Jason sudah kembali ke kamarnya. Saat hendak tidur, dia menerima panggilan dari Kiara.“Tuan Jason, shower di kamarku rusak. Bisa bantu aku lihatin bentar, nggak?”Jason tersenyum, lalu membalas dengan tersenyum datar, “Kamu bisa cari pihak hotel. Kalau tidak, kamu bisa ganti kamar lain.”“Sudah jam segini, tukang reparasi juga sudah tidur, ‘kan? Lagi pula, kamar hotel sudah penuh hari ini. Mana mungkin dapat ganti kamar?” balas Kiara dengan nada manja.Jason melanjutkan dengan datar, “Kalau begitu, aku juga tidak berdaya. Terpaksa kamu tidak usah mandi.”“Tapi aku keringatan. Mana mungkin aku bisa tidur tanpa mandi?” Kiara terhenti sejenak. “Gimana kalau aku mandi di kamarmu? Aku akan pergi setelah mandi. Apa aku akan merepotkanmu?”Jason membalas dengan santai, “Oke, kamu kemari saja.”“Aku akan pergi sekarang. Kamu tunggu aku!” Nada bicara Kiara sangatlah genit.Setelah panggilan diakhiri, Jason meletakkan ponselnya di samping sembari tersenyum tipis.Tak lama kemudian, bel kamar be
“Sebelum aku marah, aku sarankan kamu untuk kembali ke asalmu.” Raut wajah Jason berubah muram. “Aku benci wanita yang tidak tahu diri!”Kiara sungguh terluka dengan ucapan itu. Dia berdiri dengan canggung, lalu berjalan pergi. Namun, rasa tidak puas masih saja menempel di hati Kiara. Dia kembali memalingkan kepalanya, lalu bertanya, “Aku sangat memperhatikanmu. Biasanya kamu suka gonta-ganti pasangan. Tapi kamu malah nggak berpacaran selama dua tahun ini? Bukankah kamu melakukannya demi aku?”Jason membalas dengan sinis, “Kamu sudah berpikir kebanyakan!”Tubuh Kiara seketika gemetar. Sejak kemunculan Kiara, tidak kelihatan ada wanita mana pun di sisi Jason. Dia mengira semua ini karena kemunculannya. Jangan-jangan Kiara sudah berpikir kebanyakan?“Maaf, sudah mengganggu waktu istirahatmu!” Kiara menggigit bibirnya, lalu berjalan pergi.Pintu ditutup. Kemudian, Jason kembali menyalakan rokok. Tatapannya seketika menjadi muram.Apa Jason tidak memiliki wanita selama dua tahun ini? Dia b
Tiffany mengangkat-angkat pundaknya. “Jangan! Posisi sekarang adalah posisi paling bagus!”Bondan menuangkan segelas anggur merah untuknya. “Meskipun aku bukan orang yang setia, aku juga tidak pernah selingkuh. Tenang saja, selama aku bertunangan denganmu, aku tidak akan memiliki hubungan tidak jelas dengan wanita lain. Tadi aku hanya mengobrol sebentar dengan mantanku.”Tiffany menatap Bondan dengan kaget.Kening Bondan tampak berkerut. “Tatapan apa itu?”“Mantanmu masih saja nggak bisa melupakanmu. Itu berarti kamu orangnya cukup baik!” balas Tiffany.Baru saja Bondan hendak tersenyum, tetiba dia merasakan ada yang aneh. Dia segera melirik Tiffany. “Kamu lagi menyindirku?”“Nggak, kok!” Tiffany segera menggeleng. “Aku sudah nggak pernah berhubungan dengan mantanku, hubungan kami malah seperti musuh saja. Jadi, masih bisa berhubungan dengan baik setelah putus, menandakan kamu itu orangnya sangat baik!”Tiffany bahkan mengacungkan jempol ke sisi Bondan.Jujur saja, Bondan juga tidak ta
Tiffany menatap wanita itu dengan datar. “Ada orang, sebentar lagi kekasihku akan kemari!”Si wanita tampak sedang memegang segelas jus. Dia pun membalas dengan tersenyum, “Nona Tiffany, aku ingin sekali minta maaf sama kamu. Sebenarnya aku pernah membujuk Johnson untuk mencarimu, tapi dia bilang dia nggak mencintaimu. Dia bisa bersamamu juga karena paksaan keluarganya.”Kemudian, si wanita mengejapkan matanya. “Sikap Johnson sangat tegas. Meskipun keluarganya menentang pilihannya, bahkan mengusirnya dari rumah, dia juga nggak ingin bersabar lagi.”Suara Tiffany terdengar sinis. “Sudah cukup ngomongnya? Kalau sudah, segera lenyap dari pandanganku!”Si wanita malah menunjukkan ekspresi lugu. “Nona Tiffany, aku tahu kamu membenciku. Tapi aku dan Johnson benar-benar saling mencintai!”Tiba-tiba wanita itu mendekati Tiffany, lalu tersenyum padanya. “Kata Johnson, sewaktu dia bersamamu, dia bahkan nggak punya keinginan untuk menyentuhmu. Dia bilang dia merasa jijik untuk mendekatimu!”“Hoos
Bondan berkata dengan tersenyum tipis, “Sudahlah, jangan menangis lagi. Aku akan bantu kamu untuk lampiaskan emosimu!”Tiffany mengangkat kepalanya. “Kamu mau ngapain?”“Aku tidak peduli jika Johnson ingin menindas mantannya, tapi aku tidak bisa diam jika dia menindas calon istriku!” Bondan membungkukkan tubuhnya, lalu mencubit dagu Tiffany. “Semoga ini adalah terakhir kalinya kamu menangis demi lelaki berengsek itu. Kalau kamu membuatku malu lagi, jangan salahkan aku akan marah nantinya!”Kedua mata merah Tiffany menatap Bondan dengan dingin. Dia hanya menggigit bibirnya dan tidak berbicara lagi.…Semalam Sonia insomnia. Berhubung tidak ada kerjaan di pagi hari, dia pun tidak berencana untuk bangun pagi. Saat ini, Reza memasuki kamar, lalu meletakkan sepotong gaun panjang berwarna putih ke atas ranjang. Kemudian, dia pergi membuka tirai jendela.Cahaya matahari menyilaukan mata Sonia. Dia terpaksa membuka matanya.Reza duduk di samping ranjang, lalu berkata dengan tersenyum datar, “B
Sonia yang sedang menjilat sendoknya pun tertegun sejenak. Kemudian, dia menggeleng. “Tempat tinggal kami sekarang sangat dekat dengan rumah sakit. Agak efisien bagi Kelly untuk menjaga ibunya.”“Bukannya ibunya Kelly akan segera keluar dari rumah sakit? Kalau begitu, kamu pindah setelah dia keluar.”Sonia masih saja menolak. “Aku mesti tinggal bareng Kelly. Aku harus bantuin dia untuk jagain Yana.”Alasan ini membuat Reza tidak bisa membantah.Dengan kondisi Kelly saat ini, tidak mungkin dia masih bisa tinggal di rumah Jason lagi.Reza mengerutkan keningnya, terlintas ketidakberdayaan di matanya.…Johnson dan Jolin kembali ke kamar. Setelah Jolin selesai mandi, dia pun bersandar di dalam pelukan Johnson dengan mesranya. “Maaf, ya, aku hanya ingin sapa Nona Tiffany saja. Aku nggak sangka dia akan semarah itu.”Saat ini, Johnson menepuk-nepuk pundak Jolin berusaha untuk menenangkannya. Dia berkata dengan suara dingin, “Kamu tidak usah hirauin dia. Kelak kalau ketemu dia, langsung pergi
Johnson membaca sekilas daftar nama tim sepak bolanya. Kemudian, dia melihat Jolin dengan sangat bersemangat. “Si Aaron itu anggota tim sepak bola. Tak disangka, dia akan berkunjung ke sini, apalagi satu tim sama aku.”Jolin mengambil ponselnya, lalu memperlihatkan isi sebuah aplikasi kepada Johnson. “Ada taruhan! Hadiahnya 10 kali lipat dari nilai taruhan kita. Apa kita mau ikut taruhan?”Johnson segera melihat layar ponsel. Kedua matanya spontan berkilauan. “Aku satu tim dengan Aaron. Sudah pasti timku akan menang!”“Kalau begitu, kita ikut taruhan juga?” Jolin merasa kegirangan. “Aku ada uang 100 juta. Kita masukkan semua, ya!”“Uang beberapa juta mana seru? Kalaupun menang, kita cuma bakal dapat 1 miliaran saja!” Rasa serakah di hati Johnson pun tumbuh. Dia memeriksa saldo rekeningnya dan masih ada uang 6 miliar yang bisa digunakan.Johnson segera menghubungi manajer pembelian perusahaan, menyuruhnya mengirim dana 4 miliar kepadanya.Uang 4 miliar, ditambah dengan uang 6 miliar yan
Sonia berkata dengan bingung, “Kenapa si Jolin provokasi kamu?”Bukankah Jolin sudah berhasil merebut Johnson? Sesuai logika, seharusnya Jolin menghindari Tiffany, kenapa dia malah memprovokasi Tiffany?Tiffany tersenyum sinis. “Dia sengaja mau pamer sama aku. Sebelumnya, saat Johnson galau dalam memilih aku atau dia, ibunya Johnson tahu masalah Jolin, alhasil Jolin malah dipukul. Sampai saat ini, dia masih mengira semua itu karena hasutanku. Sekarang Johnson sudah menjadi miliknya. Tentu saja dia ingin memamerkannya!”Tetiba Sonia kepikiran sesuatu. Dia memalingkan kepalanya bertanya pada Reza, “Apa pertandingan bola ini diadakan Bondan secara mendadak?”Reza menjawab, “Seharusnya iya? Dia tidak pernah mengungkitnya.”Kali ini Sonia yakin Bondan sengaja melakukannya. Kalau begitu, mereka akan duduk diam menunggu pertunjukan seru!Tak lama kemudian, anggota dari dua tim sudah memasuki lapangan. Pertandingan bola ini memang diadakan secara mendadak, tetapi antusiasme para penonton tidak
“Oh, ya?” Celine berkata dengan nada bercanda, “Bukannya aku seharusnya dideskripsikan dengan kata sangat berkompeten? Atau asisten andal yang pintar dalam membantu pekerjaan Tuan Reza!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang berbeda dengan Celine hari ini.“Tentu saja! Tentu saja!” balas Iqbal dengan segera, “Kemampuan kerja asisten pribadi Tuan Reza pasti berbeda dengan asisten pada umumnya!”Para hadirin lainnya juga segera menimpali.“Sudah bertahun-tahun Nona Celine bekerja di sisi Tuan Reza. Kamu pasti sangat bisa diandalkan!”“Nona Celine bukan hanya berkompeten, tapi juga cantik sekali. Kami semua sungguh iri dengan Tuan Reza!”“Sepertinya hanya Tuan Reza saja yang sanggup mempekerjakan wanita cantik dan berbakat seperti Nona Celine!”…Ujung bibir Celine melengkung ke atas. Dia masih menunjukkan senyuman lembut di wajahnya.Reza tidak suka menghadiri acara jamuan malam, begitu pula dengan Celine. Namun malam ini, tiba-tiba dia merasa enak juga untuk menghadiri aca
Kase terus melangkah ke tempat duduk yang ditempati Sonia tadi. Dia duduk di hadapan kursi Sonia. Dia melihat Sonia hanya sempat menyesap setengah gelas minumannya, juga sepotong kue coklat yang belum sempat dimakannya. Saat Sonia menerima panggilannya tadi, Sonia pasti langsung bergegas ke istana untuk melindunginya.Kase menarik napas dalam-dalam. Hatinya terasa berat bagai ditimpa beban ratusan kilogram saja. Saking beratnya, dia pun merasa kesulitan untuk bernapas.Kase berkata kepada dirinya sendiri. Sonia hanyalah seorang wanita saja. Tidak seharusnya Kase terlalu memedulikannya. Hanya saja, sejak Sonia dibawa pergi tadi, hatinya mulai merasa tidak tenang.Tadi Rayden mengatakan dirinya ingin menggunakan Sonia sebagai objek penelitian, tidak akan membahayakan nyawanya. Namun, sebenarnya Kase paham, setelah memasuki gedung itu, Sonia tidak mungkin akan keluar lagi!Kase melihat kue coklat di atas piring. Seketika dia kepikiran dengan tatapan kecewa dan benci dari kedua mata Sonia.
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang
Kase tertegun sejenak. Namun, Sonia sudah berbalik dan naik ke lantai atas. Sambil minum isi gelasnya, pria itu merasa sedikit kesal. Dalam pikirannya, adakah orang di dunia ini yang lebih hebat darinya?Kase meremehkan pernyataan Sonia. Dia meyakini bahwa gadis itu sebenarnya hanya bucin. Hanya orang yang terlalu memuja cinta yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fakta.Bahkan, Kase sempat tergoda untuk meminta Sonia memanggil pacarnya agar mereka bisa membuktikan siapa yang lebih unggul.....Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seseorang dari pihak Winston datang menemui Kase dengan pesan bahwa Rayden telah kembali dan ingin bertemu dengannya untuk berdiskusi.Kali ini, Kase tidak lagi menolak. Dia mengajak Sonia untuk ikut bersamanya. Setibanya di sana, Sonia tetap menunggu di kafe yang sama seperti sebelumnya, sementara Kase mengikuti Winston melewati pintu putih besar hingga menghilang di dalamnya.Sonia sebenarnya penasaran ingin melihat seperti apa sosok Rayden yang mis
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike