Raut wajah Reza seketika menjadi serius. “Obat ini memang tidak bisa dibeli di pasaran. Aku akan ambilkan satu kotak untuk temanmu.”“Boleh!” Reza kembali ke kamar untuk mengambil obat. Di atas kotak berwarna biru muda ini hanya tertera satu huruf “S”, tidak ada kepanjangannya, bahkan tidak tertera nama tempat produksi dan instruksi penggunaannya.Sonia melihat sekilas, lalu melihat Reza dengan mengangkat-angkat alisnya. “Kamu stok berapa banyak?”Reza mencondongkan tubuhnya untuk menatap Sonia. “Banyak sekali.”Jantung Sonia berdegup kencang. Namun, rasa lara seketika membaluti hatinya. Dia mengembalikan obat kepada Reza. “Sudahlah, lebih baik jangan beri obat ini kepadanya.”Reza dapat menebak pemikiran Sonia. Dia mengangguk dengan perlahan. “Obat ini memang aman untuk dikonsumsi, tapi bagaimanapun ia tetap adalah obat-obatan.”“Emm.” Sonia tersenyum datar. “Aku suruh dia beli di apotek saja.”Reza mengeluarkan ponsel dari tangan Sonia, lalu menopang kedua tangan di atas sofa untuk
“Oh!” Seingat Kelly, karyawan Gunawan Group yang hendak menikah akan mendapatkan tunjangan pernikahan. Sepertinya atasan Kenzo sedang mengajukannya.“Apa kamu tidak berencana mengundangku?” tanya Jason dengan tersenyum.Kelly membalas dengan tersenyum, “Hanya resepsi kecil-kecilan saja. Aku nggak berani mengganggu waktumu.”Jason melirik Kelly dengan serius. Dia memalingkan kepalanya, menopang lengannya di atas jendela mobil. Telapak tangannya mengepal erat, seolah-olah takut dirinya akan melampiaskan amarahnya. Jadi, Jason memilih untuk tidak berbicara dulu.Kali ini, Kelly juga tidak berbicara. Dia lanjut menatap pemandangan di luar jendela.Tidak ada lagi percakapan di sepanjang perjalanan. Setelah tiba di Kompleks Anggrek, Simon mengambil payung hendak memayungi Jason. Jason pun berkata dengan datar, “Berikan kepadaku saja!”Usai berbicara, Jason langsung menahan Kelly yang hendak menuruni mobil. Dia berpesan dengan datar, “Sebentar! Jangan bergerak!”Kelly menatap si lelaki dengan
Kelly merasa canggung. Dia tahu Jason sedang menyindirnya lantaran dia memanggil Jason dengan sebutan “Pak Jason” sewaktu di perjalanan tadi.Reza dan Sonia saling bertukar pandang, lalu tersenyum. “Sejak kapan kamu orangnya perhitungan sekali?”Jason mendengus dingin. “Kalau aku perhitungan, dia pun sudah mati berkali-kali!”Sonia melanjutkan, “Tentu saja Kak Jason hatinya lapang. Kelak mohon bantuan kamu untuk jagain Kelly, ya.”Kelly memelototi Sonia. Dia segera mengalihkan topik pembicaraan. “Nanti malam kita makan apa? Biar aku masak.”“Seperti biasa, aku dan Jason yang masak. Kamu dan Sonia cukup main sama Yana saja!” Reza berdiri, lalu menggulung lengan pakaiannya ke atas. “Ayo!”Jason juga tidak mengatakan apa-apa. Dia bersama Reza berjalan ke dalam dapur.Setelah melihat isi kulkas, Reza pun berkata, “Hari ini siapa pun tidak boleh pilih-pilih makanan.”Jason tersenyum. “Sepertinya kamu yang pemilih. Aku makan segalanya.”Reza mengangguk, lalu mengeluarkan bahan makanan dari d
“Ada apa?” Reza menepuk-nepuk pundak Sonia dengan gugup. “Semua salahku. Lain kali aku tidak akan bercanda di saat kamu lagi makan.” Reza membalikkan tubuh menyerahkan segelas air hangat kepadanya. “Diminum.”Jason yang berdiri di samping pun terbengong.“Aku baik-baik saja!” Sonia menggeleng. Dia tidak berani melihat Jason, melainkan segera mengambil apel. “Aku keluar dulu.”“Emm.” Reza tersenyum lembut.Setelah Sonia meninggalkan tempat, pintu dapur kembali ditutup. Kali ini, Jason baru menunjukkan ekspresi takjub. “Aku salut! Salut banget sama kamu! Aku sudah kenal kamu selama 27 tahun. Tapi ini pertama kalinya aku melihat sikap kamu yang seperti tadi!”Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajah Reza. “Apa daya? Aku cuma ingin bersikap baik sama dia.”“Sebenarnya gimana cara Sonia menaklukkanmu?” Jason masih merasa tidak masuk akal.“Mungkin ….” Reza berpikir sejenak. “Ini yang dinamakan takdir!”Jason pun tertawa. “Setelah dilihat-lihat, sepertinya kamu tidak akan bisa kabur dari tan
Berhubung bahan makanan terbatas, Reza memasak empat jenis masakan. Kebetulan anggur yang dibawa Jason waktu itu masih belum habis, mereka pun duduk bersama sembari menikmatinya.Selama makan, Jason terus memangku Yana, menjaganya dengan penuh kesabaran dan teliti. Yana juga kelihatan sangat mengandalkannya.Tetiba Sonia merasa, Jason sungguh mirip dengan seorang ayah saja.Tanpa sadar, Jason sudah memberi kasih sayang seorang ayah kepada Yana.Selesai makan, Reza mengobrol dengan Jason. Sementara, Sonia dan Kelly berdiri di depan balkon untuk mendengar suara rintik hujan.Hujan di malam Jembara selalu membuat hati orang-orang menjadi tenang.Tetiba Jason mengusulkan, “Ada kartu poker? Kita main bersama.”Kelly memalingkan kepalanya. “Ada!”“Bawa kemari. Biar kita main bersama!” balas Jason dengan tersenyum.Kelly berjalan ke depan laci, lalu mengeluarkan kartu poker.Mereka berempat kembali ke ruang tamu, lalu duduk di depan meja tamu. Jason bertanya dengan tersenyum, “Mau main apa?”
Reza melirik Jason sekilas tanpa berbicara.Sonia mengeluarkan kartu “tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, dan Jack”. Sekarang sisa kartu di tangan Sonia sudah tidak banyak lagi. Dia akan segera kalah.Kelly menggunakan kartu “sembilan, sepuluh, Jack, Queen, dan King” untuk menekannya. Dia telah memegang kendali sekarang.Pada akhirnya, kebanyakan kartu di tangan Jason adalah kartu tunggal. Ketika menyadari mereka berada di kondisi tidak menguntungkan, Jason langsung menggunakan kartu andalannya.Ronde selanjutnya, Jason masih mengeluarkan kartunya. Kali ini Reza mengeluarkan kartu andalannya untuk menghadapi regu Jason.Jason tersenyum dingin. “Kamu bahkan rela mengorbankan nyawamu agar Sonia bisa mengeluarkan kartunya.”Reza tersenyum lembut. “Aku gembira kalau dia bisa menang!”“Oke!” Tidak ada lagi yang bisa dikatakan Jason.Sonia pun langsung bertepuk tangan dengan Reza. Ketika melihat kekompakan dua insan, Kelly pun merasa iri. Sepertinya inilah yang dinamakan cinta!Jason mengerut
Tatapan Reza tak berhenti tertuju pada diri Sonia. Sonia merasa kaget ketika menatap tatapan tajam si lelaki. Tatapan tajam itu seolah-olah mengandung seribu satu kata-kata yang tidak pernah dikatakan kepadanya.[ Makin romantis. ][ Sambil merayu lupakan ada waktu. ][ Kita bikin romantis …. ]Tatapan Jason juga tertuju pada wajah Kelly. Dia menatap bulu mata Kelly yang terus bergetar dan juga mendengar suara merdu dan lugu si wanita. Meskipun sekarang Kelly sudah menjadi seorang ibu, dia masih saja bersikap polos seperti seorang gadis. Namun, Jason tahu dirinya itu tegar dan pemberani.Saat menyanyikan kata terakhir, Kelly mengangkat kepalanya dan wajahnya seketika merona.Sonia langsung bertepuk tangan, begitu juga dengan Jason. Dia pun berkata, “Tak disangka kamu punya kemampuan ini.”Reza mengamati tatapan Jason ketika melihat Kelly. Dia pun tersenyum, lalu berjalan ke balkon.Sonia melihat bayangan punggung si lelaki, lalu berdiri mengikuti langkahnya.Jendela di balkon sedang da
Tatapan Kelly kelihatan bingung. Dia terdiam beberapa saat, lalu bertanya, “Maksudmu, aku seharusnya menerima Derrick?”Ekspresi di wajah Jason terkaku. Dia pun berkata dengan geram, “Waktu itu tidak seharusnya aku melindungimu, kamu seharusnya dipukul Deli sampai mati!” Jason sungguh penat saat ini. Dia langsung meneguk setengah gelas alkohol.Kelly memalingkan kepalanya melihat ke sisi lain. Dia pun melengkungkan ujung bibirnya.Jason menyadari Kelly sedang tersenyum secara diam-diam. Dia pun tahu wanita ini sedang bercanda. Entah kenapa, Jason juga ikut tersenyum.Reza dan Sonia sudah kembali dari balkon. Dia berkata dengan tersenyum tipis, “Sudah malam, aku dan Sonia pulang dulu. Kalian juga cepat istirahat.”Wajah Kelly spontan memerah. Dia sengaja bertanya kepada Jason di hadapan Sonia, “Kamu masih mau tidur di kamar tamu?”Jason mengangkat kepalanya. “Bukannya waktu itu aku tidur di kamar utama?”Kelly terdiam membisu. Kali ini, Kelly tidak bisa menjelaskan lagi!Reza pun tersen
Morgan mengangguk. “Aku datang ke Istana Fers untuk menghancurkan virus penyakit itu. Selain itu, yang paling penting adalah untuk menyelidiki Rayden!”Mereka berdua duduk di sofa. Reza bertanya, “Apa Rayden kenal sama kalian? Apa dulu dia itu anggotamu?”Morgan mengangguk. “Aku juga curiga. Sebelumnya aku sudah menghabisi beberapa bawahannya. Semuanya ada hubungannya sama dia. Dia sangat mengenal orang-orang di sekelilingku, juga mengetahui beberapa rahasia di dalam organisasi. Jadi, keberadaannya cukup mengancam!”Reza tersenyum dingin. “Sudah pasti. Apa ada yang kamu curigai?”Morgan menggeleng. “Tidak ada. Anggotaku tidak akan mengkhianatiku, hanya ada beberapa orang yang sudah meninggalkan organisasi saja. Aku juga sudah menyelidiki mereka, tidak ada satu pun yang sesuai dengan kriteria Rayden. Jadi, aku baru kepikiran untuk menyelidikinya sendiri. Entah siapa dia sebenarnya?”Kening Reza berkerut. “Aku semakin khawatir kalau dia menargetkan Sonia!”Morgan berkata, “Sementara ini
Reza tersenyum tipis. “Karena kamu adalah yang pertama kubawa ke sini. Tentu saja mereka beranggapan kamu itu istriku!”Langkah kaki Reza berhenti. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Sonia. “Tidak peduli aku itu Tuan Reza atau Raja Bondala, kamu adalah satu-satunya!”Sonia menatapnya. “Apa dulu kamu nggak pernah suka wanita?”Reza terdiam membisu. Dia langsung menggendong Sonia, menelusuri ruang tamu yang megah dan penuh dengan seni, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa kamu lapar? Kalau kamu tidak lapar, sekarang aku bisa buktikan kepadamu betapa aku menyukai wanita … wanitaku!”Sonia yang berada di dalam pelukan Reza membalikkan tubuhnya dengan lincah. Kedua kakinya melingkari pinggang Reza. Dia berkata dengan merangkul pundak Reza. “Kamu nggak usah buktikan. Cahaya matahari sebagus ini. Kita duduk di pekarangan saja.”Reza menatap pekarangan di luar jendela, lalu mengangguk. “Oke, hari ini kamu bebas melakukan apa pun. Aku akan mendengar semua keinginanmu!”Reza tidak menurunk
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u
Dari sudut pandang Reza, kebetulan dia bisa melihat daun telinga merah Sonia. Sonia kelihatan sangat imut.Theresia menggigit bibirnya dan tidak bertanya lagi.Mereka berjalan ke dalam lift, lalu naik ke lantai atas. Saat berjalan di depan bar, pintu dibuka. Selain Kase, semua orang merasa kaget.Kase menyuruh orang untuk mengganti bar menjadi aula perjamuan. Aula itu diselimuti dengan gaya hutan hujan tropis, berbagai tanaman hijau tropis memenuhi ruang seluas ribuan meter persegi. Di bawah pencahayaan bar sebelumnya, lampu berwarna-warni tersembunyi di balik tanaman tinggi, memancarkan cahaya melalui bayangan dedaunan ke langit-langit. Efek cahaya yang berkilauan menciptakan suasana segar dan magis, tetapi tetap hangat dan semarak, memberikan efek visual yang luar biasa. Tempat yang dulunya penuh dengan kebisingan dan kemewahan yang kacau, kini berubah menjadi cerah dan bersih.Terdapat banyak orang di dalam bar mengenakan gaun pesta yang anggun dengan riasan yang elegan. Mereka ber
“Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi
Dania, Pretty, dan yang lain bertanya kapan Sonia akan kembali?Sonia memberi tahu mereka bahwa dia akan segera kembali!Setelah meletakkan ponsel, Sonia mengganti pakaiannya untuk meninggalkan tempat.Saat memasuki lantai B12, Tensiro dan wanitanya sedang berciuman di sofa.Meskipun Sonia masuk, mereka berdua juga tidak bermaksud untuk berhenti. Sonia melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelayan. Dia tidak memperhatikan majikannya, hanya fokus dalam membersihkan kamar.Ruangan di lantai bawah tanah ini tidak berdebu sama sekali. Tidak ada yang perlu dibersihkan. Sonia pergi ke kamar untuk membereskan pakaian ganti wanita itu. Pada saat ini, mereka berdua yang berada di dalam ruang tamu telah mengambil alkohol. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi memancing ikan.Sonia pergi membersihkan ruang baca. Komputer sedang dalam keadaan dibuka. Gambar layar yang ditampilkan adalah rasi bintang Biduk. Di tengah luasnya langit malam, hanya bintang-bintang Biduk yang bersinar paling terang.So
Sonia menerima panggilan video. Dia langsung menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kakek!”Sekarang cuaca di Kota Atria kelihatan cerah. Jemmy pun berkata dengan tersenyum, “Selamat ulang tahun!”Sonia tersenyum. “Terima kasih, Kakek!”“Mengenai hadiah ulang tahunmu, aku dan kakakmu sudah mempersiapkannya. Kami letakkan di kamarmu. Tadi Indra dan Arkas bilang siang hari makan mie ulang tahun untuk merayakan ulang tahun buat kamu.”“Dia lagi berpikir variasi apa yang bisa dia buat untuk mie ulang tahun kali ini, biar kamu bisa ingin memakannya ketika melihatnya. Kalau kamu ingin makan, bisa jadi kamu akan segera terbang ke sini,” ucap Jemmy dengan tersenyum. “Semua ini pasti ulah Arkas.”Hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih untuk Pak Arkas dan juga Kakek Indra.”“Apa kamu masih di Mirlan? Kapan kamu pulangnya?” tanya Jemmy.“Aku akan pulang dalam beberapa hari ini. Aku akan pulang untuk menemanimu!” balas Sonia dengan tersenyum santai.“Apa hari ini ada yang merayakan ulang tahun buat k
Tadinya Sonia mengira, seiring berjalannya waktu, efek samping dari obat itu akan berkurang. Namun setelah dilihat sekarang, sepertinya tidak demikian.“Jangan! Aku yang menyebabkanmu menjadi seperti ini!” Terlintas rasa sakit hati dan bersalah di dalam mata Kase. Dia menatap Sonia dalam-dalam, lalu membuka pintu berjalan meninggalkan tempat.Setelah Kase pergi, Sonia kembali mengenang kembali mimpi semalam. Dia tetap saja tidak bisa kepikiran apa pun. Hanya saja, seharusnya Sonia telah mimpi semalam.Sampai saat ini, rasa gelisah dan sakit masih terbayang di dalam benak Sonia. Rasa pesimis yang tidak terdeskripsikan telah menguasai benaknya saat ini. Tiba-tiba Sonia kepikiran kenapa Rayden bisa melepaskannya dengan semudah ini? Apa benar hanya karena Kase dan Bondala? Apa Rayden masih sedang mengontrol dirinya?Sonia kembali berbaring di atas ranjang. Dia meringkuk, tidak bisa meluapkan rasa lara di hatinya. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya keluar dari perasaan ini? Dia hanya mer
Sebentar lagi sudah subuh, Reza membuka ponselnya. Dia sedang melihat jam, tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu membuka sistem yang terhubung dengan kalung Sonia. Suhu tubuh dan detak jantung Sonia tidak berada di kondisi normal.Kening Reza sedikit berkerut. Apa Sonia melepaskan kalungnya lagi?Sebelumnya Reza menyadari Sonia akan melepaskan kalung itu saat sedang tidur. Reza juga pernah mempertanyakan masalah itu. Sonia mengatakan tidaklah nyaman untuk mengenakan sesuatu di saat sedang tidur.Hanya saja, meski Sonia sedang tidur, Reza juga bisa merasakan detak jantungnya. Siapa suruh saat ini Sonia tidak berada di dalam pelukannya.Reza mengendus ringan. Setelah waktu menunjukkan pukul 12, dia mengirim pesan kepada Sonia.[ Istriku, selamat ulang tahun! ]…Keesokan harinya, sama seperti biasanya, saat hampir mendekati pukul sembilan pagi, Sonia dibangunkan oleh Kase.Kali ini, agak sulit untuk membangunkan Sonia daripada biasanya. Saat Sonia bangun, dia malah kelihatan linglung.“