Tatapan Kelly kelihatan bingung. Dia terdiam beberapa saat, lalu bertanya, “Maksudmu, aku seharusnya menerima Derrick?”Ekspresi di wajah Jason terkaku. Dia pun berkata dengan geram, “Waktu itu tidak seharusnya aku melindungimu, kamu seharusnya dipukul Deli sampai mati!” Jason sungguh penat saat ini. Dia langsung meneguk setengah gelas alkohol.Kelly memalingkan kepalanya melihat ke sisi lain. Dia pun melengkungkan ujung bibirnya.Jason menyadari Kelly sedang tersenyum secara diam-diam. Dia pun tahu wanita ini sedang bercanda. Entah kenapa, Jason juga ikut tersenyum.Reza dan Sonia sudah kembali dari balkon. Dia berkata dengan tersenyum tipis, “Sudah malam, aku dan Sonia pulang dulu. Kalian juga cepat istirahat.”Wajah Kelly spontan memerah. Dia sengaja bertanya kepada Jason di hadapan Sonia, “Kamu masih mau tidur di kamar tamu?”Jason mengangkat kepalanya. “Bukannya waktu itu aku tidur di kamar utama?”Kelly terdiam membisu. Kali ini, Kelly tidak bisa menjelaskan lagi!Reza pun tersen
“Jadi, apa yang harus aku lakukan?” Kelly menggigit bibirnya. Air mata membasahi bulu matanya. “Jangan gigit!” marah Jason. “Aku baru saja mengolesnya. Kalau kamu menggigit bibirmu, bukannya aku harus mengolesnya lagi?”Lipstik yang berwarna kejinggaan ini sungguh cocok dengan Kelly.Tiba-tiba Jason menyadari ternyata lipstik bisa mencerahkan wajah seseorang. Apalagi Kelly memiliki mata yang berkilauan dan begitu lembut, jantung Jason pun tak berhenti berdebar.Napas Jason semakin berat lagi. Dia bertanya dengan suara seraknya, “Apa kamu ingin tahu caranya?”Kelly mengangguk dengan perlahan. “Katakan saja, aku pasti akan melakukan asalkan aku sanggup!”“Ganti rugi dengan dirimu!” Jason membungkukkan tubuhnya menindih Kelly, lalu berbisik di samping telinganya, “Tiga bulan sudah cukup. Kamu juga tahu aku tidak akan berpacaran lebih dari tiga bulan. Setelah aku bosan, kita berdua pun tidak berutang apa-apa lagi!”Sekujur tubuh Kelly spontan gemetar.Lantaran tidak mendapat jawaban dari
Setelah Jason merapikan pakaian Kelly, dia segera membuka pintu untuk berjalan keluar.Tetiba Kelly kepikiran sesuatu, lalu membalikkan tubuhnya untuk mengejar Jason.Jason sudah berjalan ke depan rak sepatu. Dia hendak membuka pintu rumah.Pada saat ini, Kelly berlari untuk mengadang di depan pintu. Dia menatap Jason dengan meneteskan air mata. “Sekarang lagi hujan. Kamu mau ke mana?”Jason berusaha menahan perasaannya. “Kelly, aku lepasin kamu malam ini. Kamu jangan ganggu aku lagi!”Kelly menggeleng. “Kamu nggak boleh pergi. Kamu tidur di kamar tamu saja. Meskipun kamu nggak anggap aku sebagai temanmu lagi, aku juga nggak masalah. Tapi kamu nggak boleh pergi malam ini!”Tatapan Jason seketika menjadi murka. “Kelly, aku sudah bilang akan lepasin kamu. Kamu jangan uji batas kesabaranku!”Usai berbicara, Jason hendak membuka pintu. Namun, Kelly masih mengadangnya. “Pokoknya kamu nggak boleh pergi malam ini!”Jason langsung mendorong Kelly, pergi membuka pintu.Saat ini, Kelly langsung
“Aku takut!” Kelly keceplosan.“Apa yang kamu takutkan?” Kelly tidak menjawab. Dia hanya menggeleng dengan perlahan.“Kamu bahkan sudah melahirkan. Apa lagi yang kamu takutkan?” Jason mengerutkan keningnya. “Sebelumnya kamu dan cowok itu sudah berhubungan berapa kali?”Wajah Kelly terasa panas. Dia berkata dengan gugup, “Sekali!”Jason menyipitkan matanya. “Kelly, jangan-jangan kamu dipaksa?”Kelly tertegun sejenak, lalu segera menggeleng.Masih terlihat kobaran api di wajah Jason. “Kamu takut atau tidak bersedia?”Kelly menggigit bibirnya. “Biarkan aku berpikir dulu!”“Kamu juga bukan pertama kali. Apa ada yang perlu dipikirkan lagi? Kita semua sudah dewasa. Jangan-jangan kamu tidak butuh?” Jason tersenyum sinis.Wajah Kelly pun merona. Dia berkata dengan dingin, “Aku bukan kamu. Aku nggak punya kebiasaan untuk hubungan di ranjang. Aku juga bukan orang sembarangan!”“Jadi, aku itu orang sembarangan?” tanya Jason dengan marah.Kelly memalingkan kepalanya dengan gusar.Jason menarik na
Beberapa saat kemudian, Kelly mendorong lelaki yang menindih tubuhnya. “Kamu tidur?”“Emm, jangan ganggu aku!” balas si lelaki dengan suara rendah.“Tidur di kamar saja. Sudah malam.” Suara Kelly terdengar lembut.Jason malah tidak ingin bergerak. Aroma wangi di tubuh wanita ingin membuat Jason terasa sangat nyaman. Saking nyamannya, dia ingin tidur dengan posisi seperti ini. Namun sekarang, wanita ini masih belum menjadi milik Jason. Kelly hanya ingin berteman dengannya saja. Tetiba Jason sungguh merasa putus asa. Ini adalah pertama kalinya Jason begitu menginginkan seorang wanita.Jason duduk dengan perlahan, lalu mengambil jubah mandi yang diletakkan Kelly di atas sofa. Dia berdiri, lalu berjalan ke dalam kamar mandi. Pada saat ini, tetiba Jason menghentikan langkahnya, lalu membalikkan kepalanya. Dapat terlihat ketidakpuasan di wajah Jason. “Bisa tidak kamu persiapkan jubah mandi lain buat aku?”Kedua mata Kelly terbelalak lebar. Apa Jason ingin tinggal di sini?Jason melihat corak
Kelly menghela napas dengan perlahan. Dia mengangkat tangannya untuk menguncir rambutnya ke belakang. Jujur saja, hati Kelly terasa sangat kacau saat ini.Hanya saja, tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajah Jason tadi. Semuanya masih sama seperti sebelumnya. Jangan-jangan Jason telah melupakan masalah semalam? Sebenarnya Jason minum sebanyak apa sih?Kelly berusaha berpikir ulang. Dia menyadari isi kepalanya sama kacaunya dengan masalah yang terjadi semalam.“Cepat, jangan lama-lama!” Tiba-tiba Jason mengetuk pintu.“Oh!” Kelly sungguh kaget. Dia mengira Jason bisa melihat ekspresi galaunya di dalam kamar mandi. Setelah membasuh tubuhnya, Jason masih menyuapi Yana di ruang makan.Yana yang menyadari keberadaan Kelly langsung memanggil dengan riang, “Ibu!”“Pagi!” Senyuman di wajah Kelly sangat lembut.Yana berkata, “Sewaktu makan tadi, aku ingin bangunin Ibu, tapi kata Paman, semalam Ibu tidurnya malam sekali. Jadi, aku nggak bangunin Ibu, deh. Ibu, apa tidur Ibu nyenyak?”Kelly spon
“Aku sudah janjian sama Bu Sella. Nanti siang kita akan ketemuan.” Saat membahas masalah ini, baru terlihat senyuman di wajah Reviana.“Kalau begitu, suruh Stella dandan yang cantik!” pesan Hendri.“Tenang saja!”Saat ini Stella duduk di dalam kamarnya. Dia pun terbengong ketika melihat Reviana memilih terusan untuknya.Reviana mengatakan putra Bu Sella adalah putra tamatan luar negeri. Lelaki itu sangatlah unggul, hanya saja agak pendek.Hati Stella seketika terasa dingin. Dia mengambil ponselnya, lalu menghubungi Edward.Panggilan terhubung. Stella langsung berkata dengan terisak-isak, “Edward!”Edward terbengong sejenak, lalu bertanya dengan kaget, “Stella, ada apa denganmu?”Stella menjelaskan dengan menangis, “Orang tuaku ingin menutup studioku, lalu mengatur kencan buta untuk aku. Mereka ingin aku segera menikah!”Nada bicara Edward langsung terdengar dingin. “Kenapa bisa begini?”“Aku nggak ingin menikah. Edward, kamu mesti bantu aku!” Stella menutup mulutnya,“Sayangku, jangan
“Serius?” Stella merasa syok dan juga gembira.Edward tersenyum lebar. “Tentu saja serius. Tapi ayahku merasa acara itu biasa-biasa saja, ratingnya tidak mungkin akan tinggi, ditambah lagi biaya sponsornya yang diinginkan mereka terlalu tinggi. Itulah sebabnya perusahaan kamu menolaknya.”Stella langsung merasa kecewa. “Sudah ditolak?”Kedua mata Stella berkilauan. Dia pun menjelaskan, “Sebenarnya acara ini cukup terkenal. Padahal acara belum tayang, sudah ada banyak orang yang menantikannya.”Edward tersenyum. “Sebelumnya tim acara pernah mengatakan untuk mengundang King sebagai juri acara, tapi mereka tidak sanggup mengundang King. Jadi, rating acara itu masih belum bisa dipastikan.” Edward tertegun sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Kalau aku suruh ayahku untuk menjadi sponsor dalam acara itu, apa semua ini bisa membantumu?”Stella membalas dengan malu, “Kalau keluargamu adalah pihak sponsor acara ini, kemudian kamu merekomendasikan aku ke dalam acara, aku pun ada harapan lagi
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m