Awalnya, Kenzo juga marah ketika tahu Kelly melahirkan anak di luar nikah. Namun ketika bertemu dengan Yana sekarang, dia merasa dirinya bisa menerima anak yang imut ini.Kenzo menatap Yana dengan penuh gembira. Dia menoleh, lalu berbisik pada Kelly, “Sungguh mirip dengan kamu dulu.”Kelly tersenyum ringan. “Aku sendiri nggak menyadarinya.”Mereka berdua berbicara sembari memasuki kamar. Kenzo menggendong Yana ke ruang tamu, lalu berkata dengan tersenyum, “Ibu, coba lihat siapa yang datang?”Sandora melihat anak di dalam pelukannya. Dia seketika tersenyum lebar, lalu melangkahkan kakinya dengan cepat. “Yana, sini biar Nenek gendong!”Kelly memalingkan kepalanya. Kedua matanya spontan terbelalak lebar ketika melihat sosok lelaki di dalam ruang tamu.Derrick berdiri, lalu tersenyum lembut padanya. “Dia anakmu? Imut sekali!”Kelly malah merasa agak bingung. “Dok, kenapa kamu bisa ada di sini?”Sandora yang sedang menggendong Yana memberi isyarat mata kepada Kelly. Dia berkata dengan terse
Sandora tersenyum. “Kamu juga jangan berbicara seperti ini. Setidaknya kamu juga mahasiswi tamatan universitas terkenal. Kamu anaknya juga cantik. Kalau tidak, kamu kira Pak Derrick akan sebodoh itu?”“Jangan teruskan lagi! Aku dan Pak Derrick nggak memungkinkan.” Sikap Kelly sangat tegas. “Setelah melahirkan Yana, aku sudah memutuskan untuk nggak menikah dan melahirkan lagi. Aku juga nggak bakal cariin ayah tiri buat Yana!”Kening Sandora spontan berkerut ketika melihat sikap keras kepala putrinya. “Temperamenmu sungguh mirip dengan ayahmu! Memangnya aku mengatakan semua ini demi siapa? Bukannya demi kebaikanmu juga? Apa kamu tahu betapa susahnya membesarkan seorang anak?”“Iya, aku tahu. Aku sudah menghadapinya selama dua tahun. Aku pun nggak takut lagi!”“Sekarang kamu masih muda. Jalan hidupmu masih panjang!”“Jangan katakan lagi. Aku nggak akan berubah pikiran!” Raut wajah Kelly sangatlah tegas. Dia mencuci apel, lalu meletakkannya ke atas piring buah-buahan. Dia membawanya keluar
Baru saja Sandora menyelesaikan omongannya, terdengar suara bel dari luar sana.Kelly menggendong Yana. Kenzo pergi membuka pintu. Sementara itu, Sandora pun pergi ke ruang tamu untuk menyuguhkan buah-buahan.Sepertinya Yana bisa merasakan ibunya yang sedang sakit hati itu. Dia mengusap wajah ibunya. “Ibu, apa Nenek dan Paman sudah menyakitimu?”Kelly berusaha memendam rasa sakit di hatinya. Dia pun tersenyum. “Bukan, hari ini kita kedatangan tamu. Jadi, mereka pergi menjamu.”“Emm!” Yana memeluk, lalu menepuk-nepuk pundaknya. “Ibu jangan sedih. Ibu masih ada Yana!”Kelly sungguh terharu hampir saja meneteskan air mata. Dia segera menarik napas dalam-dalam berlagak tidak terjadi apa-apa.Saat ini terdengar suara ramai dari luar sana. Wilona datang bersama dengan adik laki-laki, orang tua, bibi, dan juga adik sepupunya juga. Sandora pun menjamu mereka dengan ramah.Semua orang berjalan ke dalam ruang tamu. Sandora memperkenalkan Kelly kepada mereka. “Ini anakku, namanya Kelly. Yang ini
Saat mereka berdua sedang berbicara, Sandora berjalan kemari. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku bawa Yana untuk bermain sebentar. Kalian berdua ngobrol dulu!”Kelly tahu apa maksud tersirat ibunya. Dia merasa semakin canggung lagi.“Tidak apa-apa. Aku bisa main bersama Yana!” balas Derrick dengan segera.“Tidak usah! Kalian anak muda ngobrol masalah kalian saja!” Sandora langsung menatap Yana. “Nenek bawa kamu main di kamar Nenek, ya?”Yana melirik Kelly sekilas, lalu mengikuti Sandora ke kamarnya.Berhubung anggota keluarga Wilona masih belum pulang, Sandora tidak mungkin terus tinggal di kamar. Jadi, baru saja Sandora membawa Yana bermain ke kamar, dia pun mengeluarkan ponsel Kelly untuk dimainkan Yana. “Yana, kamu nonton kartun dulu, ya. Nenek pergi temani tamu dulu. Kamu yang patuh. Jangan pergi cari Ibu. Ibumu lagi ngobrol sama Paman Derrick.”“Apa yang lagi mereka obrolkan?” tanya Yana dengan penasaran.“Mereka lagi … kencan buta. Apa kamu ngerti?” ucap Sandora dengan tersenyum.
“Emm!” Yana mengiakan dengan patuhnya. Dia mengambil ponsel, lalu berlari pergi.Tinggi badan Yana masih belum mencapai satu meter. Dia menjinjit ujung kakinya untuk membuka pintu. Setelah mencoba beberapa kali, dia baru berhasil membukanya. Kemudian, dia mengamati seisi ruang tamu, segera berlari ke sisi Kelly.Saat ini Kelly sedang menuangkan air kepada Derrick. Dia menunduk, lalu menyadari Yana. “Kamu mau ke mana?”Yana mengangkat ponsel. “Ibu, Paman mencarimu!”Kelly melihat tampilan ponselnya dan dia pun terbengong. Air panas meluap dari gelas, hampir saja melukai tangannya.Derrick segera mendekat untuk mengambil teko. Dia bertanya dengan panik, “Gimana? Apa kamu terkena air panas?”“Aku baik-baik saja!” ucap Kelly.Jason yang berada di ujung telepon mendengar percakapan “mesra” kedua orang. Dia langsung menjerit dengan murka, “Kelly!”Orang-orang di sekitar langsung terdiam, spontan melirik ponsel di tangan Yana.Kelly sungguh tersipu malu. Dia segera mengambil ponselnya, lalu m
Kelly juga mulai marah. Dia berkata dengan mengerutkan keningnya, “Ngapain aku bohongi kamu? Lagi pula, ini masalah pribadiku, nggak ada hubungannya dengan masalah pekerjaan. Kenapa kamu marah-marah sama aku?”Jason sungguh emosi hingga kehabisan kata-kata. Dia menarik napas dalam-dalam. Nada bicaranya terdengar dingin dan juga ketus. “Kamu segera ke perusahaan!”Kelly membalas, “Hari ini hari Sabtu!”“Aku suruh kamu lembur! Tidak boleh?” tanya Jason dengan marah.Kelly terdiam sejenak. “Oke, kamu itu bos, tentu saja aku harus mendengar omonganmu. Aku segera ke sana!”“Bawa Yana sekalian!” Nada bicara Jason masih kedengaran ketus.“Kenapa mesti bawa Yana?” Kelly sungguh tidak mengerti.“Tidak kenapa-napa! Jangan tanya alasan apa pun!” Seusai berbicara, Jason langsung mengakhiri panggilan, tidak memberi Kelly kesempatan untuk menolak.Kelly melihat panggilan sudah diputuskan. Hatinya terasa sangat penat. Awalnya Kelly merasa kesal lantaran Sandora tiba-tiba menjodohkannya dengan Derrick
“Kalau begitu, aku akan jelaskan kepada Paman. Semua karena aku ingin bertemu dengan Nenek, makanya Ibu jadi terlambat bekerja,” ucap Yana dengan mengerutkan keningnya.Kelly spontan tersenyum. Dia merangkul Yana di dalam pelukannya, lalu berbisik, “Yana, kenapa kamu pengertian sekali?”“Karena Yana ingin Ibu gembira. Kalau Ibu nggak suka pergi ke rumah Nenek, kelak kita nggak pergi lagi!” Yana menggeleng dengan perlahan.Kelly terisak-isak. Yana terlalu pengertian, tahu akan apa pun!…Hari ini adalah hari Sabtu. Tidak banyak orang yang datang bekerja. Kelly membawa Yana menaiki lift khusus langsung ke lantai 39. Mereka bahkan tidak bertemu dengan siapa pun di sepanjang perjalanan.Setelah tiba ke lantai 39, Kelly membawa Yana berjalan ke dalam, lalu duduk di bangku. “Aku pergi lapor pekerjaan dengan Paman dulu. Kamu jangan sembarangan lari, ya. Tunggu Ibu di sini!”Hana mengangguk dengan patuh. “Ibu pergi sana. Jangan sampai Paman marah.”“Patuh!”Kelly mengecup kening Yana, lalu ber
Tangan Jason yang sedang mendorong mainan seketika tertegun. Dia lalu berkata dengan perlahan, “Ucapan nenekmu salah. Ibumu tidak akan bahagia bersama Paman Derrick.”“Kenapa?” Yana melebarkan kedua matanya menatap Jason dengan kebingungan.Jason pun tersenyum. “Karena mereka berdua tidak cocok.”Yana tidak mengerti. Dia kelihatan bingung, lalu bertanya, “Jadi, apa Paman dan Ibu cocok?”Pertanyaan Yana membuat Jason terbengong sejenak. Tatapannya seketika menjadi muram. “Tidak cocok juga. Karena ibumu tidak menyukai Paman.”“Kalau Paman memperlakukan Ibu dengan baik, Ibu pasti akan menyukaimu!” ucap Yana dengan lugu.Jason mendengus dingin. “Aku tidak berharap disukai ibumu. Aku cukup disukai oleh Yana saja!”Yana menepuk-nepuk pundak Jason, lalu berbicara layaknya orang dewasa, “Aku akan bantu Paman untuk bicara yang bagus-bagus di hadapan Ibu!”Jason pun tersenyum. “Memangnya apa yang akan Yana katakan?”Yana memutar kepalanya, lalu mengambil sebiji kacang. “Paling-paling Yana bilang
Reza menatap bangku kosong dengan raut pucat. Dia berjalan menuju meja, melihat sebuah tablet di atasnya. Lampu di tablet itu berkedap-kedip, samar-samar memancarkan bayangan ke dinding. Ribuan gambar melintas dengan kecepatan tinggi.Jadi, gambar-gambar dalam video bersamanya sudah direkam sebelumnya. Percakapan berganti dengan sangat cepat sesuai konteks, begitu cepat hingga tidak bisa dilihat dengan kasat mata!Di layar ponsel, Sonia tersenyum tipis. “Reza, kenapa kamu diam saja?”Reza menunduk melihat Sonia di dalam layar ponsel. Kedua matanya seketika memerah. “Sonia, kenapa kamu membohongiku dengan cara seperti ini?”Sonia yang berada di dalam layar menatap Reza dengan terbengong.Reza mengakhiri video, lalu bergegas berjalan keluar.“Tuan Reza, ada yang terjadi?” tanya Indra dengan panik.Aura Reza sangat dingin. Dia melangkah dengan cepat. Saat dia hendak keluar, Jemmy bergegas ke dalam kamar. “Reza!”Langkah kaki Reza berhenti. Raut wajahnya kelihatan sangat muram. Dia menundu
Reza mengangkat ponselnya untuk menghubungi Robi. Suaranya terdengar buru-buru. “Apa Yandi sedang di Kota Jembara?”Robi segera membalas, “Iya, dia masih di sana.”“Emm.”Panggilan diakhiri. Namun, hati Reza tetap terasa tidak tenang. Rasa tidak tenang itu tidak berhenti menjalar di hatinya. Tidak!Reza harus segera menemui Sonia! Dia baru akan merasa tenang setelah bertemu langsung dengan Sonia!Salju di Kota Jembara semakin lebat saja. Pesawat pribadi tidak bisa beroperasi. Reza terpaksa mengendarai mobil ke Kota Atria.…Sore harinya, Johan telah kembali dari pelabuhan. Dia bergegas ke rumah Frida. Begitu memasuki rumah, dia langsung bertanya, “Apa ada kabar dari Bos?”Frida menggeleng. “Nggak ada, dua hari ini Bos nggak kasih perintah apa pun. Dia sudah dua hari melakukan panggilan video rekayasa dengan Kak Reza.”Kening Johan berkerut. “Sudah dua hari?”“Iya!” Frida menatap ponselnya.“Apa Bos dalam bahaya?” Raut wajah Johan menjadi pucat.Frida berkata, “Kalau Bos dalam bahaya,
Raut wajah Celine menjadi pucat. Ucapan Reza bagai menamparnya di depan umum, membuatnya merasa sangat canggung.Reza bersandar di tempat duduknya dengan malas. Auranya terasa sangat dingin. “Bekerjalah dengan baik. Jangan menghabiskan waktu dalam hal yang tidak berguna. Ada banyak orang yang ingin menjadi asisten pribadiku. Kalau kamu hanya memikirkan cara untuk menjilatku saja, cepat atau lambat kamu pasti akan dieliminasi. Apa kamu mengerti?”Celine mengepal erat tangannya. Saking malunya, betapa inginnya dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak berani menatap Reza lagi, langsung menunduk dan mengiakan. “Aku mengerti!”“Keluar!” Nada bicara Reza sangat datar. Dia tidak memberi Celine sedikit pun kesempatan untuk bersuara lagi.Celine segera membalikkan tubuhnya, berjalan keluar ruangan.Setelah keluar ruangan, raut wajah Celine masih kelihatan sangat canggung. Tiba-tiba terlintas kata “mengundurkan diri” dari benaknya. Dia tidak ingin muncul di hadapan Reza lagi.Bukannya Sonia
Setelah tiba di Imperial Garden, Reza melepaskan jasnya, lalu melonggarkan dasinya. Dia duduk di sofa sembari memandang rumah yang kosong ini. Hatinya seketika terasa sakit dan tidak tenang ketika kepikiran Sonia.Beberapa saat kemudian, Reza baru berhasil menenangkan dirinya. Dia memalingkan kepalanya memandang ke kamar sebelah. Dia sungguh berharap setelah pintu itu dibuka, ada Sonia di dalam sana.Jelas-jelas Reza tahu semua itu tidak memungkinkan. Namun, dia masih saja berjalan ke kamar sebelah. Begitu pintu dibuka, Reza menyalakan lampu. Gambaran familier terbayang di depan mata.Dulu, Sonia akan tinggal di sini. Biasanya Sonia suka duduk di depan balkon sembari membaca buku di malam hari. Kemudian, Reza akan mengesampingkan buku Sonia, lalu memberinya ciuman mendalam.Reza berjalan ke sisi balkon, lalu duduk di sofa. Dia melihat selembar memo yang ditempelkan di atas sana.Saat Sonia pergi, sudah berkali-kali Reza memasuki kamar ini. Hanya saja, dia tidak pernah menyadari keberad
“Oh, ya?” Celine berkata dengan nada bercanda, “Bukannya aku seharusnya dideskripsikan dengan kata sangat berkompeten? Atau asisten andal yang pintar dalam membantu pekerjaan Tuan Reza!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang berbeda dengan Celine hari ini.“Tentu saja! Tentu saja!” balas Iqbal dengan segera, “Kemampuan kerja asisten pribadi Tuan Reza pasti berbeda dengan asisten pada umumnya!”Para hadirin lainnya juga segera menimpali.“Sudah bertahun-tahun Nona Celine bekerja di sisi Tuan Reza. Kamu pasti sangat bisa diandalkan!”“Nona Celine bukan hanya berkompeten, tapi juga cantik sekali. Kami semua sungguh iri dengan Tuan Reza!”“Sepertinya hanya Tuan Reza saja yang sanggup mempekerjakan wanita cantik dan berbakat seperti Nona Celine!”…Ujung bibir Celine melengkung ke atas. Dia masih menunjukkan senyuman lembut di wajahnya.Reza tidak suka menghadiri acara jamuan malam, begitu pula dengan Celine. Namun malam ini, tiba-tiba dia merasa enak juga untuk menghadiri aca
Kase terus melangkah ke tempat duduk yang ditempati Sonia tadi. Dia duduk di hadapan kursi Sonia. Dia melihat Sonia hanya sempat menyesap setengah gelas minumannya, juga sepotong kue coklat yang belum sempat dimakannya. Saat Sonia menerima panggilannya tadi, Sonia pasti langsung bergegas ke istana untuk melindunginya.Kase menarik napas dalam-dalam. Hatinya terasa berat bagai ditimpa beban ratusan kilogram saja. Saking beratnya, dia pun merasa kesulitan untuk bernapas.Kase berkata kepada dirinya sendiri. Sonia hanyalah seorang wanita saja. Tidak seharusnya Kase terlalu memedulikannya. Hanya saja, sejak Sonia dibawa pergi tadi, hatinya mulai merasa tidak tenang.Tadi Rayden mengatakan dirinya ingin menggunakan Sonia sebagai objek penelitian, tidak akan membahayakan nyawanya. Namun, sebenarnya Kase paham, setelah memasuki gedung itu, Sonia tidak mungkin akan keluar lagi!Kase melihat kue coklat di atas piring. Seketika dia kepikiran dengan tatapan kecewa dan benci dari kedua mata Sonia.
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang