Si lelaki juga menyadari keberadaan Tiffany. Matanya spontan disipitkan. Nada bicaranya juga sangat tidak bersahabat. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”Tiffany tersenyum dingin. “Kalian saja boleh ke sini, kenapa aku nggak boleh ke sini?”“Tentu saja boleh!” balas si lelaki dengan ekspresi sinis.Wanita di samping lelaki merangkul lengan si lelaki dengan erat. Dia pun berkata dengan mengerutkan keningnya, “Johnson, dia Nona Tiffany, ya?”Johnson membalas dengan ketus, “Benar.”Si wanita mengamati sosok Tiffany, lalu berkata pada Johnson dengan tersenyum, “Ternyata kamu bohong sama aku. Kamu bilang Nona Tiffany jelek banget, nggak jago berpakaian dan juga berdandan, bagai upik abu saja. Jelas-jelas Nona Tiffany orangnya cantik sekali!”Johnson kembali tersenyum sinis. “Apa cantik? Kenapa aku merasa dia yang sekarang masih sama dengan sebelumnya? Seperti patung saja, tidak menarik!”Kedua orang saling menyindir. Setiap ucapan yang dilontarkan sedang menghina Tiffany. Raut wajahnya seketika
Sonia menggeleng. “Nggak kenapa-napa. Kamu lanjutkan saja!”Tiffany meneguk bir lagi. “Waktu itu, aku mencintainya hingga kehilangan jati diriku. Aku bahkan kehilangan kemampuan untuk berpikir, hanya kepikiran untuk berkorban. Kami pacaran selama satu tahun. Waktu itu, dia ketemu kembali dengan wanita yang disukainya sewaktu kuliah dulu. Wanita itu lembut, pengertian, dan manja. Sosoknya sangatlah meluluhkan hati Johnson. Meskipun aku sudah berlagak untuk lembut, aku juga nggak bisa menandinginya.”“Pernah sekali, lampu di rumah kontrakannya putus. Johnson pergi ke rumahnya di tengah malam hanya untuk menggantikan bola lampu. Saat di sakit, Johnson pun langsung mengantar obat di tengah hujan deras. Wanita itu mengatakan memasak sup untuk Johnson, dia pun pergi ke sana khusus untuk minum sup, hingga melupakan janji kencannya sama aku.”“Kemudian aku merasa dia semakin acuh tak acuh terhadapku, semakin nggak sabaran juga. Tapi aku masih nggak ingin melepaskan hubungan ini. Berkali-kali a
Reza menyadari perubahan ekspresi Sonia. Dia mengikuti arah pandangnya, lalu memiringkan tubuhnya untuk mengadang pandangan Sonia. “Tenang saja, Jason tidak suka dengan Kiara.”Kiara sangatlah keras kepala saat mengejar Jason. Dia sudah mengejar selama dua tahun. Seandainya Jason menyukai Kiara, mereka pasti sudah bersama dari dulu.Sonia menunduk sembari membalas dengan datar, “Nggak suka, tapi mereka masih saja bisa mengobrol ria.”Reza segera bersumpah. “Aku tidak pernah.”“Nggak pernah?” Sonia mengangkat-angkat alisnya. Tatapannya seketika menjadi dingin. “Seharusnya masih bisa ditemukan foto kamu dengan Thalia di internet.”Nada bicara Reza terdengar agak kesal. “Siapa suruh kamu tidak pulang-pulang?”Sonia terbengong sejenak, lalu menatap kedua mata tajam si lelaki. Detak jantungnya kembali berdegup kencang. Sonia segera memalingkan kepalanya, lalu membalas dengan datar, “Aku kembali juga bukan karena kamu!”“Aku tahu. Kamu tidak merindukanku sama sekali.” Reza sangatlah serius.
“Gimana kalau aku bantu kamu untuk lampiasin emosimu?” Bondan tersenyum.Mata Tiffany seketika berputar. Dia tidak tahu apa yang ingin dilakukan Bondan, tapi Bondan pasti sedang memendam niat buruk. “Tidak usah. Aku dan dia tidak ada hubungan. Kelak kita nggak perlu saling mengganggu.”Bondan tersenyum dengan lembut. “Pokoknya kamu buka mulut saja kalau butuh bantuanku.”“Terima kasih!” ucap Tiffany dengan acuh tak acuh.“Tidak usah sungkan! Namanya juga suami istri. Sudah seharusnya kita menghadapinya bersama. Membantumu sama saja dengan membantuku,” balas Bondan dengan tersenyum.Tiffany memelototinya. “Suami istri? Sepertinya semuanya masih terlalu awal.”“Gimana kalau kita wujudkannya malam ini?” Bondan tersenyum lembut. Meskipun demikian, dia tidak kelihatan sedang menggoda Tiffany.Wajah Tiffany seketika merona. “Mimpi sana!”Awalnya Bondan sedang bercanda. Ketika menyadari wajah Tiffany malah merona, dia merasa Tiffany sangatlah imut. Hanya saja, dia tidak menggombali Tiffany la
Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang aneh dengan nada bicara Sonia. Dia tidak berbicara, melainkan menunggu lanjutan Sonia.Nada bicara Sonia terdengar sangat serius. “Kita jangan bertengkar lagi. Beri aku sedikit waktu. Biarkan aku mempertimbangkan hubungan kita.”Reza menatap Sonia dalam waktu lama. Beberapa saat kemudian, Reza baru berbicara, “Masih ada simpul di dalam hatimu. Aku akan bantu kamu untuk membuka simpul itu.”Sonia menunduk, lalu tampak si lelaki sedang membuka kancing kemejanya dengan perlahan. Reza mencondongkan tubuhnya memeluk Sonia, lalu berbisik di samping telinganya, “Aku tahu, kamu telah membangun tembok di hatimu. Semua ini salahku. Aku sudah melukaimu. Aku akan terus mendekatimu. Aku juga berharap kamu bisa mendekatiku dengan perlahan. Kita robohkan tembok itu bersama, oke?”Sonia menatap Reza sekilas, lalu mengangguk. “Oke!”Mereka berdua saling berpelukan. Tidak ada yang bergerak sama sekali. Beberapa saat kemudian, Sonia mendorong Reza, lalu
Jason sudah kembali ke kamarnya. Saat hendak tidur, dia menerima panggilan dari Kiara.“Tuan Jason, shower di kamarku rusak. Bisa bantu aku lihatin bentar, nggak?”Jason tersenyum, lalu membalas dengan tersenyum datar, “Kamu bisa cari pihak hotel. Kalau tidak, kamu bisa ganti kamar lain.”“Sudah jam segini, tukang reparasi juga sudah tidur, ‘kan? Lagi pula, kamar hotel sudah penuh hari ini. Mana mungkin dapat ganti kamar?” balas Kiara dengan nada manja.Jason melanjutkan dengan datar, “Kalau begitu, aku juga tidak berdaya. Terpaksa kamu tidak usah mandi.”“Tapi aku keringatan. Mana mungkin aku bisa tidur tanpa mandi?” Kiara terhenti sejenak. “Gimana kalau aku mandi di kamarmu? Aku akan pergi setelah mandi. Apa aku akan merepotkanmu?”Jason membalas dengan santai, “Oke, kamu kemari saja.”“Aku akan pergi sekarang. Kamu tunggu aku!” Nada bicara Kiara sangatlah genit.Setelah panggilan diakhiri, Jason meletakkan ponselnya di samping sembari tersenyum tipis.Tak lama kemudian, bel kamar be
“Sebelum aku marah, aku sarankan kamu untuk kembali ke asalmu.” Raut wajah Jason berubah muram. “Aku benci wanita yang tidak tahu diri!”Kiara sungguh terluka dengan ucapan itu. Dia berdiri dengan canggung, lalu berjalan pergi. Namun, rasa tidak puas masih saja menempel di hati Kiara. Dia kembali memalingkan kepalanya, lalu bertanya, “Aku sangat memperhatikanmu. Biasanya kamu suka gonta-ganti pasangan. Tapi kamu malah nggak berpacaran selama dua tahun ini? Bukankah kamu melakukannya demi aku?”Jason membalas dengan sinis, “Kamu sudah berpikir kebanyakan!”Tubuh Kiara seketika gemetar. Sejak kemunculan Kiara, tidak kelihatan ada wanita mana pun di sisi Jason. Dia mengira semua ini karena kemunculannya. Jangan-jangan Kiara sudah berpikir kebanyakan?“Maaf, sudah mengganggu waktu istirahatmu!” Kiara menggigit bibirnya, lalu berjalan pergi.Pintu ditutup. Kemudian, Jason kembali menyalakan rokok. Tatapannya seketika menjadi muram.Apa Jason tidak memiliki wanita selama dua tahun ini? Dia b
Tiffany mengangkat-angkat pundaknya. “Jangan! Posisi sekarang adalah posisi paling bagus!”Bondan menuangkan segelas anggur merah untuknya. “Meskipun aku bukan orang yang setia, aku juga tidak pernah selingkuh. Tenang saja, selama aku bertunangan denganmu, aku tidak akan memiliki hubungan tidak jelas dengan wanita lain. Tadi aku hanya mengobrol sebentar dengan mantanku.”Tiffany menatap Bondan dengan kaget.Kening Bondan tampak berkerut. “Tatapan apa itu?”“Mantanmu masih saja nggak bisa melupakanmu. Itu berarti kamu orangnya cukup baik!” balas Tiffany.Baru saja Bondan hendak tersenyum, tetiba dia merasakan ada yang aneh. Dia segera melirik Tiffany. “Kamu lagi menyindirku?”“Nggak, kok!” Tiffany segera menggeleng. “Aku sudah nggak pernah berhubungan dengan mantanku, hubungan kami malah seperti musuh saja. Jadi, masih bisa berhubungan dengan baik setelah putus, menandakan kamu itu orangnya sangat baik!”Tiffany bahkan mengacungkan jempol ke sisi Bondan.Jujur saja, Bondan juga tidak ta
Morgan mengangguk. “Aku datang ke Istana Fers untuk menghancurkan virus penyakit itu. Selain itu, yang paling penting adalah untuk menyelidiki Rayden!”Mereka berdua duduk di sofa. Reza bertanya, “Apa Rayden kenal sama kalian? Apa dulu dia itu anggotamu?”Morgan mengangguk. “Aku juga curiga. Sebelumnya aku sudah menghabisi beberapa bawahannya. Semuanya ada hubungannya sama dia. Dia sangat mengenal orang-orang di sekelilingku, juga mengetahui beberapa rahasia di dalam organisasi. Jadi, keberadaannya cukup mengancam!”Reza tersenyum dingin. “Sudah pasti. Apa ada yang kamu curigai?”Morgan menggeleng. “Tidak ada. Anggotaku tidak akan mengkhianatiku, hanya ada beberapa orang yang sudah meninggalkan organisasi saja. Aku juga sudah menyelidiki mereka, tidak ada satu pun yang sesuai dengan kriteria Rayden. Jadi, aku baru kepikiran untuk menyelidikinya sendiri. Entah siapa dia sebenarnya?”Kening Reza berkerut. “Aku semakin khawatir kalau dia menargetkan Sonia!”Morgan berkata, “Sementara ini
Reza tersenyum tipis. “Karena kamu adalah yang pertama kubawa ke sini. Tentu saja mereka beranggapan kamu itu istriku!”Langkah kaki Reza berhenti. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Sonia. “Tidak peduli aku itu Tuan Reza atau Raja Bondala, kamu adalah satu-satunya!”Sonia menatapnya. “Apa dulu kamu nggak pernah suka wanita?”Reza terdiam membisu. Dia langsung menggendong Sonia, menelusuri ruang tamu yang megah dan penuh dengan seni, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa kamu lapar? Kalau kamu tidak lapar, sekarang aku bisa buktikan kepadamu betapa aku menyukai wanita … wanitaku!”Sonia yang berada di dalam pelukan Reza membalikkan tubuhnya dengan lincah. Kedua kakinya melingkari pinggang Reza. Dia berkata dengan merangkul pundak Reza. “Kamu nggak usah buktikan. Cahaya matahari sebagus ini. Kita duduk di pekarangan saja.”Reza menatap pekarangan di luar jendela, lalu mengangguk. “Oke, hari ini kamu bebas melakukan apa pun. Aku akan mendengar semua keinginanmu!”Reza tidak menurunk
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u
Dari sudut pandang Reza, kebetulan dia bisa melihat daun telinga merah Sonia. Sonia kelihatan sangat imut.Theresia menggigit bibirnya dan tidak bertanya lagi.Mereka berjalan ke dalam lift, lalu naik ke lantai atas. Saat berjalan di depan bar, pintu dibuka. Selain Kase, semua orang merasa kaget.Kase menyuruh orang untuk mengganti bar menjadi aula perjamuan. Aula itu diselimuti dengan gaya hutan hujan tropis, berbagai tanaman hijau tropis memenuhi ruang seluas ribuan meter persegi. Di bawah pencahayaan bar sebelumnya, lampu berwarna-warni tersembunyi di balik tanaman tinggi, memancarkan cahaya melalui bayangan dedaunan ke langit-langit. Efek cahaya yang berkilauan menciptakan suasana segar dan magis, tetapi tetap hangat dan semarak, memberikan efek visual yang luar biasa. Tempat yang dulunya penuh dengan kebisingan dan kemewahan yang kacau, kini berubah menjadi cerah dan bersih.Terdapat banyak orang di dalam bar mengenakan gaun pesta yang anggun dengan riasan yang elegan. Mereka ber
“Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi
Dania, Pretty, dan yang lain bertanya kapan Sonia akan kembali?Sonia memberi tahu mereka bahwa dia akan segera kembali!Setelah meletakkan ponsel, Sonia mengganti pakaiannya untuk meninggalkan tempat.Saat memasuki lantai B12, Tensiro dan wanitanya sedang berciuman di sofa.Meskipun Sonia masuk, mereka berdua juga tidak bermaksud untuk berhenti. Sonia melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelayan. Dia tidak memperhatikan majikannya, hanya fokus dalam membersihkan kamar.Ruangan di lantai bawah tanah ini tidak berdebu sama sekali. Tidak ada yang perlu dibersihkan. Sonia pergi ke kamar untuk membereskan pakaian ganti wanita itu. Pada saat ini, mereka berdua yang berada di dalam ruang tamu telah mengambil alkohol. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi memancing ikan.Sonia pergi membersihkan ruang baca. Komputer sedang dalam keadaan dibuka. Gambar layar yang ditampilkan adalah rasi bintang Biduk. Di tengah luasnya langit malam, hanya bintang-bintang Biduk yang bersinar paling terang.So
Sonia menerima panggilan video. Dia langsung menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kakek!”Sekarang cuaca di Kota Atria kelihatan cerah. Jemmy pun berkata dengan tersenyum, “Selamat ulang tahun!”Sonia tersenyum. “Terima kasih, Kakek!”“Mengenai hadiah ulang tahunmu, aku dan kakakmu sudah mempersiapkannya. Kami letakkan di kamarmu. Tadi Indra dan Arkas bilang siang hari makan mie ulang tahun untuk merayakan ulang tahun buat kamu.”“Dia lagi berpikir variasi apa yang bisa dia buat untuk mie ulang tahun kali ini, biar kamu bisa ingin memakannya ketika melihatnya. Kalau kamu ingin makan, bisa jadi kamu akan segera terbang ke sini,” ucap Jemmy dengan tersenyum. “Semua ini pasti ulah Arkas.”Hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih untuk Pak Arkas dan juga Kakek Indra.”“Apa kamu masih di Mirlan? Kapan kamu pulangnya?” tanya Jemmy.“Aku akan pulang dalam beberapa hari ini. Aku akan pulang untuk menemanimu!” balas Sonia dengan tersenyum santai.“Apa hari ini ada yang merayakan ulang tahun buat k
Tadinya Sonia mengira, seiring berjalannya waktu, efek samping dari obat itu akan berkurang. Namun setelah dilihat sekarang, sepertinya tidak demikian.“Jangan! Aku yang menyebabkanmu menjadi seperti ini!” Terlintas rasa sakit hati dan bersalah di dalam mata Kase. Dia menatap Sonia dalam-dalam, lalu membuka pintu berjalan meninggalkan tempat.Setelah Kase pergi, Sonia kembali mengenang kembali mimpi semalam. Dia tetap saja tidak bisa kepikiran apa pun. Hanya saja, seharusnya Sonia telah mimpi semalam.Sampai saat ini, rasa gelisah dan sakit masih terbayang di dalam benak Sonia. Rasa pesimis yang tidak terdeskripsikan telah menguasai benaknya saat ini. Tiba-tiba Sonia kepikiran kenapa Rayden bisa melepaskannya dengan semudah ini? Apa benar hanya karena Kase dan Bondala? Apa Rayden masih sedang mengontrol dirinya?Sonia kembali berbaring di atas ranjang. Dia meringkuk, tidak bisa meluapkan rasa lara di hatinya. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya keluar dari perasaan ini? Dia hanya mer
Sebentar lagi sudah subuh, Reza membuka ponselnya. Dia sedang melihat jam, tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu membuka sistem yang terhubung dengan kalung Sonia. Suhu tubuh dan detak jantung Sonia tidak berada di kondisi normal.Kening Reza sedikit berkerut. Apa Sonia melepaskan kalungnya lagi?Sebelumnya Reza menyadari Sonia akan melepaskan kalung itu saat sedang tidur. Reza juga pernah mempertanyakan masalah itu. Sonia mengatakan tidaklah nyaman untuk mengenakan sesuatu di saat sedang tidur.Hanya saja, meski Sonia sedang tidur, Reza juga bisa merasakan detak jantungnya. Siapa suruh saat ini Sonia tidak berada di dalam pelukannya.Reza mengendus ringan. Setelah waktu menunjukkan pukul 12, dia mengirim pesan kepada Sonia.[ Istriku, selamat ulang tahun! ]…Keesokan harinya, sama seperti biasanya, saat hampir mendekati pukul sembilan pagi, Sonia dibangunkan oleh Kase.Kali ini, agak sulit untuk membangunkan Sonia daripada biasanya. Saat Sonia bangun, dia malah kelihatan linglung.“