Sandora tersenyum. “Kamu juga jangan berbicara seperti ini. Setidaknya kamu juga mahasiswi tamatan universitas terkenal. Kamu anaknya juga cantik. Kalau tidak, kamu kira Pak Derrick akan sebodoh itu?”“Jangan teruskan lagi! Aku dan Pak Derrick nggak memungkinkan.” Sikap Kelly sangat tegas. “Setelah melahirkan Yana, aku sudah memutuskan untuk nggak menikah dan melahirkan lagi. Aku juga nggak bakal cariin ayah tiri buat Yana!”Kening Sandora spontan berkerut ketika melihat sikap keras kepala putrinya. “Temperamenmu sungguh mirip dengan ayahmu! Memangnya aku mengatakan semua ini demi siapa? Bukannya demi kebaikanmu juga? Apa kamu tahu betapa susahnya membesarkan seorang anak?”“Iya, aku tahu. Aku sudah menghadapinya selama dua tahun. Aku pun nggak takut lagi!”“Sekarang kamu masih muda. Jalan hidupmu masih panjang!”“Jangan katakan lagi. Aku nggak akan berubah pikiran!” Raut wajah Kelly sangatlah tegas. Dia mencuci apel, lalu meletakkannya ke atas piring buah-buahan. Dia membawanya keluar
Baru saja Sandora menyelesaikan omongannya, terdengar suara bel dari luar sana.Kelly menggendong Yana. Kenzo pergi membuka pintu. Sementara itu, Sandora pun pergi ke ruang tamu untuk menyuguhkan buah-buahan.Sepertinya Yana bisa merasakan ibunya yang sedang sakit hati itu. Dia mengusap wajah ibunya. “Ibu, apa Nenek dan Paman sudah menyakitimu?”Kelly berusaha memendam rasa sakit di hatinya. Dia pun tersenyum. “Bukan, hari ini kita kedatangan tamu. Jadi, mereka pergi menjamu.”“Emm!” Yana memeluk, lalu menepuk-nepuk pundaknya. “Ibu jangan sedih. Ibu masih ada Yana!”Kelly sungguh terharu hampir saja meneteskan air mata. Dia segera menarik napas dalam-dalam berlagak tidak terjadi apa-apa.Saat ini terdengar suara ramai dari luar sana. Wilona datang bersama dengan adik laki-laki, orang tua, bibi, dan juga adik sepupunya juga. Sandora pun menjamu mereka dengan ramah.Semua orang berjalan ke dalam ruang tamu. Sandora memperkenalkan Kelly kepada mereka. “Ini anakku, namanya Kelly. Yang ini
Saat mereka berdua sedang berbicara, Sandora berjalan kemari. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku bawa Yana untuk bermain sebentar. Kalian berdua ngobrol dulu!”Kelly tahu apa maksud tersirat ibunya. Dia merasa semakin canggung lagi.“Tidak apa-apa. Aku bisa main bersama Yana!” balas Derrick dengan segera.“Tidak usah! Kalian anak muda ngobrol masalah kalian saja!” Sandora langsung menatap Yana. “Nenek bawa kamu main di kamar Nenek, ya?”Yana melirik Kelly sekilas, lalu mengikuti Sandora ke kamarnya.Berhubung anggota keluarga Wilona masih belum pulang, Sandora tidak mungkin terus tinggal di kamar. Jadi, baru saja Sandora membawa Yana bermain ke kamar, dia pun mengeluarkan ponsel Kelly untuk dimainkan Yana. “Yana, kamu nonton kartun dulu, ya. Nenek pergi temani tamu dulu. Kamu yang patuh. Jangan pergi cari Ibu. Ibumu lagi ngobrol sama Paman Derrick.”“Apa yang lagi mereka obrolkan?” tanya Yana dengan penasaran.“Mereka lagi … kencan buta. Apa kamu ngerti?” ucap Sandora dengan tersenyum.
“Emm!” Yana mengiakan dengan patuhnya. Dia mengambil ponsel, lalu berlari pergi.Tinggi badan Yana masih belum mencapai satu meter. Dia menjinjit ujung kakinya untuk membuka pintu. Setelah mencoba beberapa kali, dia baru berhasil membukanya. Kemudian, dia mengamati seisi ruang tamu, segera berlari ke sisi Kelly.Saat ini Kelly sedang menuangkan air kepada Derrick. Dia menunduk, lalu menyadari Yana. “Kamu mau ke mana?”Yana mengangkat ponsel. “Ibu, Paman mencarimu!”Kelly melihat tampilan ponselnya dan dia pun terbengong. Air panas meluap dari gelas, hampir saja melukai tangannya.Derrick segera mendekat untuk mengambil teko. Dia bertanya dengan panik, “Gimana? Apa kamu terkena air panas?”“Aku baik-baik saja!” ucap Kelly.Jason yang berada di ujung telepon mendengar percakapan “mesra” kedua orang. Dia langsung menjerit dengan murka, “Kelly!”Orang-orang di sekitar langsung terdiam, spontan melirik ponsel di tangan Yana.Kelly sungguh tersipu malu. Dia segera mengambil ponselnya, lalu m
Kelly juga mulai marah. Dia berkata dengan mengerutkan keningnya, “Ngapain aku bohongi kamu? Lagi pula, ini masalah pribadiku, nggak ada hubungannya dengan masalah pekerjaan. Kenapa kamu marah-marah sama aku?”Jason sungguh emosi hingga kehabisan kata-kata. Dia menarik napas dalam-dalam. Nada bicaranya terdengar dingin dan juga ketus. “Kamu segera ke perusahaan!”Kelly membalas, “Hari ini hari Sabtu!”“Aku suruh kamu lembur! Tidak boleh?” tanya Jason dengan marah.Kelly terdiam sejenak. “Oke, kamu itu bos, tentu saja aku harus mendengar omonganmu. Aku segera ke sana!”“Bawa Yana sekalian!” Nada bicara Jason masih kedengaran ketus.“Kenapa mesti bawa Yana?” Kelly sungguh tidak mengerti.“Tidak kenapa-napa! Jangan tanya alasan apa pun!” Seusai berbicara, Jason langsung mengakhiri panggilan, tidak memberi Kelly kesempatan untuk menolak.Kelly melihat panggilan sudah diputuskan. Hatinya terasa sangat penat. Awalnya Kelly merasa kesal lantaran Sandora tiba-tiba menjodohkannya dengan Derrick
“Kalau begitu, aku akan jelaskan kepada Paman. Semua karena aku ingin bertemu dengan Nenek, makanya Ibu jadi terlambat bekerja,” ucap Yana dengan mengerutkan keningnya.Kelly spontan tersenyum. Dia merangkul Yana di dalam pelukannya, lalu berbisik, “Yana, kenapa kamu pengertian sekali?”“Karena Yana ingin Ibu gembira. Kalau Ibu nggak suka pergi ke rumah Nenek, kelak kita nggak pergi lagi!” Yana menggeleng dengan perlahan.Kelly terisak-isak. Yana terlalu pengertian, tahu akan apa pun!…Hari ini adalah hari Sabtu. Tidak banyak orang yang datang bekerja. Kelly membawa Yana menaiki lift khusus langsung ke lantai 39. Mereka bahkan tidak bertemu dengan siapa pun di sepanjang perjalanan.Setelah tiba ke lantai 39, Kelly membawa Yana berjalan ke dalam, lalu duduk di bangku. “Aku pergi lapor pekerjaan dengan Paman dulu. Kamu jangan sembarangan lari, ya. Tunggu Ibu di sini!”Hana mengangguk dengan patuh. “Ibu pergi sana. Jangan sampai Paman marah.”“Patuh!”Kelly mengecup kening Yana, lalu ber
Tangan Jason yang sedang mendorong mainan seketika tertegun. Dia lalu berkata dengan perlahan, “Ucapan nenekmu salah. Ibumu tidak akan bahagia bersama Paman Derrick.”“Kenapa?” Yana melebarkan kedua matanya menatap Jason dengan kebingungan.Jason pun tersenyum. “Karena mereka berdua tidak cocok.”Yana tidak mengerti. Dia kelihatan bingung, lalu bertanya, “Jadi, apa Paman dan Ibu cocok?”Pertanyaan Yana membuat Jason terbengong sejenak. Tatapannya seketika menjadi muram. “Tidak cocok juga. Karena ibumu tidak menyukai Paman.”“Kalau Paman memperlakukan Ibu dengan baik, Ibu pasti akan menyukaimu!” ucap Yana dengan lugu.Jason mendengus dingin. “Aku tidak berharap disukai ibumu. Aku cukup disukai oleh Yana saja!”Yana menepuk-nepuk pundak Jason, lalu berbicara layaknya orang dewasa, “Aku akan bantu Paman untuk bicara yang bagus-bagus di hadapan Ibu!”Jason pun tersenyum. “Memangnya apa yang akan Yana katakan?”Yana memutar kepalanya, lalu mengambil sebiji kacang. “Paling-paling Yana bilang
Kelly memotong jagung, lalu memasukkannya ke dalam panci. Saat memalingkan kepala, tampak Jason masih sedang mencuci wortel. Dia mencuci setiap garis dan celah daun dengan bersih. Kelly segera berkata, “Sudah cukup!”Saat ini, Jason mengangkat wortel, lalu mengamatinya. “Gimana cara kupasnya?”Kelly memperagakannya sekali. Jason mengangguk, lalu mengupas sesuai dengan instruksi Kelly.Jujur saja, Kelly sungguh takut dengan cara Jason memegang pisau. Dia sungguh khawatir Jason akan melukai tangannya sendiri.Untung saja, meski Jason tidak pernah mengupas kulit wortel sebelumnya, dia juga tidaklah bodoh. Tak lama kemudian, dia mulai mahir dalam gerakannya.Namun, Kelly masih saja merasa tidak tenang. Dia terus memalingkan kepala untuk mengamati Jason.Jason memalingkan kepala untuk menatap Kelly. “Gantengan pisau ini atau aku?”“Hah?” Kelly tertegun sejenak, lalu menjawab dengan ternganga, “Ten … Tentu saja gantengan Pak Jason.”Jason sungguh kehabisan kata-kata. “Siapa juga yang ingin d
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m