Beberapa saat kemudian, Kelly mendorong lelaki yang menindih tubuhnya. “Kamu tidur?”“Emm, jangan ganggu aku!” balas si lelaki dengan suara rendah.“Tidur di kamar saja. Sudah malam.” Suara Kelly terdengar lembut.Jason malah tidak ingin bergerak. Aroma wangi di tubuh wanita ingin membuat Jason terasa sangat nyaman. Saking nyamannya, dia ingin tidur dengan posisi seperti ini. Namun sekarang, wanita ini masih belum menjadi milik Jason. Kelly hanya ingin berteman dengannya saja. Tetiba Jason sungguh merasa putus asa. Ini adalah pertama kalinya Jason begitu menginginkan seorang wanita.Jason duduk dengan perlahan, lalu mengambil jubah mandi yang diletakkan Kelly di atas sofa. Dia berdiri, lalu berjalan ke dalam kamar mandi. Pada saat ini, tetiba Jason menghentikan langkahnya, lalu membalikkan kepalanya. Dapat terlihat ketidakpuasan di wajah Jason. “Bisa tidak kamu persiapkan jubah mandi lain buat aku?”Kedua mata Kelly terbelalak lebar. Apa Jason ingin tinggal di sini?Jason melihat corak
Kelly menghela napas dengan perlahan. Dia mengangkat tangannya untuk menguncir rambutnya ke belakang. Jujur saja, hati Kelly terasa sangat kacau saat ini.Hanya saja, tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajah Jason tadi. Semuanya masih sama seperti sebelumnya. Jangan-jangan Jason telah melupakan masalah semalam? Sebenarnya Jason minum sebanyak apa sih?Kelly berusaha berpikir ulang. Dia menyadari isi kepalanya sama kacaunya dengan masalah yang terjadi semalam.“Cepat, jangan lama-lama!” Tiba-tiba Jason mengetuk pintu.“Oh!” Kelly sungguh kaget. Dia mengira Jason bisa melihat ekspresi galaunya di dalam kamar mandi. Setelah membasuh tubuhnya, Jason masih menyuapi Yana di ruang makan.Yana yang menyadari keberadaan Kelly langsung memanggil dengan riang, “Ibu!”“Pagi!” Senyuman di wajah Kelly sangat lembut.Yana berkata, “Sewaktu makan tadi, aku ingin bangunin Ibu, tapi kata Paman, semalam Ibu tidurnya malam sekali. Jadi, aku nggak bangunin Ibu, deh. Ibu, apa tidur Ibu nyenyak?”Kelly spon
“Aku sudah janjian sama Bu Sella. Nanti siang kita akan ketemuan.” Saat membahas masalah ini, baru terlihat senyuman di wajah Reviana.“Kalau begitu, suruh Stella dandan yang cantik!” pesan Hendri.“Tenang saja!”Saat ini Stella duduk di dalam kamarnya. Dia pun terbengong ketika melihat Reviana memilih terusan untuknya.Reviana mengatakan putra Bu Sella adalah putra tamatan luar negeri. Lelaki itu sangatlah unggul, hanya saja agak pendek.Hati Stella seketika terasa dingin. Dia mengambil ponselnya, lalu menghubungi Edward.Panggilan terhubung. Stella langsung berkata dengan terisak-isak, “Edward!”Edward terbengong sejenak, lalu bertanya dengan kaget, “Stella, ada apa denganmu?”Stella menjelaskan dengan menangis, “Orang tuaku ingin menutup studioku, lalu mengatur kencan buta untuk aku. Mereka ingin aku segera menikah!”Nada bicara Edward langsung terdengar dingin. “Kenapa bisa begini?”“Aku nggak ingin menikah. Edward, kamu mesti bantu aku!” Stella menutup mulutnya,“Sayangku, jangan
“Serius?” Stella merasa syok dan juga gembira.Edward tersenyum lebar. “Tentu saja serius. Tapi ayahku merasa acara itu biasa-biasa saja, ratingnya tidak mungkin akan tinggi, ditambah lagi biaya sponsornya yang diinginkan mereka terlalu tinggi. Itulah sebabnya perusahaan kamu menolaknya.”Stella langsung merasa kecewa. “Sudah ditolak?”Kedua mata Stella berkilauan. Dia pun menjelaskan, “Sebenarnya acara ini cukup terkenal. Padahal acara belum tayang, sudah ada banyak orang yang menantikannya.”Edward tersenyum. “Sebelumnya tim acara pernah mengatakan untuk mengundang King sebagai juri acara, tapi mereka tidak sanggup mengundang King. Jadi, rating acara itu masih belum bisa dipastikan.” Edward tertegun sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Kalau aku suruh ayahku untuk menjadi sponsor dalam acara itu, apa semua ini bisa membantumu?”Stella membalas dengan malu, “Kalau keluargamu adalah pihak sponsor acara ini, kemudian kamu merekomendasikan aku ke dalam acara, aku pun ada harapan lagi
Reviana menyadari Stella tidak sedang di rumah. Saat dia menelepon Stella, Stella pun sedang berada di atas ranjang Edward.Edward langsung melihat tampilan ponsel, lalu mengakhirinya. Dia membuang ponsel ke atas pakaian yang berserakan di atas lantai.….Pada hari Minggu sore, Sonia bertemu dengan Rose yang baru pulang dari Negara Madani.Rose adalah putri dari temannya Aska. Berhubung dia sangat suka melukis, dia sering bersama dengan Aska.Waktu itu, saat Sonia dan Juno mulai merintis Arkava Studio, Rose masih mengenyam pendidikan di Kota Kibau. Setelah dia kembali, Arkava Studio juga sudah mulai terkenal. Sonia juga hanya fokus dalam desain dan tidak mengelola studio. Jadi, Juno pun menarik Rose untuk menjadi direktur departemen desain. Namun, Rose juga tidak peduli soal studio. Belum satu tahun menjabat di posisinya, Rose pun pergi ke Negara Madani untuk melanjutkan sekolahnya.Hari ini Rose baru saja kembali.Mereka mereservasi ruangan di restoran. Sonia dan Juno datang lebih awa
Semua orang tersenyum, lalu duduk di bangku mulai memesan makanan.Dania menuangkan alkohol untuk mereka. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku bersulang untuk pertemanan kita yang kekal untuk selamanya!”“Bersulang!” Rose tersenyum manis.Sonia dan Juno juga bersulang, lalu meneguk hampir setengah gelas.Dania melihat ke sisi Rose. “Kali ini kamu nggak berencana pergi lagi, ‘kan?”“Nggak pergi lagi!” Suara Rose sangat nyaring. “Aku sudah kelamaan di luar sana. Aku merasa lebih enak tinggal di Jembara!”Dania mengangkat-angkat alisnya. “Gimana dengan kekasihmu itu? Apa dia juga kembali ke Jembara?”“Kekasih apaan?” Sonia mengangkat-angkat alisnya. Dia malah tidak mengetahui cerita ini.Dania membalas, “Kamu kira Rose bisa tiba-tiba ke Negara Madani demi belajar? Dia pergi mengejar kekasihnya!”Terlukis rasa malu di wajah Rose. Dia pun berkata dengan bangga, “Kelak aku nggak usah mengejarnya lagi, soalnya aku sudah berhasil mendapatkannya!”Juno melirik Rose sekilas, lalu menunduk. Dapat t
Dalam makan kali ini, hampir 30 kali Rose mengungkit nama Devin. Sonia melihat kedua mata berkilauannya. Dia tahu bahwa Rose sudah jatuh cinta parah terhadap lelaki itu!Jujur saja, Sonia sungguh penasaran bagaimana sosok lelaki yang begitu disukai Rose?Selesai makan, mereka berjalan keluar hotel. Mobil Reza kebetulan tiba di depan hotel. Dia menuruni mobil, langsung berjalan ke sisi Sonia.Juno melihat Sonia dengan agak syok. Tatapannya kelihatan agak dingin.Rose pun bertanya dengan tersenyum, “Sonia, dia itu kekasihmu?”Sonia memperkenalkan, “Dia kekasihku, Reza!” Kemudian, Sonia memperkenalkan kepada Reza, “Temanku, Rose.”“Ganteng sekali!” Kedua mata Rose langsung berkilauan. Dia mengulurkan tangan ke sisi Reza. “Reza, namamu familier sekali.”Dania langsung menjelaskan, “Tentu saja familier, dia itu pewaris Keluarga Herdian.”Akhirnya Rose mengerti. Dia langsung menutup mulutnya dengan syok, lalu memberi isyarat mata kepada Sonia. “Sonia, kamu hebat sekali. Kamu malah berhasil m
Sonia membalikkan kepalanya. “Maksudmu si Rose? Dia itu kating aku. Hanya saja, umur kami sebaya, aku jarang panggil dia kakak. Aku anggap dia seperti temanku.”“Dia juga bekerja di Arkava Studio?”“Iya!”Reza mengira kakak tingkat yang dimaksud Sonia adalah teman sekolahnya di Jembara University. Jadi, Reza juga tidak bertanya panjang lebar lagi.Saat ini, Sonia sedang berpikir bagaimana menjelaskan masalah hubungannya dengan Reza kepada Aska. Dia juga tidak berpikir kebanyakan.Di sisi lain, setelah Rose memasuki mobil, dia melihat wajah muram Juno, lalu bertanya dengan memiringkan kepalanya, “Sakit hati?”Juno menyipitkan matanya. “Apa?”“Maksudku, apa kamu sakit hati ketika melihat Sonia punya pacar?” Rose seolah-olah sedang menunggu pertunjukan seru saja.Juno mengernyitkan keningnya. Dia tahu selama ini Rose mengira dirinya menyukai Sonia. Juno juga tidak ingin menjelaskannya, hanya memalingkan kepalanya saja.“Siapa suruh kamu nggak kejar dia?” Rose sungguh kasihan dengan nasib
Morgan mengangguk. “Aku datang ke Istana Fers untuk menghancurkan virus penyakit itu. Selain itu, yang paling penting adalah untuk menyelidiki Rayden!”Mereka berdua duduk di sofa. Reza bertanya, “Apa Rayden kenal sama kalian? Apa dulu dia itu anggotamu?”Morgan mengangguk. “Aku juga curiga. Sebelumnya aku sudah menghabisi beberapa bawahannya. Semuanya ada hubungannya sama dia. Dia sangat mengenal orang-orang di sekelilingku, juga mengetahui beberapa rahasia di dalam organisasi. Jadi, keberadaannya cukup mengancam!”Reza tersenyum dingin. “Sudah pasti. Apa ada yang kamu curigai?”Morgan menggeleng. “Tidak ada. Anggotaku tidak akan mengkhianatiku, hanya ada beberapa orang yang sudah meninggalkan organisasi saja. Aku juga sudah menyelidiki mereka, tidak ada satu pun yang sesuai dengan kriteria Rayden. Jadi, aku baru kepikiran untuk menyelidikinya sendiri. Entah siapa dia sebenarnya?”Kening Reza berkerut. “Aku semakin khawatir kalau dia menargetkan Sonia!”Morgan berkata, “Sementara ini
Reza tersenyum tipis. “Karena kamu adalah yang pertama kubawa ke sini. Tentu saja mereka beranggapan kamu itu istriku!”Langkah kaki Reza berhenti. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Sonia. “Tidak peduli aku itu Tuan Reza atau Raja Bondala, kamu adalah satu-satunya!”Sonia menatapnya. “Apa dulu kamu nggak pernah suka wanita?”Reza terdiam membisu. Dia langsung menggendong Sonia, menelusuri ruang tamu yang megah dan penuh dengan seni, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa kamu lapar? Kalau kamu tidak lapar, sekarang aku bisa buktikan kepadamu betapa aku menyukai wanita … wanitaku!”Sonia yang berada di dalam pelukan Reza membalikkan tubuhnya dengan lincah. Kedua kakinya melingkari pinggang Reza. Dia berkata dengan merangkul pundak Reza. “Kamu nggak usah buktikan. Cahaya matahari sebagus ini. Kita duduk di pekarangan saja.”Reza menatap pekarangan di luar jendela, lalu mengangguk. “Oke, hari ini kamu bebas melakukan apa pun. Aku akan mendengar semua keinginanmu!”Reza tidak menurunk
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u
Dari sudut pandang Reza, kebetulan dia bisa melihat daun telinga merah Sonia. Sonia kelihatan sangat imut.Theresia menggigit bibirnya dan tidak bertanya lagi.Mereka berjalan ke dalam lift, lalu naik ke lantai atas. Saat berjalan di depan bar, pintu dibuka. Selain Kase, semua orang merasa kaget.Kase menyuruh orang untuk mengganti bar menjadi aula perjamuan. Aula itu diselimuti dengan gaya hutan hujan tropis, berbagai tanaman hijau tropis memenuhi ruang seluas ribuan meter persegi. Di bawah pencahayaan bar sebelumnya, lampu berwarna-warni tersembunyi di balik tanaman tinggi, memancarkan cahaya melalui bayangan dedaunan ke langit-langit. Efek cahaya yang berkilauan menciptakan suasana segar dan magis, tetapi tetap hangat dan semarak, memberikan efek visual yang luar biasa. Tempat yang dulunya penuh dengan kebisingan dan kemewahan yang kacau, kini berubah menjadi cerah dan bersih.Terdapat banyak orang di dalam bar mengenakan gaun pesta yang anggun dengan riasan yang elegan. Mereka ber
“Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi
Dania, Pretty, dan yang lain bertanya kapan Sonia akan kembali?Sonia memberi tahu mereka bahwa dia akan segera kembali!Setelah meletakkan ponsel, Sonia mengganti pakaiannya untuk meninggalkan tempat.Saat memasuki lantai B12, Tensiro dan wanitanya sedang berciuman di sofa.Meskipun Sonia masuk, mereka berdua juga tidak bermaksud untuk berhenti. Sonia melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelayan. Dia tidak memperhatikan majikannya, hanya fokus dalam membersihkan kamar.Ruangan di lantai bawah tanah ini tidak berdebu sama sekali. Tidak ada yang perlu dibersihkan. Sonia pergi ke kamar untuk membereskan pakaian ganti wanita itu. Pada saat ini, mereka berdua yang berada di dalam ruang tamu telah mengambil alkohol. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi memancing ikan.Sonia pergi membersihkan ruang baca. Komputer sedang dalam keadaan dibuka. Gambar layar yang ditampilkan adalah rasi bintang Biduk. Di tengah luasnya langit malam, hanya bintang-bintang Biduk yang bersinar paling terang.So
Sonia menerima panggilan video. Dia langsung menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kakek!”Sekarang cuaca di Kota Atria kelihatan cerah. Jemmy pun berkata dengan tersenyum, “Selamat ulang tahun!”Sonia tersenyum. “Terima kasih, Kakek!”“Mengenai hadiah ulang tahunmu, aku dan kakakmu sudah mempersiapkannya. Kami letakkan di kamarmu. Tadi Indra dan Arkas bilang siang hari makan mie ulang tahun untuk merayakan ulang tahun buat kamu.”“Dia lagi berpikir variasi apa yang bisa dia buat untuk mie ulang tahun kali ini, biar kamu bisa ingin memakannya ketika melihatnya. Kalau kamu ingin makan, bisa jadi kamu akan segera terbang ke sini,” ucap Jemmy dengan tersenyum. “Semua ini pasti ulah Arkas.”Hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih untuk Pak Arkas dan juga Kakek Indra.”“Apa kamu masih di Mirlan? Kapan kamu pulangnya?” tanya Jemmy.“Aku akan pulang dalam beberapa hari ini. Aku akan pulang untuk menemanimu!” balas Sonia dengan tersenyum santai.“Apa hari ini ada yang merayakan ulang tahun buat k
Tadinya Sonia mengira, seiring berjalannya waktu, efek samping dari obat itu akan berkurang. Namun setelah dilihat sekarang, sepertinya tidak demikian.“Jangan! Aku yang menyebabkanmu menjadi seperti ini!” Terlintas rasa sakit hati dan bersalah di dalam mata Kase. Dia menatap Sonia dalam-dalam, lalu membuka pintu berjalan meninggalkan tempat.Setelah Kase pergi, Sonia kembali mengenang kembali mimpi semalam. Dia tetap saja tidak bisa kepikiran apa pun. Hanya saja, seharusnya Sonia telah mimpi semalam.Sampai saat ini, rasa gelisah dan sakit masih terbayang di dalam benak Sonia. Rasa pesimis yang tidak terdeskripsikan telah menguasai benaknya saat ini. Tiba-tiba Sonia kepikiran kenapa Rayden bisa melepaskannya dengan semudah ini? Apa benar hanya karena Kase dan Bondala? Apa Rayden masih sedang mengontrol dirinya?Sonia kembali berbaring di atas ranjang. Dia meringkuk, tidak bisa meluapkan rasa lara di hatinya. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya keluar dari perasaan ini? Dia hanya mer
Sebentar lagi sudah subuh, Reza membuka ponselnya. Dia sedang melihat jam, tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu membuka sistem yang terhubung dengan kalung Sonia. Suhu tubuh dan detak jantung Sonia tidak berada di kondisi normal.Kening Reza sedikit berkerut. Apa Sonia melepaskan kalungnya lagi?Sebelumnya Reza menyadari Sonia akan melepaskan kalung itu saat sedang tidur. Reza juga pernah mempertanyakan masalah itu. Sonia mengatakan tidaklah nyaman untuk mengenakan sesuatu di saat sedang tidur.Hanya saja, meski Sonia sedang tidur, Reza juga bisa merasakan detak jantungnya. Siapa suruh saat ini Sonia tidak berada di dalam pelukannya.Reza mengendus ringan. Setelah waktu menunjukkan pukul 12, dia mengirim pesan kepada Sonia.[ Istriku, selamat ulang tahun! ]…Keesokan harinya, sama seperti biasanya, saat hampir mendekati pukul sembilan pagi, Sonia dibangunkan oleh Kase.Kali ini, agak sulit untuk membangunkan Sonia daripada biasanya. Saat Sonia bangun, dia malah kelihatan linglung.“