Ranty menerima panggilan dari Sonia. Dia ingin mengajak Matias untuk kumpul bersama. Hanya saja, Matias sedang rapat, tidak bisa meninggalkan perusahaan. Ranty pun pergi menjemput Kelly dan Yana.Setibanya di Nine Street Mansion, Ranty menggendong Yana berjalan ke dalam ruangan VIP. Saat ini, Jason, Bondan, dan yang lain sudah tiba. Ketika melihat Yana dan Kelly memasuki ruangan, Jason pun merasa sangat kaget.Awalnya Jason mengira hanya perkumpulan kecil seperti biasa saja. Siapa sangka Kelly juga akan datang.“Sonia masih belum sampai?” Ranty mengamati sekeliling.Bondan berjalan menghampirinya, lalu berkata dengan tersenyum, “Kak Reza pergi menjemput Sonia di lokasi syuting. Mereka terjebak macet. Jadi, datangnya agak telat.”Bondan mengulurkan tangannya hendak menggendong Yana. “Ayo, main sama Paman Bondan. Nanti Paman ambilkan makanan enak buat kamu.”Kali ini, Yana melihat ke sisi Jason. Senyuman di wajahnya sangat polos. Ketika kepikiran ucapan Kelly, dia tidak seperti dulu, lan
Reza berkata, “Sebenarnya aku ingin bantu mengatasi masalah ayahnya, tapi aku merasa alangkah bagusnya kalau kamu yang mengatasinya. Aku tebak ayahnya Kelly pasti bakal mencarimu juga.”Jason membalas, “Meski masalah itu sudah teratasi, belum pasti dia akan berpaling lagi. Dia terlalu keras kepala. Saking kerasnya, aku pun ingin memarahinya.”Reza menuangkan anggur merah ke dalam gelasnya. “Terlalu banyak yang dipikirkan Kelly. Beri dia sedikit waktu.”Tatapan Jason menjadi muram. “Sebenarnya masalah keluarga mereka bukanlah apa-apa. Dia sendiri yang tidak memercayaiku.”Reza menggoyangkan gelas di tangannya. “Mungkin karena terlalu peduli, makanya dia takut untuk kehilangan dan merepotkanmu. Dia takut hubungan kalian akan berakhir buruk.”Jason tersenyum menyindir. “Dia tidak tahu ucapannya waktu itu benar-benar telah menyakitiku.”“Lingkungan tumbuh kembang Kelly membuatnya memiliki pemikiran seperti itu. Kalau kamu menyukainya, kamu mesti belajar untuk menerimanya,” balas Reza.Jaso
Mereka berdua berjalan melewati koridor. Kebetulan ada seorang pria dan wanita berjalan keluar ruangan, berjalan ke depan dengan membelakangi Ranty.Ranty melihat bayangan punggung pria itu dan langkah kakinya seketika berhenti. Tatapannya berubah muram. Tanpa ragu-ragu, Ranty langsung berteriak, “Matias!”Matias membalikkan kepalanya. Cahaya lampu kuning remang dipancarkan ke gagang kacamata emasnya, membuat kacamatanya tampak berkilauan. Tatapannya spontan menyapu ke wajah Ranty. “Baru saja aku mau telepon kamu!”Anak perempuan di samping Matias mengenakan terusan panjang berwarna hijau muda. Rambut keriting cokelat dikuncir tinggi. Wajahnya berbentuk oval dengan kulit berwarna putih. Dia mengeluarkan suara manjanya. “Kak Ranty!”“Cella!” sapa Ranty dengan tersenyum. Dia berjalan pergi merangkul lengan Matias, lalu melanjutkan, “Sonia dan yang lain juga lagi di sini. Gimana kalau kamu pergi sapa mereka?”Cella sangat sadar diri. Dia segera berkata, “Kak Matias, kalau begitu, kamu per
Jari tangan Ranty melilit dasi Matias. Ujung bibirnya melengkung ke atas. “Aku kira kamu nggak akan bertanya.”Matias membungkukkan tubuhnya. Terdengar sedikit sinyal berbahaya dari nada bicaranya. “Ranty, aku tidak bertanya karena aku percaya sama kamu. Tapi, kamu jangan keterlaluan!”Ranty tersenyum. “Kamu kira aku sengaja? Kamu jangan berpikir kebanyakan, deh!”Matias tersenyum, lalu mengecup sudut mata Ranty. Dia menggendong Ranty, kemudian membawanya ke lantai atas.…Di sisi lain, Simon mengendarai mobil ke depan Gedung Anggrek.Jason menggendong Yana menuruni mobil. Kelly mengulurkan tangannya hendak menggendong Yana. Sikapnya terlihat sangat sungkan. “Terima kasih, Tuan Jason!”“Tidak perlu sungkan!” Jason berkata dengan datar. Dia melihat Yana, lalu berkata, “Yana naik bareng Ibu, ya. Lain hari Paman akan datang mengunjungimu lagi!”Kening Yana spontan berkerut. “Apa Paman nggak pulang bersamaku? Cerita Ibu nggak enak didengar. Aku ingin dengar cerita dari Paman.”Jason tidak
Kelly tersenyum sembari melanjutkan pekerjaannya. Dia sedang menunggu jam makan siang.Di meja sebelah, Anastasia sedang melihat komputernya sembari mengintip ke sisi Kelly. Dia spontan mengambil ponselnya.…Siang harinya, Kenneth datang menjemput Kelly. Mereka pun makan di restoran barat sekitar kantor. Saat mereka berdua sedang memesan makanan, Kenneth melihat ada yang memasuki restoran. Dia langsung berdiri dan menyapa, “Tuan Jason!”Jantung Kelly terasa copot saja. Beberapa kali Jason memperingati Kelly untuk tidak boleh bertemu dengan Kenneth di luar masalah kerja. Siapa sangka Jason malah memergokinya lagi.Hanya saja, kepikiran dengan hubungan mereka sekarang, Kelly pun berusaha menenangkan dirinya. Kemudian, dia menoleh melihat ke sisi Jason.Tatapan datar Jason menyapu ke sisi Kelly. Dia melihat ke sisi Kenneth dengan tersenyum tipis. “Tuan Kenneth!”Kenneth bertanya dengan tersenyum, “Apa Tuan Jason datang untuk makan siang? Gimana kalau kita makan bersama?”“Tidak, aku janj
Malam harinya, Kelly menerima transfer uang 600 juta dari Kenneth. Kemudian, dia menelepon Christie, lalu bertanya apa dia butuh uang belakangan ini?Christie pun tersenyum. “Gimana kamu bisa tahu? Beberapa pekerjaan yang aku temukan nggak cocok sama aku. Jadi, aku berencana untuk membuka kafe bersama temanku. Aku akan merenovasi kafe itu sesuai dengan gaya kesukaanku. Hanya saja, mungkin aku butuh masukin modal awal.”Kelly berkata dengan tersenyum, “Aku diberi tahu Kak Kenneth. Dia ingin membantumu, tapi kamu menolaknya.”Christie terbengong sejenak, lalu membalas, “Aku nggak ingin berutang sama dia.”“Dia sangat ingin membantumu. Dia sudah mentransfer uangnya ke rekeningku. Dia ingin aku membantumu atas namaku.” Kelly melanjutkan, “Kak Kenneth memang baik sekali, ya.”Senyuman di wajah Christie menjadi lembut. “Nggak usah. Aku bisa cari cara sendiri.”“Aku sudah janji sama dia!” Kelly berkata, “Anggap saja kamu nggak tahu masalah ini. Anggap kamu lagi pinjam uangku saja. Kalau nggak
Si wanita melihat ke sisi Yana. Dia pun berkata dengan tersenyum, “Anak ini cantik sekali. Di mana ayahnya?”Linda membalas dengan tersenyum lembut, “Aku tidak tahu. Aku hanya bertugas untuk menjaga anak saja. Mengenai masalah privasi majikan, aku juga tidak pernah menanyakannya.”Si wanita tersenyum. “Oke, kalau begitu, aku pamit dulu.”“Oke!”Linda melihat wanita itu pergi dengan menaiki mobil di samping jalan. Dia pun menenteng barang-barang dengan satu tangan, kemudian tangannya yang satu lagi menggendong Yana. Mereka pun kembali ke rumah.Setelah wanita itu memasuki mobil, dia bertanya pada orang yang duduk di baris belakang, “Apa kamu sudah berhasil memotretnya?”Orang yang duduk di baris belakang segera menjawab, “Tenang saja, semuanya sudah terpotret!”Si wanita mengangguk, lalu menghubungi seseorang. Setelah panggilan terhubung, dia segera berkata, “Bos, semuanya sudah selesai!”Sepertinya orang di ujung telepon sangat puas. Dia menyuruh si wanita untuk segera pulang.“Bos.” S
Setelah panggilan video diakhiri, Reza pun menggenggam erat ponsel Sonia. Senyuman di wajahnya masih belum memudar. Dia juga tidak tahu racun apa yang sudah diberikan Sonia kepadanya. Selama melihatnya, Reza pun merasa sangat gembira.Reza memalingkan kepalanya. Kebetulan Sonia sedang membawa sepiring kue tar berjalan menghampirinya. Hari ini Sonia berpakaian sangat simpel, hanya kaus putih dengan celana jeans berwarna biru muda saja, rambutnya dikuncir tinggi. Di bawah pancaran sinar matahari, kulitnya tampak berkilauan. Senyuman di wajah Sonia membuat hati orang-orang yang melihatnya tergerak.Sonia berjalan kemari, lalu menyerahkan sepiring kue tar kepadanya. “Mau?”Reza mengulurkan tangan untuk mengambil piring. Tangannya yang satu lagi menggenggam pergelangan tangan Sonia, lalu menariknya untuk duduk di atas pangkuan. Dia mencicipi satu suap, lalu berkata dengan tersenyum, “Dulu Bi Rati tidak jago dalam membuat kue. Demi kamu, sekarang dia malah belajar buat kue!”Sonia bersandar
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m