Sonia tidak berani melihat ke luar mobil. Dia pun hanya mengiakan.“Patuh sekali.” Si lelaki tersenyum tipis. Dia ingin sekali mencium bibir kenyal itu.Sonia mengangkat kepalanya. “Besok sore bawa Tandy sekalian. Kita … pergi ke lapangan pacuan kuda.”Reza tertegun sejenak, sepertinya dia tidak begitu bersedia. “Ngapain ajak Tandy?”“Aku sudah janji sama dia. Kalau prestasinya meningkat, aku akan ajari dia untuk memanah!”Reza membalas dengan suara serius, “Kamu selalu ingat semua janjimu dengan orang lain. Kenapa kamu tidak pernah mengingat janjimu kepadaku?”“Memangnya apa yang aku janjikan?”“Kamu janji akan selalu berada di sisiku.”“Tapi kamu sendiri yang bilang sama aku, kamu sudah bosan!”Hati Reza terasa sesak. Kenapa Reza mengatakan ucapan yang bertentangan dengan isi hatinya?Tetiba ponsel yang diletakkan di dalam saku pakaian Sonia berdering. Dia kembali duduk di bangkunya, lalu mengangkat panggilan.Panggilan itu adalah panggilan dari Kelly. Dia bertanya kenapa Sonia masih
Pretty yang pemalas itu langsung pergi mencari Sutradara Teddy.Saat ini, Teddy sedang membaca naskah. Keningnya tampak berkerut ketika melihat Pretty datang dengan buru-buru. “Nona Pretty ada urusan apa lagi?”“Pak Teddy, kenapa Sonia boleh istirahat di akhir pekan? Aku juga mau libur di akhir pekan!” ucap Pretty dengan langsung.Teddy bertanya, “Siapa yang beri tahu kamu?”“Stella!” Pretty menunjuk Stella yang mengikutinya di belakang.Baru saja Stella hendak memberi isyarat mata kepada Pretty, dirinya malah ditunjuk. Kedua matanya spontan terbuka lebar.Apa wanita ini bodoh? Entah bagaimana ceritanya dia bisa bergumul di dalam dunia hiburan?Raut wajah Teddy menjadi muram. Dia menatap Stella. “Stella, kamu tahu sendiri progres syuting sudah sangat lambat. Apa bisa kamu jangan menambah masalah lagi?”Stella sungguh merasa canggung. Dia berusaha untuk menjelaskan, “Aku … aku hanya penasaran saja.”Teddy menghela napas, lalu melihat ke sisi Pretty. “Begini Nona Pretty, Sonia bukan angg
Amelia menyahut, lalu berkata pada Stella, “Nanti kamu ambil hasil cetakannya sendiri. Aku keluar dulu.”“Kamu pergi sibuk sana!” balas Stella dengan nada ramah.Setelah Amelia keluar, Stella duduk di atas bangku. Dia melirik laptop Sonia. Tetiba kepikiran sesuatu di benaknya, lalu melihat ke sisi pintu. Ketika melihat tidak ada yang melewati, dia segera menekan mouse di samping laptop Sonia.Tampilan laptop Sonia sangatlah bersih, hanya terdapat sebuah keranjang sampah, folder yang berisi gambar, dan juga perangkat yang digunakan untuk mendesain.Stella membuka perangkat tersebut, lalu mencari riwayat terakhir hasil kerja Sonia. Setelah masuk ke dalam, tampak beberapa hasil desain terbaru di dalam folder. Kedua matanya spontan terbelalak lebar.Terdapat beberapa desain yang merupakan desain busana musim gugur. Dari gayanya, sepertinya desain itu adalah busana GK.Jantung Stella berdegup kencang. Sonia bukanlah tamatan mahasiswi desain, kenapa dia bisa membuat desain yang begitu memuka
Sonia bukan anggota Keluarga Qindara. Mungkin karena Sonia hidup sengsara di kala kecil dulu, jadi Reza pun sangat membenci anggota Keluarga Qindara.Sonia menggeleng. “Nggak usah, nggak usah ladeni dia!”Welly tidak menemukan pekerjaan. Dia pun meninggalkan tempat dengan putus asa.Sonia melihat bayangan punggung Welly dengan tatapan datar.Selesai makan, mereka bertiga menuju ke lapangan pacuan kuda. Kali ini mereka bukan menunggang kuda, melainkan bermain counter strike.Bagian tenggara lapangan pacuan kuda terdapat sebuah lapangan untuk bermain counter strike. Berdasarkan tingkat kesukaran, lokasi dibedakan menjadi reruntuhan pabrik, es gletser, pertempuran hutan belantara, pencarian harta karun di kuburan, dan beberapa zona pertempuran lainnya.Saat Sonia dan yang lainnya tiba, sudah ada banyak orang yang sedang mengantre. Mereka sedang mengenakan perkakas untuk masuk ke dalam.Reza pergi mengurus tiket masuk. Sonia dan Tandy pergi memilih lokasi permainan. Tandy ingin bermain di
Sonia melirik si wanita dengan dingin. “Aku yang meremehkan dia, nggak boleh?”“Kamu!” Si wanita merasa geram. Dia mengangkat kakinya hendak menendang perut Sonia.Sonia meraih pergelangan kaki si wanita, lalu menariknya. Alhasil, si wanita jatuh duduk di lantai. Dia pun terkejut hingga kedua mata terbelalak lebar.Sonia juga tidak menatap si wanita lagi. Dia langsung berjalan ke dalam.“Gimana kalau kita tanding? Berani?” jerit si wanita dari belakang.Sonia memalingkan kepalanya, lalu berkata dengan nada tenang, “Oke!”“Yang kalah mesti berlutut di depanku!” Si wanita mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan tatapan dingin.Sonia menatap si wanita yang tidak tahu diri itu, lalu berjalan pergi dengan tersenyum tipis.Si wanita tidak tahu apakah dirinya sedang salah lihat atau bagaimana. Dia merasa dirinya telah diremehkan. Dia langsung berdiri, lalu memungut ponsel yang dihancurkannya, kemudian berjalan pergi mencari Timothy.Setelah Sonia berjalan keluar, Reza dan Tandy pun sudah m
Timothy melirik ekspresi Tandy sekilas. Ketika menyadari ini adalah pertama kalinya mereka bermain, terlihat senyuman menyindir di wajahnya.Instruktur datang untuk membimbing mereka cara menggunakan senjata, lalu menjelaskan aturan permainan.Timothy melambaikan tangannya. “Kami sudah datang berkali-kali. Tidak usah dijelaskan lagi. Kamu jelaskan sama kepada mereka.”Orang-orang di belakang Timothy menunjukkan senyuman menyindir. Semuanya kelihatan sangat santai seolah-olah tidak khawatir dengan pertandingan ini.Instruktur menjelaskan aturan permainan kepada tim Sonia. Mereka pun mendengar dengan sangat serius.Selesai itu, instruktur kembali memastikan kepada Reza, apakah mereka yakin hanya akan melawan dengan bertiga?Setelah mendapat jawaban pasti dari Reza, instruktur juga menyarankan mereka untuk mencari dua personel lagi. Sebab, mereka yang hanya bertiga pasti akan kalah telak.“Nggak usah, bertiga juga sudah lebih dari cukup,” balas Reza dengan acuh tak acuh.Instruktur mengan
Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Aku nggak akan ditindas.”“Aku hanya sedang perumpamaan!”Sonia berpikir sejenak, lalu membalas dengan sangat yakin, “Pokoknya nggak akan.”Seketika Reza merasa sangat gagal. Dia pun berkata dengan menghela napas, “Ternyata aku segagal ini!”Sonia menggigit bibir bawahnya, lalu menjelaskan dengan suara kecil, “Semuanya nggak ada hubungannya sama kamu. Aku terbiasa untuk menyelesaikan masalah sendiri.”Kedua mata Reza bergerak. Dia menggenggam tangan Sonia, lalu berkata, “Kelak, kamu bisa mencoba untuk mengandalkanku.”Di hadapan Tandy, Sonia segera menurunkan tangannya, lalu membalas dengan datar, “Emm.”Rasa penat di hati Reza seketika menghilang. Ujung bibirnya spontan melengkung ke atas.Wanita itu telah mengakhiri panggilan, dia memelototi Sonia. “Suamiku itu penembak profesional tingkat nasional. Kamu tunggu saja!”Tandy tersenyum menyindir. “Memangnya kami takut?”Instruktur bertanya kepada tim Reza apakah mereka ingin melanjutkan permainan.Reza
Sonia malah merasa tidak tenang. Dia berlagak hendak berdiri. “Aku pergi lihat dulu!”“Tidak usah!” Reza menggenggam pergelangan tangan Sonia. Dia menatap beberapa batang pohon di belakang. “Bukannya dia sudah datang!”Sonia mengikuti arah pandang Reza. Tandy kembali dengan mengambil beberapa botol minuman. Dia mengenakan seragam militer dengan ikatan kain biru di bagian lengannya. Terlintas kewaspadaan di atas wajah tampan si lelaki. Tetiba Reza memalingkan kepalanya berkata pada Sonia, “Kalau anak kita anak laki-laki, apa bentuknya akan mirip dengan dia?”Sonia mengangkat-angkat alisnya. Dia berusaha untuk bersikap tenang. “Kamu berpikir kebanyakan!”“Mau anak perempuan juga boleh. Lagi pula, anak kita tidak mungkin cuma ada satu. Alangkah baiknya kalau kita punya dua anak laki-laki dan satu anak perempuan,” balas Reza.Kali ini, Sonia merasa ucapan Reza semakin konyol lagi. Dia langsung pergi untuk melihat anggota baru tim merah.Tandy berjalan kemari, lalu menyerahkan sebotol air
Raut wajah Celine menjadi pucat. Ucapan Reza bagai menamparnya di depan umum, membuatnya merasa sangat canggung.Reza bersandar di tempat duduknya dengan malas. Auranya terasa sangat dingin. “Bekerjalah dengan baik. Jangan menghabiskan waktu dalam hal yang tidak berguna. Ada banyak orang yang ingin menjadi asisten pribadiku. Kalau kamu hanya memikirkan cara untuk menjilatku saja, cepat atau lambat kamu pasti akan dieliminasi. Apa kamu mengerti?”Celine mengepal erat tangannya. Saking malunya, betapa inginnya dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak berani menatap Reza lagi, langsung menunduk dan mengiakan. “Aku mengerti!”“Keluar!” Nada bicara Reza sangat datar. Dia tidak memberi Celine sedikit pun kesempatan untuk bersuara lagi.Celine segera membalikkan tubuhnya, berjalan keluar ruangan.Setelah keluar ruangan, raut wajah Celine masih kelihatan sangat canggung. Tiba-tiba terlintas kata “mengundurkan diri” dari benaknya. Dia tidak ingin muncul di hadapan Reza lagi.Bukannya Sonia
Setelah tiba di Imperial Garden, Reza melepaskan jasnya, lalu melonggarkan dasinya. Dia duduk di sofa sembari memandang rumah yang kosong ini. Hatinya seketika terasa sakit dan tidak tenang ketika kepikiran Sonia.Beberapa saat kemudian, Reza baru berhasil menenangkan dirinya. Dia memalingkan kepalanya memandang ke kamar sebelah. Dia sungguh berharap setelah pintu itu dibuka, ada Sonia di dalam sana.Jelas-jelas Reza tahu semua itu tidak memungkinkan. Namun, dia masih saja berjalan ke kamar sebelah. Begitu pintu dibuka, Reza menyalakan lampu. Gambaran familier terbayang di depan mata.Dulu, Sonia akan tinggal di sini. Biasanya Sonia suka duduk di depan balkon sembari membaca buku di malam hari. Kemudian, Reza akan mengesampingkan buku Sonia, lalu memberinya ciuman mendalam.Reza berjalan ke sisi balkon, lalu duduk di sofa. Dia melihat selembar memo yang ditempelkan di atas sana.Saat Sonia pergi, sudah berkali-kali Reza memasuki kamar ini. Hanya saja, dia tidak pernah menyadari keberad
“Oh, ya?” Celine berkata dengan nada bercanda, “Bukannya aku seharusnya dideskripsikan dengan kata sangat berkompeten? Atau asisten andal yang pintar dalam membantu pekerjaan Tuan Reza!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang berbeda dengan Celine hari ini.“Tentu saja! Tentu saja!” balas Iqbal dengan segera, “Kemampuan kerja asisten pribadi Tuan Reza pasti berbeda dengan asisten pada umumnya!”Para hadirin lainnya juga segera menimpali.“Sudah bertahun-tahun Nona Celine bekerja di sisi Tuan Reza. Kamu pasti sangat bisa diandalkan!”“Nona Celine bukan hanya berkompeten, tapi juga cantik sekali. Kami semua sungguh iri dengan Tuan Reza!”“Sepertinya hanya Tuan Reza saja yang sanggup mempekerjakan wanita cantik dan berbakat seperti Nona Celine!”…Ujung bibir Celine melengkung ke atas. Dia masih menunjukkan senyuman lembut di wajahnya.Reza tidak suka menghadiri acara jamuan malam, begitu pula dengan Celine. Namun malam ini, tiba-tiba dia merasa enak juga untuk menghadiri aca
Kase terus melangkah ke tempat duduk yang ditempati Sonia tadi. Dia duduk di hadapan kursi Sonia. Dia melihat Sonia hanya sempat menyesap setengah gelas minumannya, juga sepotong kue coklat yang belum sempat dimakannya. Saat Sonia menerima panggilannya tadi, Sonia pasti langsung bergegas ke istana untuk melindunginya.Kase menarik napas dalam-dalam. Hatinya terasa berat bagai ditimpa beban ratusan kilogram saja. Saking beratnya, dia pun merasa kesulitan untuk bernapas.Kase berkata kepada dirinya sendiri. Sonia hanyalah seorang wanita saja. Tidak seharusnya Kase terlalu memedulikannya. Hanya saja, sejak Sonia dibawa pergi tadi, hatinya mulai merasa tidak tenang.Tadi Rayden mengatakan dirinya ingin menggunakan Sonia sebagai objek penelitian, tidak akan membahayakan nyawanya. Namun, sebenarnya Kase paham, setelah memasuki gedung itu, Sonia tidak mungkin akan keluar lagi!Kase melihat kue coklat di atas piring. Seketika dia kepikiran dengan tatapan kecewa dan benci dari kedua mata Sonia.
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang
Kase tertegun sejenak. Namun, Sonia sudah berbalik dan naik ke lantai atas. Sambil minum isi gelasnya, pria itu merasa sedikit kesal. Dalam pikirannya, adakah orang di dunia ini yang lebih hebat darinya?Kase meremehkan pernyataan Sonia. Dia meyakini bahwa gadis itu sebenarnya hanya bucin. Hanya orang yang terlalu memuja cinta yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fakta.Bahkan, Kase sempat tergoda untuk meminta Sonia memanggil pacarnya agar mereka bisa membuktikan siapa yang lebih unggul.....Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seseorang dari pihak Winston datang menemui Kase dengan pesan bahwa Rayden telah kembali dan ingin bertemu dengannya untuk berdiskusi.Kali ini, Kase tidak lagi menolak. Dia mengajak Sonia untuk ikut bersamanya. Setibanya di sana, Sonia tetap menunggu di kafe yang sama seperti sebelumnya, sementara Kase mengikuti Winston melewati pintu putih besar hingga menghilang di dalamnya.Sonia sebenarnya penasaran ingin melihat seperti apa sosok Rayden yang mis
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum