Sonia yang sedang menjilat sendoknya pun tertegun sejenak. Kemudian, dia menggeleng. “Tempat tinggal kami sekarang sangat dekat dengan rumah sakit. Agak efisien bagi Kelly untuk menjaga ibunya.”“Bukannya ibunya Kelly akan segera keluar dari rumah sakit? Kalau begitu, kamu pindah setelah dia keluar.”Sonia masih saja menolak. “Aku mesti tinggal bareng Kelly. Aku harus bantuin dia untuk jagain Yana.”Alasan ini membuat Reza tidak bisa membantah.Dengan kondisi Kelly saat ini, tidak mungkin dia masih bisa tinggal di rumah Jason lagi.Reza mengerutkan keningnya, terlintas ketidakberdayaan di matanya.…Johnson dan Jolin kembali ke kamar. Setelah Jolin selesai mandi, dia pun bersandar di dalam pelukan Johnson dengan mesranya. “Maaf, ya, aku hanya ingin sapa Nona Tiffany saja. Aku nggak sangka dia akan semarah itu.”Saat ini, Johnson menepuk-nepuk pundak Jolin berusaha untuk menenangkannya. Dia berkata dengan suara dingin, “Kamu tidak usah hirauin dia. Kelak kalau ketemu dia, langsung pergi
Johnson membaca sekilas daftar nama tim sepak bolanya. Kemudian, dia melihat Jolin dengan sangat bersemangat. “Si Aaron itu anggota tim sepak bola. Tak disangka, dia akan berkunjung ke sini, apalagi satu tim sama aku.”Jolin mengambil ponselnya, lalu memperlihatkan isi sebuah aplikasi kepada Johnson. “Ada taruhan! Hadiahnya 10 kali lipat dari nilai taruhan kita. Apa kita mau ikut taruhan?”Johnson segera melihat layar ponsel. Kedua matanya spontan berkilauan. “Aku satu tim dengan Aaron. Sudah pasti timku akan menang!”“Kalau begitu, kita ikut taruhan juga?” Jolin merasa kegirangan. “Aku ada uang 100 juta. Kita masukkan semua, ya!”“Uang beberapa juta mana seru? Kalaupun menang, kita cuma bakal dapat 1 miliaran saja!” Rasa serakah di hati Johnson pun tumbuh. Dia memeriksa saldo rekeningnya dan masih ada uang 6 miliar yang bisa digunakan.Johnson segera menghubungi manajer pembelian perusahaan, menyuruhnya mengirim dana 4 miliar kepadanya.Uang 4 miliar, ditambah dengan uang 6 miliar yan
Sonia berkata dengan bingung, “Kenapa si Jolin provokasi kamu?”Bukankah Jolin sudah berhasil merebut Johnson? Sesuai logika, seharusnya Jolin menghindari Tiffany, kenapa dia malah memprovokasi Tiffany?Tiffany tersenyum sinis. “Dia sengaja mau pamer sama aku. Sebelumnya, saat Johnson galau dalam memilih aku atau dia, ibunya Johnson tahu masalah Jolin, alhasil Jolin malah dipukul. Sampai saat ini, dia masih mengira semua itu karena hasutanku. Sekarang Johnson sudah menjadi miliknya. Tentu saja dia ingin memamerkannya!”Tetiba Sonia kepikiran sesuatu. Dia memalingkan kepalanya bertanya pada Reza, “Apa pertandingan bola ini diadakan Bondan secara mendadak?”Reza menjawab, “Seharusnya iya? Dia tidak pernah mengungkitnya.”Kali ini Sonia yakin Bondan sengaja melakukannya. Kalau begitu, mereka akan duduk diam menunggu pertunjukan seru!Tak lama kemudian, anggota dari dua tim sudah memasuki lapangan. Pertandingan bola ini memang diadakan secara mendadak, tetapi antusiasme para penonton tidak
Aaron merangkul pundak Johnson. “Hei, kamu kuat juga!”Johnson menunjukkan senyuman terpaksa.Tim Bondan tidak tergolong sengaja melukai orang. Pertandingan pun dilanjutkan.Namun tak sampai 10 menit, bola kembali membentur kepala Johnson. Anggota tim Bondan pun diberi kartu kuning.Wajah Johnson tampak membengkak. Namun, dia masih berusaha untuk melanjutkan pertandingan.Perlahan-lahan, ada yang mulai menyadari kejanggalan. Selain gol pertama yang dicetak Bondan, tidak ada lagi yang mencetak gol. Johnson malah bagai sasaran semua orang saja. Dalam waktu 20 menit, bola malah melayang ke wajah dan kaki Johnson. Namun, juri masih saja tidak mencurigai tim Bondan.Saat ini, gerakan Johnson melambat lantaran sedang terluka. Kalau bukan dibentur bola, dia malah disenggol oleh anggota timnya sendiri. Meski luka sudah memenuhi tubuh Johnson, dia masih saja keras kepala ingin melanjutkan pertandingan.Semua orang sungguh terharu dengan kegigihan Johnson!Saat semua penonton merasa terharu, Jo
Saat Johnson berpacaran dengan Tiffany, Tiffany terlihat sangat gugup ketika didekatinya. Seolah-olah Johnson adalah seekor binatang buas saja. Itulah sebabnya Johnson mengira Tiffany sangatlah pemalu. Namun sekarang, Tiffany malah berciuman dengan seorang lelaki di hadapan semua orang!Johnson yang emosi itu pun jatuh pingsan di tempat. Dia langsung digotong oleh orang-orang.Di area penonton, Jolin langsung berdiri lantaran syok. Dia mengira dirinya sudah mengalahkan Tiffany. Namun, siapa lelaki itu?Tadi Jolin sempat memperhatikan lelaki berbadan kekar dan berwajah tampan itu. Jangan-jangan dia adalah kekasihnya Tiffany?Bukankah Tiffany sangat mencintai Johnson? Kenapa dia malah sudah berganti haluan berpacaran dengan lelaki setampan dan seunggul ini?Beberapa saat kemudian, Bondan baru melepaskan Tiffany. Jari tangannya mengusap ujung bibir Tiffany. Dia menatap kedua mata Tiffany yang mulai merona, lalu berkata dengan tersenyum tipis, “Aku sudah membantumu untuk melampiaskan amara
Hari pun sudah siang setelah selesai pertandingan. Anggota tim Bondan sedang makan bersama.Di dalam ruangan yang luas ini, Jason, Yusa, dan yang lainnya sudah tiba. Ada juga Bondan dan anggota tim yang memenangkan pertandingan.Para anggota tim ini dipilih dari para pengunjung. Ada beberapa yang dikenali Bondan. Mereka semua bersulang, mulai berkenalan dengan satu sama lain. Saat Reza keluar untuk menelepon, Jason duduk di samping Sonia, lalu bertanya, “Apa Yana baik-baik saja? Apa dia terkejut waktu itu?”Sonia tersenyum lembut. “Nggak, kok. Yana itu anaknya pemberani.”Jason mengangguk. “Iya, anak itu memang sangat pemberani ….”Sama seperti ibunya.Tetiba Jason terdiam sejenak, baru bertanya, “Kapan mereka pergi?”Sonia membalas, “Awalnya mereka berencana pergi setelah pernikahan kakaknya Kelly. Sekarang Kelly memutuskan untuk pergi setelah ibunya keluar dari rumah sakit.”Tatapan Jason menjadi muram. “Gara-gara aku?”Sonia terdiam sejenak, baru membalas, “Bukan, karena pihak seko
“Sst!” Sonia melakukan sebuah isyarat tangan, lalu melirik sekeliling. “Misi? Kamu nggak mau tunangan sama Frida?”Johan tertegun sejenak. Dia masih saja meraih pergelangan tangan Sonia. “Kita bisa ambil misi yang jangka waktunya pendek. Pokoknya aku ingin menjalankan misi!”“Setelah kalian tunangan nanti!”“Serius?”“Emm, serius!”“Boleh juga!” Seketika Johan menjadi kegirangan. “Jangan lupakan aku, ya!”“Uhuk!”Terdengar deham ringan dari belakang mereka berdua. Johan dan Sonia memalingkan kepala dengan serempak, lalu tampak Reza sedang berjalan ke sisi mereka. Tatapannya sedang tertuju pada tangan Johan yang sedang meraih lengan Sonia.Namun, Johan tidak melepaskannya. “Kak Reza, apa kamu juga cemburu dengan hubungan aku dan Bos?”Reza langsung menepis tangan Johan. “Aku bahkan cemburu dengan wanita. Apa kamu tidak tahu?”Johan sungguh terkejut dengan sikap dominan Reza. Kedua matanya terbuka lebar. Dia pun tidak bisa berkata-kata.…Semua orang kembali duduk. Sonia mengamati sekeli
Betul! Jolin sedang menggoda Bondan! Dia pasti sudah mengincar Bondan sejak pertandingan sepak bola. Jolin bahkan sengaja mengganti pakaian dan merias wajahnya, lalu menunjukkan ekspresi sedihnya. Dia yakin semua lelaki akan termakan dengan sikapnya ini.Pasti Jolin juga menggunakan cara itu untuk menggoda Johnson sebelumnya?Si Johnson sungguh kasihan. Padahal dia yang cedera parah sedang berbaring di atas ranjang, sekarang wanita yang paling lembut dan lugu di hatinya itu malah pergi menggoda lelaki lain. Semua ini terasa sangat lucu bagi Tiffany!Bondan pernah bertemu dengan banyak wanita. Mana mungkin dia tidak bisa membaca apa yang ada di benak Jolin? Bondan pun berkata dengan datar, “Berhubung Johnson menghasutmu, kamu seharusnya pergi cari Johnson!”Kali ini Jolin sungguh syok. Dia segera mengeluarkan nada bicara tegas berlagak sangat berpendirian. “Aku memang lagi berpacaran sama Johnson, tapi aku nggak pernah pakai uangnya sama sekali. Uang 100 juta itu adalah tabungan dari ha
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m