Gina juga memandang Sonia. Dia menarik selimut, lalu berucap sembari mengangkat alisnya, "Kamu cari Reza, ya? Jangan salah paham. Kami nggak melakukan apa-apa."Meskipun berkata demikian, tatapan dan nada bicara Gina sangat provokatif. Tandy bertanya dengan ekspresi marah, "Pamanku di mana?""Reza keluar untuk menjawab panggilan telepon. Mungkin dia ada di ruang kerja," sahut Gina."Cepat keluar dari rumahku!" bentak Tandy seraya mengepalkan tangannya dengan erat.Gina menimpali dengan ekspresi masam, "Tandy, dulu kamu nggak memperlakukanku seperti ini.""Kamu yang menggoda pamanku, 'kan?" tanya Tandy dengan dingin."Kamu tanyakan saja kepada pamanmu!" sergah Gina dengan sinis. Selesai bicara, dia melihat Reza yang berjalan masuk dari ruang tamu dan menambahkan, "Pamanmu sudah datang."Sonia berbalik dan bertatapan dengan Reza. Melihat ekspresi Reza yang terkejut, Sonia merasa kecewa. Tandy bertanya sambil memelototi Reza, "Paman, kenapa kamu berbuat seperti itu?"Reza tertegun sejenak
Sonia menepis tangan Reza. Dia berkata dengan tatapan muram, "Aku mau menenangkan diri."Reza menjelaskan, "Gina mencariku karena urusan Noah. Dia gegabah dan menggores pergelangan tangannya. Aku hanya menyuruh Jenar untuk mengobati lukanya.""Jadi, kenapa Gina ada di tempat tidurmu?" tanya Sonia.Reza menyahut seraya mengernyit, "Aku juga tidak tahu karena aku ada di ruang kerja."Sonia hanya menunduk dan tidak berbicara. Reza melanjutkan dengan ekspresi khawatir, "Tolong beri tahu aku apa yang kamu pikirkan. Jangan begini."Sonia tetap terdiam, dia bahkan tidak melihat Reza. Sementara itu, Reza menatap Sonia lekat-lekat sembari meneruskan perkataannya, "Sonia, apa kamu tidak percaya kepadaku? Kita sudah melalui banyak hal dan aku sangat mencintaimu. Mana mungkin aku menyentuh wanita lain?"Sonia memohon sambil mengerutkan kening, "Pikiranku kacau sekali. Biarkan aku tenangkan diri dulu, ya?"Reza menggenggam tangan Sonia dan menanggapi, "Aku tidak mau! Kalau ada masalah, kamu bilang
Hati Sonia juga terasa sakit. Dia menjawab, "Maaf. Mungkin ini salahku."Reza menyergah, "Aku tidak setuju! Pokoknya, aku tidak mau putus! Mengenai masalah hari ini, aku memang salah. Tapi, aku sama sekali tidak mengkhianatimu! Kalau kamu merasa tidak senang, kamu boleh mengabaikanku atau melampiaskan emosimu. Kamu boleh melakukan apa pun yang kamu mau, tapi kita tidak akan putus."Reza menegaskan, "Aku sudah pernah bilang, aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi seumur hidupku. Jangan harap kamu bisa meninggalkanku, kecuali aku mati!"Suara Sonia tercekat. Dia menunduk, lalu berusaha untuk berkata, "Reza, hubungan kita nggak akan bertahan lama kalau terus menyiksa satu sama lain seperti ini."Sama seperti ketika Sonia bergabung dalam pasukan tentara bayaran. Jika ada masalah, tim harus segera dibubarkan. Kalau tidak, cepat atau lambat pasti ada anggota tim yang mati. Pasangan tidak ada bedanya dengan rekan satu tim. Hubungan antara kedua orang tentu tidak boleh bermasalah sedikit pun
Tandy menyahut, "Aku hanya takut."Reza bertanya dengan tatapan muram, "Kamu juga merasa hubunganku dengan Sonia bermasalah?"Tandy segera menjawab, "Kalau ada masalah, selesaikan saja. Bukannya semua orang yang pacaran juga seperti itu?"Reza tertawa dan menghibur, "Kamu tenang saja. Sonia pasti akan menjadi bibimu. Jangan khawatir."Tandy berpesan, "Kalau begitu, kamu harus membujuk Bu Sonia. Selain itu, kamu harus memutuskan hubungan dengan Gina.""Oke," ucap Reza. Dia mengakhiri panggilan telepon, lalu memandangi langit malam.....Sonia kembali ke rumahnya, lalu menggambar sketsa desain di ruang kerja sampai pukul 1 dini hari. Dia berbaring di tempat tidur, tetapi sama sekali tidak mengantuk. Dia terus memikirkan Gina yang berbaring di tempat tidur Reza. Sonia juga tahu Reza tidak mungkin mengkhianatinya. Hanya saja, Sonia tetap merasa kesal.Sonia terus gelisah dan dia baru tertidur pada pukul 3 dini hari. Kemudian, dia terbangun lagi saat langit mulai terang. Biasanya, Reza akan
Edward mengira masalah ini adalah masalah sepele saja. Demi mendapatkan rasa suka dari Stella, dia langsung menyetujuinya dan berjanji akan membantunya.Namun setengah jam telah berlalu, saat Edward menghubungi Stella, nada bicaranya tidak seyakin sebelumnya lagi. “Sepertinya sutradara tidak ingin bekerja lagi? Dia tidak setuju untuk menggantinya. Bukannya hanya seorang penjahit saja? Sepertinya dia tidak berhak untuk menentukan siapa yang seharusnya diajak kerja sama!”Stella tahu kondisi tidak optimis. Dia mencemberutkan bibirnya sembari mendengus dingin. “Apa ucapanmu juga nggak berguna?”Edward berkata dengan serbasalah, “Keluarga kami bukan pihak sponsor terbesar. Sekarang program acara itu semakin populer. Kalau aku bersikap keras terhadap sutradara, sepertinya dia juga tidak akan memedulikanku.”Sesungguhnya Edward juga memiliki pemikirannya sendiri. Acara sudah semakin tenar. Keuntungan yang diraup keluarganya juga akan semakin besar. Seandainya hubungan Edward dengan tim produ
Stella sungguh merasa syok. Padahal Edward saja tidak sanggup untuk mengancam sutradara, entah siapa yang dicari Tiara, alhasil masalah pun terselesaikan!Tentu saja, orang yang paling terkejut tak lain adalah Angie dan Cindy. Cindy pun berkata dengan kesal, “Atas dasar apa? Awalnya kami terpilih untuk bekerja sama dengan Pak Venick. Sekarang kami juga sudah berhasil untuk membujuk Pak Venick. Kalian malah ingin mengganti mitra kerja sama kami?”Angie langsung menimpali, “Kami nggak mau ganti! Pak Sutradara, kenapa kalian ganti pasangan secara mendadak?”Sikap sutradara sangatlah tegas. “Semua ini diatur oleh tim produksi. Meski kalian tidak bersedia, kalian tetap harus menggantinya. Kami melakukannya juga demi rating acara. Sisa waktu kalian tidak banyak lagi. Aku harap kalian jangan mengganggu proses syuting!”Cindy sungguh ingin menangis. “Rating apaan? Apa kami sudah mengganggu proses syuting? Seandainya tanpa bantuan temanku, Pak Venick juga nggak bakal setuju untuk muncul di laya
Angie langsung menarik tangan Cindy. “Kalau kamu nggak ingin syuting lagi, kita akan kehilangan kesempatan untuk menampakkan diri di depan layar kaca. Selain itu, bisa jadi kita akan menyinggung Pak Sutradara dan tim produksi acara.”Cindy membalas dengan gusar, “Jangan-jangan kamu ingin mengalah? Apa kamu rela ditindas sama mereka?”Sekarang Angie sudah menenangkan dirinya. “Dunia hiburan memang seperti ini. Sewaktu aku baru memulai karierku, penderitaan yang aku terima bahkan lebih berat daripada yang kita alami sekarang. Tapi aku tetap harus bertahan. Siapa yang terkenal di dunia hiburan, dia pun akan lebih diprioritaskan. Inilah aturan permainan yang dimaksud Pak Sutradara.”Cindy berkata dengan terisak-isak, “Aku nggak sanggup untuk bersabar!”“Sudahlah!” Angie hanya bisa menerima kenyataan. “Tak peduli semua ini karena reputasi Tiara atau karena permintaan atasan, kita juga nggak ada cara lain. Keluargamu memang kaya, tapi kamu hanyalah seorang asisten desainer di Arkava Studio.
Cindy membalas, “Aku yakin Sonia pasti ada cara.”Angie tidak ingin melenyapkan sisa harapan di hati Cindy. Hanya saja, dia juga tidak ingin Cindy berharap terlalu banyak. “Paling-paling Sonia akan menyuruh Pak Venick untuk mogok kerja tanda dirinya menolak permintaan tim produksi. Tapi jujur saja, latar belakang Tiara hebat banget. Pak Sutradara nggak mungkin bakal menyinggung Tiara, bisa jadi Pak Sutradara akan melepaskan kerja sama dengan Pak Venick.”Jika Venick bersikeras tidak setuju untuk bekerja sama dengan Stella, paling-paling tim produksi hanya akan menyatakan bahwa Keluarga Untara tidak bersedia untuk menampakkan diri di layar kaca. Kemudian, mereka akan mencari penjahit lain untuk bekerja sama dengan Cindy.Lagi pula, tujuan Tiara adalah agar mereka tidak lebih tenar daripada dirinya. Jadi, Tiara akan menang pada akhirnya. Mengenai Angie dan Cindy, mereka tergolong telah menyinggung tim produksi.Itulah sebabnya Angie tidak setuju jika Cindy menyuruh Sonia membujuk Keluarg
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m