”Apa iya?” Tiba-tiba hati Tasya terasa sakit. Dia menunduk, lalu berkata dengan suara rendah, “Tapi, di hatiku, kamu berbeda dengan mereka.”Yandi tertegun sejenak. Dia menatap gadis di hadapannya dalam waktu lama. Hatinya seketika terasa berat. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, “Tasya, kamu masih kecil. Mungkin kamu menganggap ketergantungan terhadap seorang pria sebagai perasaan lain ….”Tasya langsung menatapnya dengan mengerutkan keningnya. “Aku punya Ayah dan juga Paman Reza. Aku bukan anak perempuan yang kekurangan kasih sayang!”Tatapan Yandi semakin dingin lagi. “Tapi aku lebih besar sembilan tahun daripada kamu. Aku bisa jadi pamanmu. Jadi, jangan beronar lagi!”Kali ini, ekspresi Tasya berubah muram. Dia bertanya dengan suara kecil, “Apa kamu suka … wanita yang dewasa?”Yandi mengangguk. “Iya, aku tidak tertarik dengan anak kecil!”Tasya merasa canggung dan malu. “Maaf, anggap saja aku nggak pernah mengatakannya.”Yandi menarik napas dalam-dalam. “Pria yang mengejarmu
Keesokan harinya adalah hari Sabtu. Pagi harinya, Tasya pun sudah berangkat ke restoran dengan diantar oleh sopir kediaman. Dia mulai menyibukkan harinya dengan membantu Bruno dan yang lain. Dia sudah cukup familier dengan pekerjaan di restoran. Ditambah lagi, Tasya sangat rajin, tidak lemah lembut seperti nona muda di keluarga kaya lainnya.Sekitar pukul sepuluh, ada tamu memasuki restoran. Tamu itu adalah pelanggan setia restoran. Dia bertanya alasan restoran tutup selama beberapa hari ini.Tasya menyerahkan menu makanan kepada mereka, lalu menjawab dengan tersenyum, “Bos kami baik sekali. Dia suruh kami istirahat untuk beberapa hari.”Para tamu juga ikut bercanda.“Sepertinya Bos Yandi memang bos terbaik yang pernah aku temui!”“Bos Yandi buka restoran juga demi buang waktu saja, bukan demi mencari keuntungan. Kalian percaya, ‘kan?”“Percaya! Tentu saja percaya! Aku nggak pernah bertemu bos sebaik Yandi. Sepertinya masalah duit juga bukan prioritasnya.”Semua orang tersenyum lebar.
Tasya mengangguk. “Boleh! Kalau begitu, kamu makan dulu. Aku akan minta izin sama bosku. Kita pergi bersama nanti.”“Kamu juga makan dulu. Kalau nanti kamu disalahkan bosmu, aku akan jelasin sama dia.” Oscar menunjukkan senyuman hangatnya.“Nggak usah, aku bisa makan di belakang. Kalau begitu, aku sibuk dulu!”Tasya pergi melayani tamu lainnya. Dia sudah lama bekerja di restoran. Jadi, dia pun sudah kenal dengan banyak pelanggan setia. Senyuman dan sapaan yang diberikan Tasya sangatlah lembut. Dia tak berhenti mondar-mandir di dalam restoran. Rambut hitam yang dikuncir tinggi juga tak berhenti melambai. Tasya kelihatan sangat energik.Saat Yandi keluar, dia dapat melihat Oscar yang sedang duduk di dekat jendela terus menatap ke sisi Tasya. Dapat terlihat rasa suka dari tatapan pria itu. Kemudian, tatapan Yandi beralih ke sisi Tasya. Dia mengambil kotak rokok, lalu pergi ke dalam dapur.Setelah sibuk beberapa saat, saat Bruno ke dapur, dia pun berkata kepada Yandi, “Oh, ya, Bos. Nanti
Satu jam sebelumnya, Tasya mengunggah sebuah postingan di Instagram. [ Udara di pegunungan sangat segar. Senyuman anak-anak sungguh manis. ]Kemudian, tampak juga foto selfie dirinya. Senyuman di wajah Tasya sangatlah polos. Latar belakangnya adalah sebuah sekolah di pedesaan. Sekelompok anak-anak sedang menerima buku pelajaran dengan gembira. Ada juga banyak teman sekolah Tasya yang sedang berdiri di belakang sana. Kemudian, di dalam kerumunan, tampak Oscar sedang melihat ke sisi Tasya. Senyuman di wajahnya juga tampak sangat lebar.Yandi melihat foto itu dalam waktu lama. Kemudian, dia mematikan layar ponselnya, kembali bersandar di bangkunya.Seumur hidupnya, seharusnya Yandi tidak akan menyukai wanita mana pun. Dia juga tidak akan menikah, tidak akan mengulangi kisah miris ibunya.Tasya sangatlah energik, polos, dan baik hati. Sementara, Yandi sudah pernah mengalami banyak rintangan sebelumnya. Dia memiliki pengalaman yang tidak bisa dibayangkan Tasya. Semuanya memang mirip sepert
Panggilan terhubung. Sesuai dengan dugaan Hendri, nada bicara Sonia terdengar dingin. Dia mengatakan dirinya tidak memiliki waktu malam ini.Hendri berusaha untuk membujuknya lagi. Ketika menyadari sikap tegas Sonia, pada akhirnya Hendri terpaksa mengakhiri panggilan, lalu memberi tahu masalah ini kepada ayahnya.Saat Tobias mengetahui kabar Sonia menolak undangannya, dia berkata dengan tersenyum dingin, “Apa Sonia merasa dirinya hebat? Hanya karena memiliki dukungan Keluarga Herdian, dia malah tidak menganggap Keluarga Dikara lagi? Dia hanya bekerja dengan Keluarga Herdian. Memangnya sampai kapan dia bisa dilindungi oleh Keluarga Herdian? Dasar tidak tahu diri!”Hendri berkata, “Temperamennya memang seperti ini, makanya semuanya tidak begitu menyukainya. Salah paham dia dengan ibunya juga semakin dalam saja.”Tobias berucap dengan serius, “Sepertinya masalah di dirinya cukup besar. Karakternya cukup dingin dan keras, tidak tahu untuk mengalah, apalagi menyenangkan hati orang lain.”Pa
Cindy tahu Sonia tidak suka dengan acara kumpul bersama Keluarga Dikara. Hanya saja, dia juga tidak ingin Stella menjadi sorotan utama dalam malam hari ini. Jadi, dia pun pergi untuk menghubungi Sonia.Saat ini, Stella sedang dikerumuni orang-orang. Dia pun membalas dengan tersenyum tipis. Dapat diketahui betapa bangganya dia saat ini. Tiba-tiba ponsel di dalam tasnya berdering. Stella melihat layar ponselnya sekilas, lalu permisi dengan Sutini untuk mengangkat panggilan di balkon.Reviana berkata dengan tersenyum, “Sekarang Stella sibuk sekali. Tiara juga menganggapnya sebagai saudara kandungnya sendiri. Semua masalah harus minta izin dulu sama dia. Tim produksi juga begitu. Apa pun pasti akan minta persetujuan Stella dulu.”Hani pun tersenyum. “Bukannya itu berarti Stella juga mengerjakan tugas seorang sutradara? Capek, dong!”Tentu saja Reviana tahu Hani sedang menyindirnya. Dia berkata dengan mendengus dingin, “Memang iya. Aku sungguh berharap Stella bisa sama seperti Cindy, lebih
Welly tidak memedulikannya. “Selama ada kamu, memangnya kenapa kalau dia tahu? Sekarang kamu sangat populer, anggota Keluarga Dikara pasti akan memperlakukanmu dengan sangat baik. Mereka juga tidak bakal ngapa-ngapain aku!”“Kamu jangan lupa, Hendri nggak tahu hubungan kita. Kalau kamu bersikap keterlaluan, dia bisa mengusirmu kapan saja.”Kali ini, Welly baru merasa gugup. “Dia sudah tahu masalah korupsiku?”“Aku sudah membantumu untuk menangani masalah ini. Tapi, aku harap kamu bisa jaga sikapmu. Jangan baru bekerja malah sudah serakah. Aku menyuruhmu bekerja di perusahaan juga ada kegunaan lain. Jangan kamu hancurkan rencana besarku hanya demi keuntungan kecil di depan mata.” Suara Stella sangatlah kecil. “Pikir yang panjang.”Welly berpikir sejenak, lalu membalas dengan tersenyum, “Oke, aku mengerti.”“Hati-hati dengan Pak Randy. Pakai otakmu sebelum melakukan apa pun. Jangan sampai aibmu tertangkap. Aku juga nggak mungkin bisa selalu membantumu!” peringatkan Stella.“Iya, aku meng
Sejak episode pertama, sepertinya Stella kelihatan sangat santai. Bahkan, saat berada di acara, dia juga sering duduk mengobrol dengan Tiara. Apalagi dari percakapannya dengan Reviana, dapat diketahui bahwa Stella juga sangat santai di rumah. Setiap malamnya juga bisa meluangkan waktu untuk menemani Reviana menonton bersama.Jadi, kapan Stella memiliki waktu untuk mendesain hasil karya menakjubkannya? Sementara, setiap harinya Cindy mesti memikirkan inspirasi untuk desain busananya. Terkadang Cindy merasa kepalanya sudah hampir botak saja!Komunikasi Cindy dengan Angie tergolong tidak lancar tadi. Jadi, dia bahkan mesti memanfaatkan waktu di acara malam ini untuk mendesain. Jangan-jangan Stella memang sangat berbakat?Namun, jika dia memang berbakat, kenapa sebelumnya dia tidak mendapat pencapaian apa-apa? Cindy melihat ke sisi Stella dengan mengerutkan keningnya. Dia sungguh tidak memahaminya!Meskipun demikian, Cindy juga tidak ingin membandingkan dirinya dengan Stella. Jadi, dia mu
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan
Sonia tidak menghiraukannya dan hanya menunduk untuk melanjutkan makan steik. Kase memandang Sonia dengan ekspresi kesal dan tak berdaya. Dia menambahkan, "Eh, jangan menindasku seperti ini dong! Bicaralah sesuatu yang bisa aku mengerti!"Namun, Sonia tetap serius menyantap makanannya. Dia membiarkan pria itu terus mengoceh tanpa memberikan tanggapan.Setelah selesai makan, Sonia bertanya dengan tak acuh, "Apa orang-orang yang meneliti energi baru ini sangat hebat?""Tentu saja! Mereka adalah talenta kelas dunia!" balas Kase dengan penuh keyakinan.Sonia bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, bukannya negara-negara lain juga ingin mendapatkan mereka?"Kase tertawa sebelum menjawab, "Belum ada satu pun yang berhasil merebut mereka dari Istana Fers. Begitu hasil penelitian mereka sukses besar, Rayden akan kasih uang yang cukup untuk menghidupi mereka seumur hidup, lalu memberikan identitas baru agar mereka bisa menikmati sisa hidup dengan tenang."Sonia memandang ke luar jendela, lalu
Himawan menjabat tangan Sonia dengan senyuman ramah yang tulus, lalu berucap, "Selamat datang, Cantik. Semoga kamu bersenang-senang di sini!"Sonia membalas sambil mengangguk, "Makasih!"Kemudian, Himawan mengatur tempat tinggal untuk mereka berdua dan menyuruh pelayan untuk mengantar mereka.Tempat yang disiapkan untuk mereka adalah sebuah vila kecil. Lantai bawahnya terdiri dari ruang tamu dan ruang baca, sementara di lantai atas ada tiga kamar tidur. Dari tampilannya, tempat ini memang sengaja disediakan untuk para tamu yang berkunjung.Malam telah tiba. Begitu mereka masuk ke dalam, semua lampu di ruangan menyala secara otomatis.Seorang pelayan mendorong troli makan ke dalam, lalu menata berbagai makanan lezat di atas meja makan dan diakhiri dengan sebotol anggur merah Lafite yang mewah. Pelayan itu berujar dengan sikap hormat, "Semoga kalian menikmati makan malam ini."“Kehadiranku mungkin akan sedikit mengganggu seleramu, tapi malam ini kita harus makan bersama!" ucap Kase sambi
“Belum!” Kase tersenyum. “Aku haus mau minum kopi. Kamu mau?”Sonia memalingkan kepalanya. Dia melihat memang ada sebuah toko kopi kecil di pinggir jalan. Saat ini, Sonia menggeleng. “Nggak mau. Kamu pergi sendiri saja!”“Kalau begitu, aku pergi dulu, tidak lama, kok!” Kase menuruni mobil, lalu berjalan ke sisi toko kopi.Sonia melihat bayangan tubuh si pria. Dia melihat setelah Kase selesai membeli kopi, dia tidak segera kembali ke mobil, melainkan mengobrol dengan wanita dengan rambut dikuncir tinggi.Sonia menopang kepalanya sembari melihat ponselnya. Saat Sonia mengangkat kepalanya lagi, tiba-tiba tidak kelihatan sosok tubuh Kase lagi. Raut wajah Sonia berubah dingin dalam seketika. Dia segera menuruni mobil dan berlari ke sisi toko kopi.Saat tiba di depan pintu toko, langkah kaki Sonia berhenti. Dia melihat di bawah pohon tinggi, Kase sedang berpelukan dan berciuman dengan wanita yang baru dikenalnya tadi.Sonia terdiam membisu. Apa-apaan ini! Sonia pun kembali ke mobil.Setelah
Setelah makan, Sonia pergi menemui Kase.Saat Kase menatap Sonia hanya berpakaian kaus putih dengan celana jeans, keningnya spontan berkerut. “Sepertinya cara berpakaianmu tidak mirip seperti pasanganku?”Sonia menjawab, “Orang-orang juga nggak bakal heran dengan bagaimana penampilan pasangan yang kamu miliki!”Kase tertawa terbahak-bahak. “Kenapa aku selalu suka dengan setiap kata-katamu?” Dia membuka kotak kulit kambing di sampingnya. “Ini untukmu!”Sonia berjalan mendekat untuk melihatnya. Ada sebuah pistol di dalamnya dengan model terbaru MP22 yang bisa memuat 20 butir peluru. Fungsi tetap berjalan stabil di suhu cuaca tinggi maupun dingin. Pistol ini juga memiliki fungsi cahaya layar, membuat pengguna lebih gampang menggunakannya di malam hari.Sonia mengambil pistol. Tiba-tiba dia merasa aman sekarang. “Terima kasih!”“Jangan sungkan. Aku juga mempersiapkannya demi keselamatanku sendiri.” Kase menjulurkan tangannya ke sisi Sonia. “Aku harap kerja sama kita menyenangkan!”Sonia ti
Iya! Ada dirinya di atas papan almarhum.Suki!Tiba-tiba Sonia merasa dunia ini sangat ajaib. Jika dia tidak datang ke Hondura, selamanya dia tidak akan tahu ada orang yang membangun altar untuknya di sini. Perasaan ini benar-benar tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata!Sonia mengambil dupa tersebut. Saat melihat papan namanya sendiri, dia pun tertegun. Kase berjalan ke dalam, lalu mengambil dupa dari tangannya. Setelah dupa dinyalakan, Kase pun memasangnya.Setelah itu, Kase menyeka papan nama itu dengan lembut. Dia bahkan mencium papan nama itu.Kening Sonia berkerut. Dia sungguh tidak tahu harus berbuat apa. “Dia itu wanita idamanmu?”Tatapan Kase tertuju pada nama di atas papan. “Iya, namanya Suki. Namanya bagus, ‘kan?”Sonia tidak menjawab, melainkan bertanya, “Apa kamu nggak tahu biasanya hanya leluhur saja yang diletakkan di dalam aula persembahan seperti ini?”Kase meletakkan papan nama itu kembali ke posisi semula, lalu membalikkan kepalanya untuk berkata, “Dia itu wanit
Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Musuhmu?”“Mana mungkin?” Kase tertawa. Dia mengedipkan matanya ke sisi Sonia. “Dia itu wanita idamanku!”Sonia berkata dengan datar, “Sepertinya kamu juga panggil Julie dan Laura yang semalam sebagai wanita idamanmu.”Kase tersenyum tipis. “Apa mereka bisa disamakan?” Usai berbicara, Kase melihat ke sisi Sonia. “Jujur saja, matamu sungguh mirip dengan wanita idamanku!”Semalam saat bertemu Sonia di luar bar, Kase sungguh merasa syok. Dia hampir saja mengira Sonia adalah wanita di dalam foto. Sayangnya, wanita idamannya sudah tidak berada di muka bumi ini lagi.Hanya saja, semua itu tidaklah penting. Hal yang paling penting adalah wanita idamannya akan selalu hidup di dalam hatinya.Sonia berkata dengan suara datar, “Oh, ya?”“Iya! Ngomong-ngomong aku masih tidak tahu namamu?” tanya Kase.“Sonia!”Kase mengangguk. “Nama yang sangat bagus!”Sonia bertanya, “Ada urusan apa kamu mencariku?”Kase tersenyum lembut. “Aku mau pergi ke Istana Fers untuk membah