Sonia mengerutkan keningnya. “Aku masih kerja.”“Nggak ada yang berani menahanmu!” Reza tersenyum, lalu langsung menggendong Sonia, dan berjalan pergi.Orang-orang di dalam ruangan seketika melirik ke sisi Reza dan Sonia. Sonia merasa malu, langsung melompat dari pelukan Reza. Dia menarik napas dalam-dalam, berjalan keluar ruangan dengan berlagak tenang.Jason pun berdiri dan tersenyum pada Reza.Reza spontan meliriknya. “Aku pergi dulu. Kalian main sana. Hari ini aku yang bayar!”Teman-teman akrab Reza lainnya juga spontan bersorak, “Terima kasih, Kak Reza!”“Kak Reza, jaga kesehatan, ya!”…Reza menunggu beberapa saat di area istirahat. Tak lama kemudian, tampak Sonia yang sudah mengganti seragamnya sedang berjalan ke sisinya. Sonia terlihat mengenakan kaos berwarna abu-abu dengan celana pendek berwarna putih. Penampilan Sonia membuatnya terlihat semakin mirip dengan anak SMP saja.Tanpa berbasa-basi, Reza langsung menggenggam tangan Sonia, dan membawanya ke sisi lift.Setelah keluar
Setelah Reza bangun, Sonia pun baru mulai melebarkan kedua matanya. Dia menoleh menatap teriknya sinar matahari di luar jendela. Sonia pun bangkit dan meregangkan tubuhnya.Hanya saja ketika Sonia hendak menuruni ranjang, dia pun menyadari bahwa kedua kakinya terasa lemas hingga hampir terjatuh.Begitu mengangkat kepalanya, tampak Reza yang berada di depan pintu kamar mandi sedang tersenyum padanya. Saat ini Reza hanya membalut bagian bawah tubuhnya dengan handuk. Dia baru saja selesai membasuh tubuhnya, bahkan masih tampak bulir-bulir air di atas wajahnya.Wajah Sonia langsung memerah. Dia mengambil bantal dari atas ranjang, dan melemparkannya ke sisi Reza. Dia pun berteriak dengan mengerutkan keningnya, “Jangan ketawa!”Reza menangkap bantal dan berjalan mendekati Sonia. Dia lalu menggendong Sonia ke dalam kamar mandi. “Aku bukan sedang menertawakanmu, aku cuma tersenyum saja!”Sonia pun terdiam membisu.Robi sudah mengutus pelayan untuk mengantar pakaian ganti dan sarapan untuk mere
Jason tersenyum nakal. “Dari nada bicaramu, sepertinya kamu sudah dipuaskan semalam?”“Diam!” marah Reza yang sedang diam-diam tersenyum. “Rumahmu di Imperial Garden kosong, ‘kan? Untuk sementara waktu ini, temanku akan tinggal di sana.”Jason menyindir, “Jangan-jangan teman yang kamu maksud adalah Sonia? Kamu tinggal di lantai atas, sedangkan dia tinggal di lantai bawah. Terkadang bisa saling ke rumah satu sama lain. Kalian memang pintar, ya!”“Bukan dia!” Reza malas bicara panjang lebar dengan Jason lagi. “Pokoknya aku sudah beri tahu kamu. Aku masih ada rapat, aku tutup dulu!” Setelah mengakhiri panggilan, Reza meletakkan ponselnya, dan mulai membaca dokumen di atas meja.Di luar ruangan Presdir, Celine memeluk setumpukan dokumen, dan dia pun bertemu dengan seorang asisten yang sedang mondar-mandir di depan pintu.“Gina!” sapa Celine. “Apa kamu mau cari Pak Reza? Kenapa kamu nggak masuk?”Gina menoleh lalu berkata dengan mengerutkan keningnya, “Ini ada dokumen dari kantong cabang A
Tandy berbicara, “Kamu jangan senang dulu. Kamu bilang kamu akan kasih aku kejutan setelah selesai ujian. Mana kejutannya?”“Hah?” Senyuman di wajah Sonia langsung terkaku.Awalnya Sonia ingin memberi tahu masalah pengunduran dirinya setelah Tandy selesai ujian. Tapi pada kondisi saat ini, sepertinya Sonia tidak bisa mengundurkan diri lagi. Kejutan yang dipersiapkannya otomatis menghilang.Ketika merasa ada yang aneh dengan diri Sonia, Tandy mendengus lalu berkata, “Jangan-jangan kamu sedang berbohong?”“Nggak! Nggak!” Sonia tersenyum canggung. Untung saja Tandy sedang berada di ujung telepon tidak bisa melihat ekspresinya. “Bukannya kamu bilang ingin kasih aku kejutan? Kamu beri tahu aku dulu!”Tandy langsung berkata, “Jangan coba untuk mengalihkan pembicaraan. Cepat katakan, kejutan apa yang kamu persiapkan?”Sonia memutar bola matanya, dia tiba-tiba teringat sesuatu, lalu berkata, “Memang ada sebuah kejutan untukmu. Kamu akan tahu besok!”Reza pernah mengatakan bahwa orang tua, aban
Sonia sungguh tidak tahu bagaimana mendeskripsikan betapa malunya dia saat ini. Dia pun berbicara dengan tersenyum, “Nggak, deh. Aku sudah dapat gaji sama bonus dari kamu. Jadi, aku berkewajiban untuk mengajar Tandy. Kalian nggak perlu berterima kasih sama aku.”“Nggak apa-apa. Mereka hanya ingin bertemu sama kamu. Aku sudah janji untuk membawamu menemui mereka,” balas Reza.Sonia berpikir sejenak, lalu berkata, “Ya sudah, aku juga kangen sama Tandy.” “Emm, tidurlah!” Reza mencium kening Sonia, lalu meninggalkan kamar.Sonia menatap pintu yang perlahan merapat, dan raut wajahnya baru berubah santai. Dia berusaha menenangkan dirinya, dan melanjutkan tidurnya.Pada hari Sabtu, Reza tidak pergi bekerja, dan Sonia juga tidak perlu pergi ke Kasen. Saat mereka bangun, waktu pun sudah menunjukkan pukul delapan pagi.Sewaktu Sonia meregangkan tubuhnya di balkon, dia pun mendengar ada suara bel pintu.Sonia mengira ada yang datang mengantar sarapan. Dia pun segera membukakan pintu, lalu tampa
Di dalam mobil, Reza menggenggam erat tangan Sonia, lalu berbicara dengan lembut, “Ayahku orangnya agak serius, sedangkan ibuku lebih periang. Kakak dan kakak iparku juga gampang diajak bicara. Kamu nggak usah gugup, kamu hanya perlu jawab pertanyaan mereka saja. Kalau mereka beri kamu hadiah, kamu terima saja.”Dari nada bicara Reza, Sonia malah merasa dirinya akan bertemu dengan calon mertua saja. Dia berusaha mengesampingkan pemikirannya, berlagak tenang dan berkata, “Bukankah hanya ingin berterima kasih? Untuk apa aku merasa gugup?”Reza tersenyum tipis. “Baguslah kalau kamu nggak gugup! Tasya pergi liburan ke Negara Jemadi, jadi dia akan pulang bersama mereka. Nanti kalian bisa mengobrol juga.”Sudah lama Sonia tidak bertemu dengan Tasya. Ketika mendengar Tasya ikut pulang, Sonia pun mengangguk. “Emm.”Tak lama kemudian, akhirnya mereka tiba di Kediaman Herdian. Reza dan Sonia menuruni mobil, lalu berjalan ke dalam vila.Pelayan maju untuk menyambutnya, dan berbicara dengan hormat
Reza yang duduk di hadapan Sonia pun bertanya, “Di mana Ayah dan Kakak?”Diana membalas, “Mereka ada sedikit urusan, lagi bicara di ruang baca. Sepertinya sebentar lagi mereka akan turun!”“Emm.” Reza mengangguk dengan perlahan.Setelah meletakkan gelas teh, Lysa menatap Sonia dengan tersenyum ramah. “Dengar-dengar Sonia masih kuliah tahun ketiga. Kamu begitu cantik dan unggul, ya. Apa kamu orang Jembara?”Sonia membalas, “Aku lahir di Atria.”“Oh!” Lysa tersenyum dengan lembut. “Itu berarti kamu kuliah di luar kampung halamanmu. Kelak kalau kamu ada masalah, kamu bisa datang ke rumah atau minta bantuan Reza. Jangan sungkan-sungkan!”Diana ikut nimbrung, “Kamu jangan mengejutkan Bu Sonia. Lihat saja seberapa galaknya si Reza, mana mungkin Sonia berani bicara sama dia.”Reza melirik Sonia sekilas, lalu berbicara dengan datar, “Aku nggak galakin dia. Coba kalian tanya bagaimana aku memperlakukannya?”Sonia spontan kegugupan. Dia sungguh takut ucapan Reza akan menimbulkan kesalahpahaman o
Sonia terpaksa menerimanya, dia pun berterima kasih terhadap Diana, “Terima kasih, ya!”“Nggak perlu sungkan, malah aku yang seharusnya berterima kasih sama kamu!” Diana tersenyum ramah, sepertinya dia sangat menyukai Sonia.Saat mereka semua sedang mengobrol, kebetulan ayah dan kakaknya Reza menuruni tangga. Mereka semua spontan berdiri.Diana memperkenalkan Sonia kepada ayahnya Reza, Tommy Herdian dan kakaknya Reza, George Herdian. Sonia lalu menyapa mereka berdua dengan sopan.Sama seperti yang dikatakan Reza, Tommy sangat serius dan tidak terlihat sedikit pun senyuman di wajahnya. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya sedang dipikirkannya.Sementara itu, wajah George sungguh mirip dengan Reza. Dia mengenakan sebuah kacamata hitam, terlihat seperti seorang peneliti saja. George meninggalkan kesan sangat lembut, ramah, dan gampang untuk didekati baginya.Sonia merasa George sungguh mirip dengan ibunya, sedangkan si Reza sungguh mirip dengan ayahnya.George tersenyum pada Sonia, lal
“Terima kasih, Kak Jason! Aku akan langsung pergi setelah menerima uang itu!”…Setelah Yerin pergi, anggota Robi datang untuk melapor. Robi segera menghubungi Reza. “Pak Reza, anaknya Bu Kelly sudah dibawa pergi Pak Jason!”Ujung bibir Reza sedikit melengkung ke atas. Dia berkata dengan suara datar, “Oke, kalian bubar saja!”“Bagaimana dengan masalah Yerin?” tanya Robi.Reza terdiam sejenak, baru berkata, “Kamu tidak usah urus masalah dia lagi. Biarkan dia pergi!”“Baik!”…Jason membawa Yana kembali ke rumahnya.Yana yang duduk di baris belakang itu berkata dengan kening berkerut, “Paman, aku mau cari Ibu!”Jason menoleh untuk menatapnya. Senyuman di wajah Jason sangatlah lembut. “Panggil Ayah!”Yana memiringkan kepala kecilnya. “Apa kita mau main rumah-rumahan?”“Bukan permainan. Aku itu memang ayahmu. Ke depannya, kamu mesti panggil aku Ayah!” Jason spontan tersenyum. “Apa kamu merasa gembira?”“Emm.” Yana mengangguk.“Kalau begitu, coba panggil dulu!”Yana berkata dengan suara im
Jason juga tidak menghiraukan Kelly. Dia menatap Yerin yang menunjukkan ekspresi bingung, lalu berkata dengan datar, “Katakanlah! Apa yang sebenarnya terjadi pada tiga tahun lalu? Setelah kamu mengatakannya, aku akan suruh anggotaku untuk transfer uang ke kamu. Tapi, aku hanya ingin mendengar kenyataan. Jangan ada yang ketinggalan!”Yerin bahkan tidak berani bernapas terlalu kuat. Reza menyerahkan laporan tes DNA kepadanya. Jelas sekali Jason tertarik dengan masalah itu! Kelly baru pulang dari luar negeri. Dia melihat sikap Jason terhadap Yana bagai sedang melihat orang asing saja, dia mengira Kelly dan Jason tidak pernah bertemu lagi sebelumnya. Jadi, dia pun ingin mengambil kesempatan untuk menipu uang Jason.Lagi pula, setelah Jason merespons nanti, Yerin juga sudah melarikan diri. Uang itu cukup untuk menyelamatkan kekasihnya, bahkan cukup untuk hidupnya!Siapa sangka Jason malah memanggil Kelly kemari!Saat ini, Yerin baru menyadari bahwa dirinya telah dimanfaatkan oleh Reza! Yeri
Jason mengangkat kepalanya untuk melihat Yana. Dia sungguh merasa syok ketika melihat kedua mata berkilauan anak perempuan itu. Dia merasa kilauan cahaya di mata Yana telah menyingkirkan awan mendung di dalam hatinya.Jantung Jason berdetak kencang. Suaranya terdengar serak. “Yerin, kamu keluar dulu!”“Hah?” Yerin menatap Jason dengan tatapan bingung.“Keluar!” Suara Jason terdengar gemetar.Kedua mata Yerin berkilauan. Dia tidak berani tidak menuruti ucapan Jason. Dia berkata dengan penuh hati-hati, “Kalau begitu, aku tunggu di luar.”Selesai berbicara, Yerin pun berjalan keluar. Saat ini, hanya tersisa Jason dan Yana di dalam rumah.Jason berdiri untuk berjalan ke hadapan Yana. Dia setengah berjongkok di depan Yana, lalu mengusap wajah imut si anak perempuan. Pandangan Jason seketika menjadi buram.Sejak Jason memasuki ruangan, Yana pun tidak merasa takut lagi. Dia menatap Jason dengan sedikit mengerutkan keningnya. “Paman.”“Aku itu Ayah!” Jason memeluk kedua pipi Yana, lalu menempe
Setengah jam kemudian, Jason pun tiba di Nine Street Mansion. Dia membuka pintu ruangan. Ketika melihat sosok Yana yang sedang duduk di samping Yerin, dia spontan menyipitkan matanya.Yana juga melihat Jason. Kedua mata besarnya berlinangkan air mata. Dia kelihatan sangat takut, tapi dia tidak berbicara hanya duduk di tempat saja.“Kak Jason, sudah lama nggak ketemu!” Yerin berdiri. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu, ketika melihat pria tampan di hadapannya, hatinya masih saja bergejolak.Jason sungguh merasa curiga. Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajahnya. Dia mengangguk sedikit kepalanya, lalu duduk di hadapan Yerin.“Untuk apa mencariku?”Setelah Yerin melihat sikap Jason terhadap Yana, dia semakin yakin dengan pemikirannya lagi. Jason tidak tahu dengan keberadaan Yana. Kelly malah menyembunyikannya dari Jason. Dasar bodoh!Hanya saja, pilihan bodoh Kelly telah membantu Yerin!Yerin menatap Jason dengan raut lembut. “Kak Jason, selama beberapa tahun ini, kehidupanku di l
[ Yerin, kamu bawa Yana ke mana? ][ Aku akan kembalikan uangmu. Aku akan segera bayar utangku. Angkat teleponku! ][ Aku mohon sama kamu. Jangan sakiti Yana! ]“Kelly, kamu jangan panik. Yerin janji dia tidak bakal lukai Yana,” bujuk Sandora yang berdiri di samping.Kelly langsung memalingkan kepala untuk menatapnya. “Kamu sengaja, ‘kan? Waktu itu, kamu menjualku. Kali ini, kamu malah mau jual Yana-ku?”Sandora menggeleng dengan panik. “Nggak!”Kelly menatap Sandora dengan tatapan tidak percaya. Terlintas kebencian di dalam matanya. Dia sungguh merasa geram. “Kenapa kamu kejam sekali? Kenapa kamu berbuat seperti ini? Apa yang aku lakukan untuk keluarga ini masih belum cukup? Apa kamu mau memaksaku sampai mati?”“Kelly, dengarkan aku!” Sandora menarik tangan Kelly. “Kamu cukup beri uang kepada Yerin. Dia tidak akan melukai Yana!”“Awas!” Kelly menepis tangan Sandora. Dia berusaha untuk menahan rasa sakit di hatinya, lalu menatap Sandora dengan tatapan kalut. “Kamu nggak pantas untuk ja
Yerin menggenggam ponselnya. Jantungnya berdetak kencang! Apa dia ingin mengambil risiko ini?Namun selain cara ini, sepertinya Yerin sudah tidak memiliki jalan lain lagi. Anggota keluarga Yerin tidak suka dengan kekasihnya. Sebelumnya Yerin pernah meminta uang dari keluarganya, sekarang keluarganya juga tidak memedulikan Yerin lagi. Rumahnya di Negara Madani juga sudah dijual. Namun, uang masih belum terkumpul.Benar apa kata Reza. Meski meminta uang 200 juta dari Kelly, Yerin juga tidak bisa menyelamatkan kekasihnya! Lebih baik, Yerin bertaruh saja!Yerin memalingkan kepalanya melihat Yana dengan raut penuh curiga. Apa Jason akan peduli dengan anaknya Kelly? Jangan-jangan Yana adalah anaknya Jason? Hanya saja, bukannya Yana adalah anak yang dikandung Kelly ketika sekolah di luar negeri?Apa yang ingin Reza berikan kepada Yerin? Saat ini, Yerin sudah tidak sabaran ingin mengetahuinya!Yerin membawa Yana meninggalkan apartemen. Dia tidak turun tangan sendiri dalam mengambil barang di
Robi mengiakan. Setengah jam kemudian, Robi menelepon Reza lagi. “Pak Reza, Yerin sudah kembali. Aku juga menemukan Yerin memiliki kekasih baru di Negara Madani. Kekasihnya kalah banyak dalam judi. Dia sedang ditahan. Yerin sedang sibuk mencari uang untuk menebus kekasihnya!”Terlukis ekspresi sinis di wajah Reza. “Aku mengerti.”Robi berkata, “Gimana kalau kita utus orang untuk mencari Yerin? Sandora pasti akan menyerahkan anak itu kepadanya.”Reza berpikir sejenak. “Sementara ini tidak usah dulu. Kamu urus masalah yang lain saja. Biar aku saja yang mengurus masalah Yerin.”“Baik!” jawab Robi dengan hormat.Reza duduk di bangku dengan pena mengetuk meja. Saat dia sedang berpikir bagaimana cara memberi kode kepada Jason, tiba-tiba ada yang datang. Bagus sekali!…Sandora menaiki taksi selama satu jam baru tiba di tempat yang dikatakan Yerin. Akhirnya mereka tiba di sebuah gedung apartemen yang letaknya terpencil.Yerin melihat Yana dengan tersenyum. “Bibi memang hebat!”Sandora menyera
Setelah Sandora mendapatkan jaminan dari Yerin, dia pun mengangguk. “Oke, kapan?”“Aku sangat membutuhkannya. Kamu bawa anak itu besok!” Yerin kelihatan panik.Sandora mengangguk dengan serbasalah. “Besok aku akan hubungi kamu lagi.”Yerin mengiakan, lalu berkata, “Pergilah! Jangan kasih tahu siapa pun masalah kita ketemuan hari ini. Jangan beri tahu orang tuaku juga!”“Oke!” balas Sandora dengan lesu. Dia berdiri, lalu berpamitan. “Kalau begitu, aku pulang dulu, ya!”“Hubungi aku besok!” pesan Yerin.“Aku mengerti!” Setelah Sandora berjalan keluar restoran, dia kelihatan sangat galau. Kelly masih berutang terhadap Perusahaan Teknologi Yorna. Dia pasti sudah tidak memiliki uang. Bagaimana caranya dia bisa mengembalikan utangnya terhadap Yerin?Meski sekarang mereka sudah putus hubungan, sebagai seorang ibu, Sandora tetap merasa sakit hati!Sudahlah! Lagi pula ada banyak teman kaya di sisi Kelly. Dia bisa pinjam uang dari mereka!Keesokan harinya.Setelah Kelly pergi bekerja, Sandora p
Yerin menjawab, “Di Kota Jembara!”Sandora berkata dengan kaget, “Yerin, apa kamu sudah pulang? Sudah bertahun-tahun kamu belum pulang.”“Bibi, coba kamu keluar sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu!”“Masalah apa?”“Masalah yang sangat penting!”“Oh!”Yerin berkata, “Aku kasih alamat ke kamu. Kamu ke sini naik taksi. Segera, ya!”“Oke!” Sandora mengakhiri panggilan. Kemudian, dia menerima pesan masuk dari Yerin.Malam hari ini, Kenzo dan Wilona pergi berkencan di luar sana. Sandora meletakkan belanjaannya, lalu buru-buru meninggalkan tempat.Tempat yang dicari Yerin adalah sebuah restoran yang sangat terpencil dan tidak terkenal. Setelah Sandora memasuki ruangan VIP, Yerin baru melepaskan maskernya. “Bibi, sudah lama kita nggak bertemu!”“Yerin, ke mana saja kamu selama beberapa tahun ini? Kenapa kamu tidak pernah pulang?” tanya Sandora dengan penuh perhatian.Yerin meliriknya sekilas, lalu berkata dengan nada dingin, “Bukannya semua itu gara-gara putrimu!”Kali ini, Yerin