tommy mengangguk. “Kalau kalian sudah menetapkan hubungan kalian, bawa dia ke rumah. Reputasi Keluarga Diandra cukup bagus. Seandainya mereka merestui hubungan ini, sudah seharusnya ditetapkan lebih awal.”Belum sempat Tasya berbicara, mereka semua saling menimpali, seolah-olah sudah menetapkan masalah Tasya dan Oscar saja.Tasya segera menyela, “Sebentar! Siapa yang jadian sama Oscar? Sekarang aku hanya lagi bantu-bantu di perusahaannya saja. Hubungan kami nggak seperti yang kalian bayangkan!”“Bukan Oscar?” Diana merasa kaget. “Jadi, siapa, dong?”“Si ….” Hampir saja Tasya keceplosan. Untung saja, respons Tasya cukup cepat. Dia segera mengganti jawabannya, “Bukan siapa-siapa. Aku nggak lagi pacaran. Kalian sudah berpikir kebanyakan!”“Oh,
Kedua pasang mata saling bertatapan. Si wanita sedang tersenyum lembut, sedangkan si pria sedang terkejut. Mereka berdua tidak berbicara dalam waktu lama, hingga Yandi menyadari dirinya sedang menggenggam tangan Tasya. Dia baru segera melepaskan tangan si wanita, lalu bertanya dengan mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu ada di sini?”Tasya tersenyum sembari menyipitkan matanya. Dia duduk di hadapan Yandi. “Kita bahkan bisa melihat bulan di tempat yang sama. Apa ini yang dinamakan jodoh?”Yandi menatap si wanita. “Kamu pasti bersama keluargamu. Cepat kembali sana!”“Bisa nggak jangan selalu mengusirku?” Tasya mendengus dingin. Dia memijat pergelangan tangan kirinya, lalu mengomel, “Kenapa besar sekali tenagamu? Coba lihat, sudah memar.”Kening Yandi berkerut. Dia berkata dengan suara datar, “Coba aku lihat!”Tasya langsung duduk di sebelah Yandi, lalu mengulurkan tangan untuk diperlihatkan kepadanya. “Coba kamu lihat sendiri!”Kulit Tasya sangat putih. Berhubung cengkeraman Yandi sangat
“Tapi aku nggak perlu kamu melengkapiku. Kalau kita itu orang asing, aku akan merasa sangat risi sama kamu. Kalau kita itu teman, perilakumu malah akan menjadi beban bagiku, apalagi kamu itu teman sekolahnya Sonia dan juga keponakannya.”“Aku tidak bisa memarahimu dan juga memukulmu. Apa yang bisa aku lakukan?” Kening Yandi kelihatan berkerut. Nada bicaranya sangat dingin. “Atau kamu masih tidak mengerti maksud ucapanku!”Kedua mata Tasya mulai berlinangkan air mata. Air mata itu menggantung di bulu matanya hendak menetes. “Tapi apa seumur hidupmu, kamu nggak ingin pacaran dan menikah? Kenapa kamu nggak bisa kasih aku satu kesempatan?”“Aku nggak pernah memikirkan masalah nikah. Meskipun aku cari kekasih dan menikah, orang itu juga bukan kamu. Apa kamu mengerti?” Suara serak si pria terdengar sangat tidak manusiawi.“Apa benar hatimu terbuat dari batu?” Tasya menatap Yandi dengan berlinangkan air mata. Suaranya terdengar terisak-isak. Tiba-tiba bulu matanya bergetar. Air mata menetes.
“Kami berpacaran hampir setengah tahun. Pada saat itu, aku selalu hidup hemat, bahkan memilih berhenti merokok. Aku ingin menggunakan uang rokok itu untuk membeli rumah di Jembara. Aku ingin menikah dan hidup selamanya bersama dia.”“Tapi, tidak lama kemudian, putra dari bos pabrik kami kembali dari luar negeri. Dia menyukai kekasihku. Kemudian, dia sengaja menyusun perangkap, memfitnahku sudah mencuri besi di pabrik. Kemudian, polisi pun menangkapku.”“Malam itu, sebenarnya aku lagi bersama dengan kekasihku. Asalkan dia bersedia untuk menjadi saksi mata aku tidak berada di pabrik malam itu, aku pun akan baik-baik saja. Hanya saja, dia tidak melakukannya. Dia hanya duduk dan menyaksikan aku difitnah tanpa berbicara apa-apa.”“Aku dihukum selama tiga tahun. Setelah aku keluar, hal pertama yang aku lakukan adalah pergi mencari kekasihku. Tapi, aku malah melihat dia berjalan keluar pabrik dengan mengenakan pakaian bermerek dan naik sebuah mobil mewah.”“Kemudian, setelah aku cari tahu, te
Tadi Bruno berkata, bisa bertemu dengan orang yang menyukaimu dengan tulus adalah sebuah bentuk anugerah dari Tuhan. Hanya saja, mana mungkin Yandi bisa bersama dengan Tasya?Tasya masih muda dan sangat dijaga oleh keluarganya. Mungkin dia masih pernah merasakan yang namanya cinta. Jadi, cintanya terlalu menggebu-gebu. Namun, berbeda dengan Yandi, Yandi tidak boleh menikmatinya. Jika tidak, Yandi benar-benar tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Sonia!Yandi meletakkan ponselnya, lalu menyalakan rokok. Asap rokok yang diisap membuat hatinya terasa tenang.…Di Kota Atria.Cahaya lampu di pegunungan tidak seterang di kota. Jadi, bulan di pegunungan kelihatan lebih terang. Bulan yang bulat itu menggantung di tengah gunung, membuat pemandangan malam yang sangat menawan.Semalam, Indra menyuruh pelayan untuk menghiasi halaman dengan lampion. Setelah malam, lampu pun dinyalakan, pemandangan semakin indah lagi.Ada banyak camilan dihidangkan di atas meja. Reza menemani Jemmy untuk mengo
Jason tersenyum. “Kalau begitu, kamu main sana. Jangan sembarangan lari. Awas jatuh!”“Aku mengerti!” Yana tersenyum lebar mengeluarkan gigi putihnya.Tidak tahu binatang apa lagi yang ditemukan Yana. Dia segera berlari pergi. Tatapan Jason seketika tertuju pada bayangan tubuh di ujung sana. Dia berkata pada Reza, “Bantu sampaikan salamku kepada Pak Jemmy!”“Emm!” balas Reza dengan perlahan. “Kalau kamu merindukan Yana, kamu bisa cari aku. Aku kirim fotonya.”Jason tersenyum tipis. “Tidak usah!”Tatapan Reza kelihatan muram. “Kalau begitu, aku akhiri dulu!”“Oke!”Setelah meletakkan ponsel, raut wajah Reza kelihatan serius. Dia dapat melihat betapa tulusnya Jason kali ini. Hanya saja, malah Kelly yang keras kepala.Sonia tidak membiarkan Reza memberi tahu jati diri Yana kepada Jason. Entah apa yang mesti Reza lakukan agar Jason bisa menangkap sinyalnya?…Malam sudah larut. Kelly menggendong Yana untuk tidur di kamar. Sonia juga mengantar Jemmy kembali ke kamar.“Apa Kak Morgan ada bil
Reza mengangkat-angkat alisnya. “Kamu curiga waktu itu Pemimpin sengaja membuat jebakan, supaya kamu bisa meninggalkan organisasi dengan cara pura-pura mati?”“Bukan!” Sonia merasa yakin abangnya tidak akan berbuat seperti itu. Dia tidak mungkin tahu bahwa misi mereka akan terbongkar, tahu Serigala dan yang lainnya akan mati!Sonia sangat memercayai Morgan!Reza menggenggam tangan Sonia. “Masalah ini sudah berlalu lama. Jangan dipikirkan lagi!”Sonia mengangguk dengan perlahan, lalu melangkah maju. Benar apa kata Reza, masalah ini sudah berlalu lama. Tidak ada gunanya lagi mempermasalahkannya lagi.Hal yang seharusnya Sonia pertimbangkan saat ini adalah bagaimana bisa membuat abangnya pulang.Keesokan harinya, Sonia dan yang lain tinggal satu malam lagi di Kota Atria.Jemmy membawa Yana naik ke atas gunung untuk memetik buah-buahan dan kacang-kacangan. Yana bermain dengan sangat seru. Setelah pulang, Indra mengajar Yana bagaimana cara mengopek kacang.Malam harinya, koki memasak kacang
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m