“Dia bekerja di bagian apa?” tanya Reza dengan perlahan.Tatapan Roderick berkilauan. Dia membalas dengan penuh hormat, “Dia itu staf bagian administrasi. Kadang ketika ada kumpul bersama klien, aku pun akan membawanya.”Dari ekspresi Roderick, Reza pun mengerti. Dia bersandar di tempat duduknya, lalu bertanya dengan datar, “Apa hubungannya dia sama kamu?”Roderick langsung melirik ke sisi Yusa.Yusa berkata, “Pak Reza lagi tanya kamu. Jawab dengan jujur!”Kali ini, Roderick kelihatan canggung. Dia menunduk, lalu berkata, “Kami memang punya hubungan gelap. Selain gaji, setiap bulannya aku akan memberinya uang tambahan.”Sebenarnya Roderick tidak tahu kenapa Reza bisa menanyakan pertanyaan ini. Jadi, dia segera berkata, “Dia yang menggodaku duluan. Pertama kali kami berhubungan juga di saat aku mabuk ….”Raut wajah Reza kelihatan berkerut. “Apa kalian masih berhubungan sampai sekarang?”Roderick kelihatan sudah berumur 40-an tahun. Seharusnya dia sudah berkeluarga. Jadi, sudah pasti hub
Sekarang sudah jam sebelas malam. Leon menaiki taksi menuju ke alamat hotel yang dicantumkan di dalam pesan. Setibanya di hotel, Leon langsung mencari nomor kamar tersebut. Saat mendengar suara dari dalam kamar, raut wajah Leon langsung memucat. Sekujur tubuhnya juga tampak gemetar.Tiba-tiba Leon kepikiran malam beberapa tahun silam. Saat dia pulang kerja, dia pun melihat gambaran memilukan hati. Sejak saat itu, hidupnya pun menjadi hancur.Tak disangka peristiwa mengiris hati itu terulang kembali di hidup Leon!Saat ini, Leon menatap ke depan pintu. Tiba-tiba dia merasa takut, ingin segera melarikan diri. Namun, pada akhirnya, Leon mendobrak pintu di depannya. Tampak sosok Herlie yang tak berbusana itu. Dia sedang terkejut sembari melebarkan kedua mata melihat ke sisi Leon. Saat Herlie refleks hendak mengambil pakaiannya, dia pun hampir jatuh bergulir ke lantai.Telinga Leon berdengung. Matanya kelihatan memerah. Dia langsung mengambil bangku dari dalam kamar hendak menghantamnya ke
Kedua mata Leon memerah. Dia ingin menangis lagi.Yandi berkata dengan perlahan, “Bawa tehnya ke sini.”Leon segera berjongkok, lalu menyerahkan cangkir teh kepada Yandi.Yandi meniup uap panas di dalam cangkir, lalu melirik bangku di samping. “Duduk!”Kali ini, Leon juga sangat patuh. Dia langsung duduk di samping, tanpa berbicara sama sekali.Yandi berkata, “Masalah ini juga bukan salahmu. Kamu hanya ingin melindungi kekasihmu saja. Hanya saja, siapa pun tidak menyangka Herlie adalah wanita seperti itu.”“Aku bersalah!” Leon bergumam, “Aku malah meninggalkan Bos dan kawan-kawan demi seorang wanita. Semua ini akibat dari perbuatanku sendiri!”Yandi mengangkat kepala untuk menatapnya. “Siapa yang lebih penting di antara wanita dan kawan-kawan?”Leon segera menjawab, “Kawan!”“Bukan!” Yandi menggeleng. “Seorang wanita yang benar-benar mencintaimu baru akan menemanimu untuk selamanya. Seandainya dia adalah wanita baik-baik, kamu pantas untuk mengkhianati kawan-kawanmu. Tapi tentunya buka
Raut wajah Tasya seketika berubah dingin.Ranty berjalan ke mobil sendiri. Tasya juga memasuki mobil Sonia. Dia memasang sabuk pengaman, lalu bertanya, “Untuk apa mencarinya lagi?”“Dia sudah ambil tabungan Leon yang disimpan Leon selama beberapa tahun ini. Aku nggak akan biarkan dia begitu saja.” Raut wajah Sonia sangat dingin.Tasya berkata dengan kaget, “Wanita itu memang nggak ada batasan!”Herlie bukan hanya menipu perasaan Leon saja, dia bahkan menipu uang Leon!Tasya merasa penasaran. “Jadi, kamu sengaja ajak temanmu buat bantuin kita? Bukannya kita berdua sudah sanggup untuk beri pelajaran sama dia!”Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Serahkan masalah ini kepada ahlinya!”Setengah jam kemudian, mobil Sonia berhenti di dalam sebuah kompleks perumahan. Tasya melihat Ranty membawa dua orang wanita berbadan tinggi langsing bersamanya. Sepertinya dia mulai mengerti maksud Sonia.Mereka berjalan ke lantai atas. Wanita yang mengenakan rok merah di belakang Ranty berjalan maju untuk men
Sonia tersenyum datar. “Sejak Ranty tamat kuliah, dia sudah mengambil alih perusahaan keluarganya. Selama beberapa tahun ini, dia sudah bertemu dengan banyak orang. Jadi, trik yang dimainkan Herlie bukanlah apa-apa baginya!”Tampak rasa kagum di dalam tatapan Tasya. “Alangkah bagusnya kalau aku bisa sehebat dia nanti!”Sonia melirik Tasya sekilas, lalu menggeleng dengan perlahan. “Aku lebih berharap kamu bisa selalu seperti sekarang ini.”“Kenapa?” Tasya tidak mengerti.Sonia malah hanya tersenyum dan tidak berbicara.Jika kondisi mengizinkan, siapa pun ingin hidup dengan dilindungi, disayangi, dan dimanja oleh anggota keluarga sendiri. Itu adalah gambaran bahagia yang terlukis di benak Sonia!…Setibanya di restoran, Sonia tidak menuruni mobil. “Aku masih harus kembali ke lokasi syuting. Kamu masuk sendiri, ya!”“Baiklah!” Tasya melambaikan tangan kepada Sonia. “Sampai jumpa.”“Jangan pulang malam!” pesan Sonia.“Aku mengerti. Hati-hati di jalan!” Tasya berdiri di pinggir jalan meliha
Tasya menjawab pertanyaan Leon, “Sonia bawa anggotanya pergi meminta kartu debit ini. Herlie juga sudah dipukul habis-habisan. Anggap saja Sonia sudah membantumu melampiaskan amarahmu. Jadi, kamu nggak usah cari dia lagi. Dengan nggak bertemu dengan dia lagi, kamu pun baru bisa benar-benar melepaskannya.”Leon menggenggam erat kartu di tangannya. Raut wajahnya kelihatan sangat muram. “Aku tidak bisa melepaskannya begitu saja!”“Sonia sudah bantu kamu untuk beri pelajaran sama dia. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau dia dipukuli.” Kali ini, Yandi melihat ke sisi mereka, lalu berkata dengan datar, “Benar apa kata Tasya. Kamu tidak perlu berhubungan dengan dia lagi.”Leon tahu Yandi takut dirinya akan menyebabkan masalah lagi. Setelah berpikir sejenak, pada akhirnya Leon pun mengangguk. “Baik.”Tasya sengaja tidak menatap Yandi. Dia hanya berkata pada Leon dengan tersenyum, “Bukannya kamu sudah kembali? Kenapa restoran masih belum dibuka?”Leon membalas, “Malam ini kita makan b
”Apa iya?” Tiba-tiba hati Tasya terasa sakit. Dia menunduk, lalu berkata dengan suara rendah, “Tapi, di hatiku, kamu berbeda dengan mereka.”Yandi tertegun sejenak. Dia menatap gadis di hadapannya dalam waktu lama. Hatinya seketika terasa berat. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, “Tasya, kamu masih kecil. Mungkin kamu menganggap ketergantungan terhadap seorang pria sebagai perasaan lain ….”Tasya langsung menatapnya dengan mengerutkan keningnya. “Aku punya Ayah dan juga Paman Reza. Aku bukan anak perempuan yang kekurangan kasih sayang!”Tatapan Yandi semakin dingin lagi. “Tapi aku lebih besar sembilan tahun daripada kamu. Aku bisa jadi pamanmu. Jadi, jangan beronar lagi!”Kali ini, ekspresi Tasya berubah muram. Dia bertanya dengan suara kecil, “Apa kamu suka … wanita yang dewasa?”Yandi mengangguk. “Iya, aku tidak tertarik dengan anak kecil!”Tasya merasa canggung dan malu. “Maaf, anggap saja aku nggak pernah mengatakannya.”Yandi menarik napas dalam-dalam. “Pria yang mengejarmu
Keesokan harinya adalah hari Sabtu. Pagi harinya, Tasya pun sudah berangkat ke restoran dengan diantar oleh sopir kediaman. Dia mulai menyibukkan harinya dengan membantu Bruno dan yang lain. Dia sudah cukup familier dengan pekerjaan di restoran. Ditambah lagi, Tasya sangat rajin, tidak lemah lembut seperti nona muda di keluarga kaya lainnya.Sekitar pukul sepuluh, ada tamu memasuki restoran. Tamu itu adalah pelanggan setia restoran. Dia bertanya alasan restoran tutup selama beberapa hari ini.Tasya menyerahkan menu makanan kepada mereka, lalu menjawab dengan tersenyum, “Bos kami baik sekali. Dia suruh kami istirahat untuk beberapa hari.”Para tamu juga ikut bercanda.“Sepertinya Bos Yandi memang bos terbaik yang pernah aku temui!”“Bos Yandi buka restoran juga demi buang waktu saja, bukan demi mencari keuntungan. Kalian percaya, ‘kan?”“Percaya! Tentu saja percaya! Aku nggak pernah bertemu bos sebaik Yandi. Sepertinya masalah duit juga bukan prioritasnya.”Semua orang tersenyum lebar.
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m