Setelah Jolin berjalan pergi, raut wajah Tiffany baru berubah datar. Dia mengangkat kakinya, lalu berjalan ke toilet.Bondan meraih pergelangan tangannya. Sepertinya dia merasa lucu. “Aku ingin tahu apa benar kamu meminjamkan uang kepadanya?”“Meminjamkan uang?” Tiffany tersenyum dingin. “Aku lebih pengen tampar dia, boleh?”Suara tawa Bondan semakin keras lagi. Kedua matanya tampak berkilauan. “Sepertinya kamu hebat juga. Kenapa kamu bisa kalah sama dia?”Tatapan Tiffany seketika menjadi muram. Dia pun berkata dengan nada menyindir, “Karena aku merasa cinta itu mesti tulus dari lubuk hati.”Kemudian, Tiffany tersenyum. “Sebenarnya siapa juga yang bodoh. Hanya saja, ada yang tak berhenti bermain siasat dan trik, mengira mereka sangatlah hebat, lalu mempermainkan orang lain!”Bondan mengangguk. “Masuk akal! Kalau begitu, baguslah kita bisa bersama. Kamu selalu berpikir dengan kepala dingin dan sangat pintar!”Tentu saja Tiffany mengerti maksud Bondan. Mereka tidak akan saling mencintai,
Reza tahu teman Sonia sangat sedikit. Jarang-jarang ada yang bisa mengobrol dengan Sonia. Tentu saja Reza merasa gembira. Dia menyuruh Bondan untuk mengajak kekasihnya ketika ada acara kumpul bersama.Bondan membalas dengan tersenyum, “Tidak masalah. Kelak kita lebih sering bertemu saja!”Setelah mereka semua berpamitan, semuanya memasuki mobil masing-masing.Mobil melaju kencang di bawah pancaran sinar matahari sore. Sonia yang terkena hangatnya sinar matahari pun bersiul kegirangan. Tak lama kemudian, dia mulai mengantuk dan kedua mata pun dipejamkan.Reza memalingkan kepalanya melihat wajah putih si Sonia. Tatapannya sangatlah jernih. Dia memperlambat laju mobilnya, lalu menyelimuti Sonia dengan jaketnya.Pada saat ini, hati Reza terasa sangat gembira.Sonia sudah tidur selama satu jam. Setelah bangun, dia menyadari mobil sedang berhenti. Reza tidak berada di mobil. Pemandangan di luar mobil juga terasa sangat asing, sepertinya mereka masih belum tiba di Kota Jembara.Sonia segera m
Reza menjilat ujung bibirnya, lalu menunjukkan senyum malas di wajah mereka. “Awalnya aku merasa sangat manis. Tapi setelah makan, aku merasa rasanya sangat lezat. Pantas saja kamu suka makan yang manis-manis.”Sonia berkata dengan suara datar, “Aku bisa suka yang manis-manis juga karena merasa makanan manis bisa memulihkan tenaga.”Reza merasa kaget. Dia mengira Sonia tidak diberi makanan lezat oleh orang tua asuhnya yang keras itu. Jadi, setelah dewasa, dia baru gila-gilaan mengonsumsi yang manis-manis.Tak disangka ternyata ada alasan lain.Tetiba Reza kepikiran ketika Sonia masih berusia 6 tahun dulu, dia pernah melakukan pelatihan keras bersama Morgan. Seharusnya Sonia adalah orang termuda di dalam regu. Kekuatannya tidak bisa mengalahkan yang lain dan sering terkuras habis. Dia terpaksa mengandalkan cokelat dan makanan manis untuk mengisi tenaganya.Perlahan-lahan, Sonia mulai ketergantungan terhadap makanan manis.Hati Reza terasa sesak. Dia berkata dengan tersenyum tipis, “Kala
Selesai makan, Sonia hendak menuruni mobil. Tetiba si lelaki menarik lengan Sonia. “Kamu kira semuanya sudah selesai?”Sonia membalikkan kepalanya. “Apa lagi yang ingin kamu lakukan?”“Temani aku makan sekarang atau cium aku. Setelah kamu cium, aku akan langsung melepaskanmu.” Wajah tampan Reza terlihat buram di bawah cahaya gelap. Kedua matanya malah kelihatan semakin tajam.Sonia menatap Reza. Saat kedua pasang mata saling bertemu di bawah cahaya gelap ini, Sonia menggigit bibirnya sejenak. “Kamu pernah bilang akan memberiku waktu.”“Aku tidak akan menyentuhmu di saat kamu mempertimbangkan hubungan kita. Tapi kamu mesti beri aku sedikit hadiah. Kalau tidak, mungkin aku juga tidak ada cara untuk bertahan hingga kamu selesai berpikir.” Reza tersenyum tipis. Dapat terdengar rasa keras kepala di dalam nada bicaranya.Sonia kepikiran dengan sosok Reza yang sedang mengantre membeli makanan untuknya di bawah matahari terik. Dia pun mengangkat kepalanya, lalu berkata, “Sebentar saja.”“Emm!”
“Ini kuda putih. Kuda putihnya Pangeran,” jelas Sonia dengan tersenyum.Yana mengerutkan keningnya tanda dirinya merasa bingung. “Sebenarnya aku ingin seekor keledai yang bisa ditunggang. Apa ia bisa menunggangku untuk pergi belanja?”Sonia pun tersenyum ketika melihat keluguan anak kecil ini. Dia mengangguk, lalu berkata, “Tentu saja bisa. Nanti ia akan bawa Tuan Putri pergi belanja, oke?”Kali ini Yana baru tersenyum lebar. Dia mengeluarkan gigi putihnya. Tetiba dia melihat ke luar jendela, lalu berkata dengan nada imut, “Sudah malam, nanti setelah belanja, cepat makan dan tidur, ya. Emm … gimana kalau belanjanya besok saja?”Sonia yang duduk di lantai itu pun tersenyum. “Oke, terserah Yana mau belanjanya kapan.”Mereka berdua sedang memainkan istana. Tetiba Yana bertanya pada Sonia, “Bibi, kenapa Paman nggak cari aku lagi?”Senyuman di wajah Sonia langsung terkaku. Dia memeluk Yana, lalu berkata dengan suara lembut, “Belakangan ini Paman lagi sibuk sekali. Nanti dia pasti akan mengu
Saat Sonia pergi mengambil kotak makan, tim produksi mengambilkan sebuah kotak makan dari kotak penghangat khusus untuknya. “Nona Sonia, ini punyamu.”Kotak makan ini memang adalah kotak sekali pakai. Namun, kualitasnya kelihatan lebih bagus daripada yang lain. Kotak makan ini bahkan ada tiga tingkat.Darren melihat dengan penasaran, lalu berkata dengan tersenyum, “Pak Teddy memperlakukanmu dengan khusus atau semua ini ulah orang lain?”Sonia bertanya pada tim produksi kenapa kotak makannya berbeda dengan yang lain. Orang itu pun hanya membalas dengan tersenyum bahwa dirinya juga tidak tahu apa-apa, dia hanya mendengar apa perintah atasan saja.Sonia tidak bertanya lagi. Dia membawa kotak makan dan berjalan pergi.Setelah pulang, Sonia membuka kotak makannya. Darren spontan merasa kaget.Pada tingkat pertama kotak makan itu terdapat empat jenis lauk, ada daging ikan, daging sapi, dan dua jenis sayur hijau. Di tingkat kedua ditaruh nasi putih dan juga kue kering. Sementara, tingkat yang
Pretty datang dengan membawa manajer, penata rias, dan ketiga asistennya.Manajer menjelaskan kepada Teddy bahwa tadi pagi Pretty memiliki kegiatan lain. Berhubung jadwal sudah sempat disusun sebelumnya, mereka tidak enak hati untuk menolak.Meski sebenarnya Teddy merasa kesal, dia juga berlagak lapang dada, tidak mempermasalahkannya.Sonia berjalan ke ruang rias untuk mencari Pretty, lalu memilih sepotong busana untuk syuting adegan pertamanya nanti sore. Pretty kelihatannya sangat mengantuk, dia menguap sembari mendengar penjelasan Sonia.Saat mendengar hingga setengah, tetiba Pretty merasa kesal. “Ngantuk sekali ini. Semalam aku main gim kemalaman, aku malah dibangunkan di siang hari. Aku masih nggak bersemangat, gimana ceritanya aku bisa syuting?”Manajer segera memberi isyarat mata, menyuruh Pretty untuk jangan berbicara lagi.Sonia berlagak tidak kedengaran apa-apa. Dia menyerahkan pakaian yang dipilihkan kepada asistennya.Pretty melirik sekilas, lalu mengerutkan keningnya. “Pak
Saat berjalan keluar, Sonia menyadari seorang lelaki berperawakan tinggi dan kurus, dengan mata sipit dan bibir tipis. Lelaki itu tidak tergolong tampan, hanya saja dia tergolong berkarisma.Saat mereka berdua berpapasan, si lelaki spontan melirik wajah Sonia. Kemudian, dia memalingkan kepalanya dengan tatapan dingin.Edward berjalan ke dalam ruangan istirahat. Ketika melihat Pretty, dia langsung tersenyum lebar. “Selamat Dik atas kerja samamu dengan sutradara terkenal. Kali ini, kamu pasti akan tenar!”Pretty mencemberutkan bibirnya. “Masa aku disuruh pakai pakaian rongsokan. Kesal sekali!”Edward langsung duduk di sofa, lalu melirik pakaian-pakaian itu. “Pakaiannya memang murahan, tapi adik sepupuku ini sangat berkelas, kamu pasti akan tetap cantik meski mengenakan pakaian yang biasa.Setelah mendengar ucapan itu, terlihat senyuman di wajah Pretty. Dia bertanya pada Edward, “Apa Bibi yang suruh kamu kemari?”“Ibuku khawatir kamu tidak terbiasa di Jembara. Jadi, dia buatkan kue khas K
“Oh, ya?” Celine berkata dengan nada bercanda, “Bukannya aku seharusnya dideskripsikan dengan kata sangat berkompeten? Atau asisten andal yang pintar dalam membantu pekerjaan Tuan Reza!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang berbeda dengan Celine hari ini.“Tentu saja! Tentu saja!” balas Iqbal dengan segera, “Kemampuan kerja asisten pribadi Tuan Reza pasti berbeda dengan asisten pada umumnya!”Para hadirin lainnya juga segera menimpali.“Sudah bertahun-tahun Nona Celine bekerja di sisi Tuan Reza. Kamu pasti sangat bisa diandalkan!”“Nona Celine bukan hanya berkompeten, tapi juga cantik sekali. Kami semua sungguh iri dengan Tuan Reza!”“Sepertinya hanya Tuan Reza saja yang sanggup mempekerjakan wanita cantik dan berbakat seperti Nona Celine!”…Ujung bibir Celine melengkung ke atas. Dia masih menunjukkan senyuman lembut di wajahnya.Reza tidak suka menghadiri acara jamuan malam, begitu pula dengan Celine. Namun malam ini, tiba-tiba dia merasa enak juga untuk menghadiri aca
Kase terus melangkah ke tempat duduk yang ditempati Sonia tadi. Dia duduk di hadapan kursi Sonia. Dia melihat Sonia hanya sempat menyesap setengah gelas minumannya, juga sepotong kue coklat yang belum sempat dimakannya. Saat Sonia menerima panggilannya tadi, Sonia pasti langsung bergegas ke istana untuk melindunginya.Kase menarik napas dalam-dalam. Hatinya terasa berat bagai ditimpa beban ratusan kilogram saja. Saking beratnya, dia pun merasa kesulitan untuk bernapas.Kase berkata kepada dirinya sendiri. Sonia hanyalah seorang wanita saja. Tidak seharusnya Kase terlalu memedulikannya. Hanya saja, sejak Sonia dibawa pergi tadi, hatinya mulai merasa tidak tenang.Tadi Rayden mengatakan dirinya ingin menggunakan Sonia sebagai objek penelitian, tidak akan membahayakan nyawanya. Namun, sebenarnya Kase paham, setelah memasuki gedung itu, Sonia tidak mungkin akan keluar lagi!Kase melihat kue coklat di atas piring. Seketika dia kepikiran dengan tatapan kecewa dan benci dari kedua mata Sonia.
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang
Kase tertegun sejenak. Namun, Sonia sudah berbalik dan naik ke lantai atas. Sambil minum isi gelasnya, pria itu merasa sedikit kesal. Dalam pikirannya, adakah orang di dunia ini yang lebih hebat darinya?Kase meremehkan pernyataan Sonia. Dia meyakini bahwa gadis itu sebenarnya hanya bucin. Hanya orang yang terlalu memuja cinta yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fakta.Bahkan, Kase sempat tergoda untuk meminta Sonia memanggil pacarnya agar mereka bisa membuktikan siapa yang lebih unggul.....Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seseorang dari pihak Winston datang menemui Kase dengan pesan bahwa Rayden telah kembali dan ingin bertemu dengannya untuk berdiskusi.Kali ini, Kase tidak lagi menolak. Dia mengajak Sonia untuk ikut bersamanya. Setibanya di sana, Sonia tetap menunggu di kafe yang sama seperti sebelumnya, sementara Kase mengikuti Winston melewati pintu putih besar hingga menghilang di dalamnya.Sonia sebenarnya penasaran ingin melihat seperti apa sosok Rayden yang mis
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike