Hati Sonia juga terasa sakit. Dia menjawab, "Maaf. Mungkin ini salahku."Reza menyergah, "Aku tidak setuju! Pokoknya, aku tidak mau putus! Mengenai masalah hari ini, aku memang salah. Tapi, aku sama sekali tidak mengkhianatimu! Kalau kamu merasa tidak senang, kamu boleh mengabaikanku atau melampiaskan emosimu. Kamu boleh melakukan apa pun yang kamu mau, tapi kita tidak akan putus."Reza menegaskan, "Aku sudah pernah bilang, aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi seumur hidupku. Jangan harap kamu bisa meninggalkanku, kecuali aku mati!"Suara Sonia tercekat. Dia menunduk, lalu berusaha untuk berkata, "Reza, hubungan kita nggak akan bertahan lama kalau terus menyiksa satu sama lain seperti ini."Sama seperti ketika Sonia bergabung dalam pasukan tentara bayaran. Jika ada masalah, tim harus segera dibubarkan. Kalau tidak, cepat atau lambat pasti ada anggota tim yang mati. Pasangan tidak ada bedanya dengan rekan satu tim. Hubungan antara kedua orang tentu tidak boleh bermasalah sedikit pun
Tandy menyahut, "Aku hanya takut."Reza bertanya dengan tatapan muram, "Kamu juga merasa hubunganku dengan Sonia bermasalah?"Tandy segera menjawab, "Kalau ada masalah, selesaikan saja. Bukannya semua orang yang pacaran juga seperti itu?"Reza tertawa dan menghibur, "Kamu tenang saja. Sonia pasti akan menjadi bibimu. Jangan khawatir."Tandy berpesan, "Kalau begitu, kamu harus membujuk Bu Sonia. Selain itu, kamu harus memutuskan hubungan dengan Gina.""Oke," ucap Reza. Dia mengakhiri panggilan telepon, lalu memandangi langit malam.....Sonia kembali ke rumahnya, lalu menggambar sketsa desain di ruang kerja sampai pukul 1 dini hari. Dia berbaring di tempat tidur, tetapi sama sekali tidak mengantuk. Dia terus memikirkan Gina yang berbaring di tempat tidur Reza. Sonia juga tahu Reza tidak mungkin mengkhianatinya. Hanya saja, Sonia tetap merasa kesal.Sonia terus gelisah dan dia baru tertidur pada pukul 3 dini hari. Kemudian, dia terbangun lagi saat langit mulai terang. Biasanya, Reza akan
Edward mengira masalah ini adalah masalah sepele saja. Demi mendapatkan rasa suka dari Stella, dia langsung menyetujuinya dan berjanji akan membantunya.Namun setengah jam telah berlalu, saat Edward menghubungi Stella, nada bicaranya tidak seyakin sebelumnya lagi. “Sepertinya sutradara tidak ingin bekerja lagi? Dia tidak setuju untuk menggantinya. Bukannya hanya seorang penjahit saja? Sepertinya dia tidak berhak untuk menentukan siapa yang seharusnya diajak kerja sama!”Stella tahu kondisi tidak optimis. Dia mencemberutkan bibirnya sembari mendengus dingin. “Apa ucapanmu juga nggak berguna?”Edward berkata dengan serbasalah, “Keluarga kami bukan pihak sponsor terbesar. Sekarang program acara itu semakin populer. Kalau aku bersikap keras terhadap sutradara, sepertinya dia juga tidak akan memedulikanku.”Sesungguhnya Edward juga memiliki pemikirannya sendiri. Acara sudah semakin tenar. Keuntungan yang diraup keluarganya juga akan semakin besar. Seandainya hubungan Edward dengan tim produ
Stella sungguh merasa syok. Padahal Edward saja tidak sanggup untuk mengancam sutradara, entah siapa yang dicari Tiara, alhasil masalah pun terselesaikan!Tentu saja, orang yang paling terkejut tak lain adalah Angie dan Cindy. Cindy pun berkata dengan kesal, “Atas dasar apa? Awalnya kami terpilih untuk bekerja sama dengan Pak Venick. Sekarang kami juga sudah berhasil untuk membujuk Pak Venick. Kalian malah ingin mengganti mitra kerja sama kami?”Angie langsung menimpali, “Kami nggak mau ganti! Pak Sutradara, kenapa kalian ganti pasangan secara mendadak?”Sikap sutradara sangatlah tegas. “Semua ini diatur oleh tim produksi. Meski kalian tidak bersedia, kalian tetap harus menggantinya. Kami melakukannya juga demi rating acara. Sisa waktu kalian tidak banyak lagi. Aku harap kalian jangan mengganggu proses syuting!”Cindy sungguh ingin menangis. “Rating apaan? Apa kami sudah mengganggu proses syuting? Seandainya tanpa bantuan temanku, Pak Venick juga nggak bakal setuju untuk muncul di laya
Angie langsung menarik tangan Cindy. “Kalau kamu nggak ingin syuting lagi, kita akan kehilangan kesempatan untuk menampakkan diri di depan layar kaca. Selain itu, bisa jadi kita akan menyinggung Pak Sutradara dan tim produksi acara.”Cindy membalas dengan gusar, “Jangan-jangan kamu ingin mengalah? Apa kamu rela ditindas sama mereka?”Sekarang Angie sudah menenangkan dirinya. “Dunia hiburan memang seperti ini. Sewaktu aku baru memulai karierku, penderitaan yang aku terima bahkan lebih berat daripada yang kita alami sekarang. Tapi aku tetap harus bertahan. Siapa yang terkenal di dunia hiburan, dia pun akan lebih diprioritaskan. Inilah aturan permainan yang dimaksud Pak Sutradara.”Cindy berkata dengan terisak-isak, “Aku nggak sanggup untuk bersabar!”“Sudahlah!” Angie hanya bisa menerima kenyataan. “Tak peduli semua ini karena reputasi Tiara atau karena permintaan atasan, kita juga nggak ada cara lain. Keluargamu memang kaya, tapi kamu hanyalah seorang asisten desainer di Arkava Studio.
Cindy membalas, “Aku yakin Sonia pasti ada cara.”Angie tidak ingin melenyapkan sisa harapan di hati Cindy. Hanya saja, dia juga tidak ingin Cindy berharap terlalu banyak. “Paling-paling Sonia akan menyuruh Pak Venick untuk mogok kerja tanda dirinya menolak permintaan tim produksi. Tapi jujur saja, latar belakang Tiara hebat banget. Pak Sutradara nggak mungkin bakal menyinggung Tiara, bisa jadi Pak Sutradara akan melepaskan kerja sama dengan Pak Venick.”Jika Venick bersikeras tidak setuju untuk bekerja sama dengan Stella, paling-paling tim produksi hanya akan menyatakan bahwa Keluarga Untara tidak bersedia untuk menampakkan diri di layar kaca. Kemudian, mereka akan mencari penjahit lain untuk bekerja sama dengan Cindy.Lagi pula, tujuan Tiara adalah agar mereka tidak lebih tenar daripada dirinya. Jadi, Tiara akan menang pada akhirnya. Mengenai Angie dan Cindy, mereka tergolong telah menyinggung tim produksi.Itulah sebabnya Angie tidak setuju jika Cindy menyuruh Sonia membujuk Keluarg
Cindy berjalan kemari, lalu menatap Stella dengan tatapan kesal. “Apa yang lagi kamu katakan dengan Sonia?”Stella tersenyum tipis. “Aku hanya mengatakan kenyataan saja.”Raut wajah Sonia tampak sangat dingin. Dia melirik Stella sekilas, lalu melangkah ke dalam.Pada saat ini, sutradara dan produser sedang menunggu di dalam ruang kerja sementara. Ketika melihat kedatangan Sonia, dia langsung berdiri, lalu menyambut dengan sangat ramah. “Apa benar dengan Bu Sonia? Ayo, silakan duduk!”Sutradara menuangkan minuman untuk Sonia, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku pernah mendengar namamu dari Angie sebelumnya. Bu Sonia telah membantunya untuk membujuk Pak Venick. Kami pun ingin mencari kesempatan untuk berterima kasih kepadamu.”Sonia membalas, “Nggak usah sungkan. Aku memang sudah membujuk Pak Venick untuk mengikuti acara kalian, tapi mitra kerja samanya itu Cindy. Dengar-dengar ada sedikit perubahan dalam acara kalian. Apa aku boleh tahu alasannya?”Sutradara berkata dengan tersenyum, “B
Setelah Cindy dan Ferdi berbicara sejenak, Angie pun memanggilnya. Cindy segera mengakhiri panggilan.Ferdi merasa tidak tenang. Dia menghubungi Tandy untuk memberi tahu masalah tim program acara mencari masalah dengan Cindy. Bahkan, Sonia juga sudah ke lokasi. Tandy sendiri juga merasa masalah tergolong serius.“Apa Kak Sonia akan ditindas mereka?” tanya Ferdi dengan khawatir.Tandy berpikir sejenak. Tetiba dia berkata dengan tersenyum, “Kamu tidak usah ikut campur dalam masalah ini. Aku akan cari orang untuk membantunya!”“Siapa?”“Paman Reza!”Saat Reza menerima panggilan Tandy, dia sedang emosi. Dia melihat tampilan layar ponselnya, lalu mengibaskan tangannya untuk mengusir para petinggi, kemudian baru mengangkat panggilan.Tandy langsung berkata, “Paman, Bu Sonia ditindas, nih. Kamu tidak membantunya?”Raut wajah Reza berubah muram. “Apa?”“Sekarang dia lagi di Kota Presmi. Kalau kamu masih ingin baikan sama dia, aku sarankan kamu untuk segera ke sana!”“Untuk apa dia ke Kota Pres
“Aku punya pemikiran seperti itu, tapi ucapanku pasti nggak sebagus kamu.” Senyuman Sonia sangat bersih dan lembut.Senyuman di wajah Reza semakin lebar lagi. Dia berdiri, lalu menarik Sonia ke dalam pelukannya, lalu memeluk Sonia dengan erat. “Kenapa kamu imut sekali?”Sonia memeluknya, lalu mengangkat tangannya melihat cincin di tangannya. Berlian yang besar itu kelihatan berkilauan.Reza melepaskan Sonia, lalu mengambil cincin untuk memasangkannya di jari manis kiri Sonia. Cincin berbentuk mahkota kelihatan berkilauan di atas jari tangan kurus Sonia. Ukuran cincin cocok dengan jari tangan Sonia, seolah-olah memang tercipta untuknya.Reza menggenggam telapak tangan Sonia, lalu menciumnya. “Aku tahu sebelum besok, kamu mesti melepaskan cincin ini. Setelah besok, aku akan memasangkan cincin ini ke tanganmu lagi.” Reza mengangkat kepalanya untuk menatap Sonia. “Ratuku!”Di tengah keheningan taman, di bawah sinar bulan yang lembut, mawar-mawar bermekaran dengan indah. Sekeliling sunyi se
“Bagaimana cara buatnya?”Reza langsung menggendong Sonia ke atas meja. Dia menyerahkan buah yang sudah selesai dipotong kepada Sonia. “Kamu cukup lihat aku saja!”Sonia memang mangkuk salad buah. Dia sungguh menantikan hasil karya pria ini.Reza menggulung lengan kemejanya dan mulai menyiapkan adonan dasar kue. Dia memasukkan mentega dan gula pasir ke dalam mangkuk mixer, lalu mengaduknya dengan kecepatan tinggi.Setelah itu, Reza menambahkan putih telur dan baking powder, lalu terus mengaduk adonan hingga merata.Terakhir, Reza memasukkan tepung terigu dan bubuk kacang yang sangat halus, mencampurnya hingga menjadi adonan lembut, kemudian menuangkannya ke dalam cetakan sebelum memasukkannya ke dalam oven.Pria itu mengenakan kemeja hitam, memperlihatkan sebagian lengan bawahnya yang berotot dan jari-jari panjang dengan tulang-tulang yang tegas. Setiap gerakannya begitu teratur serta penuh teliti, membuatnya terlihat sangat menarik.Sonia yang berdiri di samping memperhatikannya. Dia
Reza membalas, “Setelah aku menghancurkan bom kobalt, aku akan segera ke Istana Fers. Rayden sangat memahamimu. Jadi, kamu mesti memperhatikan keselamatanmu. Aku merasa dibandingkan dengan Tritop, dia lebih ingin menghadapimu.”“Aku mengerti!” Morgan pun tersenyum. “Hari ini adalah hari ulang tahun Sonia. Sudah malam, aku beri sisa waktu untuk kalian. Aku pamit dulu!” Kemudian, Morgan melihat ke sisi Sonia. “Selamat ulang tahun!”“Jaga dirimu. Jangan lupa dengan apa katamu. Kamu akan pulang bersamaku untuk mengunjungi Kakek!” Kening Sonia kelihatan berkerut.“Emm!” Morgan mengangguk dengan kuat, kemudian menepuk pundak Sonia. Dia berpamitan dengan Reza, lalu berbalik untuk meninggalkan tempat.Setelah sosok pria tinggi itu menghilang, Sonia menoleh menatap ke luar jendela. Dia melihat Morgan memasuki mobil, lalu meninggalkan vila.Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Jangan khawatir. Kamu mesti melindungi dirimu dalam misi besok.”Pelukan Reza sangat erat. Dia memejamkan matanya,
“Di mana?” tanya Morgan.Sonia mengambil selembar kertas di atas meja, lalu menggambar sketsa kasar peta Benua Delta. Setelah itu, dia mencocokkan posisi rasi bintang Biduk dengan peta, lalu berkata dengan suara rendah, “Seharusnya di sini lokasinya!”Namun, posisi dua bintang, titik Phecda dan Megrez sedikit bergeser. Dia tidak tahu apa artinya.Reza dan Morgan saling bertukar pandang. Mata mereka disipitkan. Suara juga terdengar dingin. “Besar sekali ambisi Tritop!”Ketujuh bom kobalt itu ditempatkan di perbatasan Hondura, Federasi Mali, dan Barkia. Sebagian besar area tersebut adalah kawasan tidak berpenghuni, tetapi ternyata Tritop diam-diam membangun pangkalan militer di sana.Empat bom ditempatkan di barat laut, kemudian pola berbelok, dengan tiga bom lainnya diletakkan di perbatasan dengan Federasi Mali.Morgan menatap posisi keempat bom kobalt di barat laut, lalu memeriksa kondisi geografis wilayah tersebut. Tetiba suaranya menjadi dingin dan berat. “Target Tritop bukan aku.”“
Morgan mengangguk. “Aku datang ke Istana Fers untuk menghancurkan virus penyakit itu. Selain itu, yang paling penting adalah untuk menyelidiki Rayden!”Mereka berdua duduk di sofa. Reza bertanya, “Apa Rayden kenal sama kalian? Apa dulu dia itu anggotamu?”Morgan mengangguk. “Aku juga curiga. Sebelumnya aku sudah menghabisi beberapa bawahannya. Semuanya ada hubungannya sama dia. Dia sangat mengenal orang-orang di sekelilingku, juga mengetahui beberapa rahasia di dalam organisasi. Jadi, keberadaannya cukup mengancam!”Reza tersenyum dingin. “Sudah pasti. Apa ada yang kamu curigai?”Morgan menggeleng. “Tidak ada. Anggotaku tidak akan mengkhianatiku, hanya ada beberapa orang yang sudah meninggalkan organisasi saja. Aku juga sudah menyelidiki mereka, tidak ada satu pun yang sesuai dengan kriteria Rayden. Jadi, aku baru kepikiran untuk menyelidikinya sendiri. Entah siapa dia sebenarnya?”Kening Reza berkerut. “Aku semakin khawatir kalau dia menargetkan Sonia!”Morgan berkata, “Sementara ini
Reza tersenyum tipis. “Karena kamu adalah yang pertama kubawa ke sini. Tentu saja mereka beranggapan kamu itu istriku!”Langkah kaki Reza berhenti. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Sonia. “Tidak peduli aku itu Tuan Reza atau Raja Bondala, kamu adalah satu-satunya!”Sonia menatapnya. “Apa dulu kamu nggak pernah suka wanita?”Reza terdiam membisu. Dia langsung menggendong Sonia, menelusuri ruang tamu yang megah dan penuh dengan seni, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa kamu lapar? Kalau kamu tidak lapar, sekarang aku bisa buktikan kepadamu betapa aku menyukai wanita … wanitaku!”Sonia yang berada di dalam pelukan Reza membalikkan tubuhnya dengan lincah. Kedua kakinya melingkari pinggang Reza. Dia berkata dengan merangkul pundak Reza. “Kamu nggak usah buktikan. Cahaya matahari sebagus ini. Kita duduk di pekarangan saja.”Reza menatap pekarangan di luar jendela, lalu mengangguk. “Oke, hari ini kamu bebas melakukan apa pun. Aku akan mendengar semua keinginanmu!”Reza tidak menurunk
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u
Dari sudut pandang Reza, kebetulan dia bisa melihat daun telinga merah Sonia. Sonia kelihatan sangat imut.Theresia menggigit bibirnya dan tidak bertanya lagi.Mereka berjalan ke dalam lift, lalu naik ke lantai atas. Saat berjalan di depan bar, pintu dibuka. Selain Kase, semua orang merasa kaget.Kase menyuruh orang untuk mengganti bar menjadi aula perjamuan. Aula itu diselimuti dengan gaya hutan hujan tropis, berbagai tanaman hijau tropis memenuhi ruang seluas ribuan meter persegi. Di bawah pencahayaan bar sebelumnya, lampu berwarna-warni tersembunyi di balik tanaman tinggi, memancarkan cahaya melalui bayangan dedaunan ke langit-langit. Efek cahaya yang berkilauan menciptakan suasana segar dan magis, tetapi tetap hangat dan semarak, memberikan efek visual yang luar biasa. Tempat yang dulunya penuh dengan kebisingan dan kemewahan yang kacau, kini berubah menjadi cerah dan bersih.Terdapat banyak orang di dalam bar mengenakan gaun pesta yang anggun dengan riasan yang elegan. Mereka ber
“Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi