Acara amal diselenggarakan di hari Sabtu malam.Sewaktu Thalia yang mengenakan gaun GK menampakkan diri, tatapan semua orang spontan tertuju ke dirinya.Thalia berdiri beberapa saat di karpet merah sembari memasang pose. Saat foto bersama, Thalia pun diatur untuk berdiri di posisi tengah. Acara amal masih belum berakhir, nama Thalia pun sudah menjadi berita hangat pada malam hari itu.Para penggemar Thalia memuji betapa indahnya penampilan idola mereka! Bahkan, para selebgram juga ikut memuji gaun yang dikenakan Thalia. Mereka memuji gaun itu sangatlah modis. Selera Thalia semakin bagus saja. Saat diwawancara, para reporter mengerumuni di hadapan Thalia.“Nona Thalia, kapan sinetron Pak Teddy akan ditayangkan? Bisakah beri kami sedikit bocoran?”“Nona Thalia, beberapa waktu lalu, kamu dan Pak Reza sempat dipergoki di rumah sakit. Dengar-dengar Pak Reza terluka karena kamu? Apa kamu bisa menceritakan masalah itu?”“Nona Thalia, dengar-dengar kamu dan Pak Reza akan segera bertunangan? A
“Kebanyakan adalah produk perawatan kulit, ada juga dua merek kosmetik. Aku memilih beberapa merek yang lebih bagus, lalu berencana berembuk dengan mereka. Mengenai masalah harga, tentu saja nggak boleh lebih rendah daripada Hazel. Sekarang kamu sudah semakin tenar saja!” Inilah pemikiran Millie.Thalia berkata dengan tersenyum, “Emm, kamu atur saja, aku percaya sama kamu!”Senyuman di wajah Millie semakin lebar lagi. “Oke, kamu juga sudah capek seharian. Kamu istirahat dengan baik. Besok pagi kamu masih ada syuting!”“Tenang saja, aku syutingnya besok siang. Aku bisa tidur lebih siang!”“Tetap saja, cepat tidur sana. Kamu mesti jaga kesehatan!”“Oke, selamat malam!”Thalia meletakkan ponselnya, lalu menuangkan segelas anggur merah untuk dirinya sendiri. Dia sungguh gembira saat ini. Dia sungguh puas dengan hasil akhir ini!Thalia tidak sanggup menahan rasa gembiranya. Dia memilih foto tercantiknya, lalu mengirimkannya kepada Reza.Kemudian, Thalia menghabiskan minumannya sembari menat
Orang yang paling mempermasalahkan masalah gaun adalah penggemar dari artis lain. Semua itu karena Thalia menuai pujian banyak reporter, alhasil artis idola mereka pun diinjak-injak. Jadi, boleh dikatakan bahwa dia telah menyinggung banyak artis.Penggemar Thalia juga terus meminta penjelasan dari Thalia.Millie berkata, “Kita mesti memberi balasan kepada penggemar. Kalau nggak, citramu pasti akan hancur!”Citra seorang artis sangatlah penting. Jika citra Thalia hancur, dia pasti akan diinjak-injak oleh banyak orang. Akan sangat sulit bagi Thalia untuk bisa bangkit kembali.Thalia sudah kehabisan akal. “Apa yang harus aku jelaskan?”“Biar aku pikir dulu!” Millie berusaha menenangkan dirinya, lalu berkata dengan serius, “Kita cukup bilang gaun itu disponsori oleh GK. Gaun itu memang adalah hasil desain King. Kamu nggak lagi berbohong.”Thalia mengangguk dengan panik. “Oke, kamu bantu aku untuk unggah ke Instagram. Jelaskan seperti yang kamu katakan tadi.”Satu jam kemudian, Millie mengu
Tidak ada hasil dari pembicaraan Millie dengan anggota GK. Millie pun mengakhiri panggilan dengan emosi tinggi.Thalia semakin panik lagi. Dia tidak berani melihat media sosial, hanya menunggu kabar dari Millie saja.Millie sedang berembuk dengan perusahaan. Kemudian, mereka memutuskan Thalia tidak melakukan balasan apa-apa. Postingan GK tidaklah menguntungkan bagi Thalia, hanya saja dari hasil klarifikasi mereka, dapat diketahui bahwa gaun itu adalah hasil desain King.Thalia juga tidak tergolong sedang berbohong. Paling-paling hanya ingin meningkatkan popularitasnya dengan nama King saja.Dengan adanya kendali dari pihak perusahaan, ditambah lagi dengan pembelaan dari penggemar setia Thalia, seharusnya berita ini tidak akan seheboh tadi lagi.Hanya saja, bagaimanapun ceritanya, citra Thalia sudah mulai hancur.Para awak media sedang berjongkok di luar sana. Thalia juga tidak berani untuk keluar. Dia melampiaskan amarah ke diri Millie, menyalahkan ide buruk yang dikeluarkan Millie. Ji
Waktu satu minggu telah berlalu. Tiba-tiba turun hujan di sore hari. Syuting hari ini berakhir lebih awal. Sonia tiba di rumah sekitar pukul tiga sore.Sonia pergi menemani Yana sejenak. Setelah Kelly pulang, mereka berdua pun masak bersama. Saat langit mulai menggelap, Sonia baru kembali ke lantai atas.Baru saja Sonia menaiki tangga, dia menerima pesan masuk dari Darren.[ Sonia, kamu ke Altena sekarang. ]Sonia membalas. [ Ada masalah apa? ]Beberapa saat kemudian, Darren baru mengetik.[ Ada pendatang baru di lokasi syuting. Kamu datang untuk kenalan sama pendatang baru. Pak Teddy dan yang lain juga lagi di sini. ]Kemudian, Darren mengirim nomor ruangan kepada Sonia.Sonia melihat jam di layar ponsel, lalu membalas.[ Aku akan tiba sekitar setengah jam. ]Darren mengetik.[ Oke, aku tunggu. ]Sonia juga tidak mengganti pakaiannya. Dia masih mengenakan kemeja dengan celana jeans yang dipakainya tadi pagi. Kemudian, dia menggantung ranselnya berjalan pergi.Sekitar pukul sembilan m
Tanpa ragu, Sonia langsung menendang daun pintu. Namun, Darren malah menyeretnya ke belakang. Sonia refleks tertarik ke belakang. Pintu tidak berhasil terbuka.Darren juga bukan sengaja. Dia hanya tidak sanggup menstabilkan langkahnya saja.Sonia yang ditarik ke belakang itu tidak sengaja mengisap asap. Kemudian, Sonia kembali menahan napasnya.Tentu saja Sonia tahu kondisi saat ini sedang tidak bagus. Dia segera menendang pintu, tetapi semuanya telah terlambat. Entah apa yang telah dihirup Sonia, tubuhnya menjadi lemas. Dia bagai orang yang disuntik obat bius saja, kehilangan seluruh tenaganya.Sonia masih terus menendang pintu. Hanya saja, pintu tidak bergerak sama sekali.Di luar ruangan, tendangan pertama Sonia tadi mengejutkan mereka semua hingga semuanya tertegun di tempat.Hardy mengerutkan keningnya melihat ke sisi Thalia. “Sebenarnya apa yang lagi kamu lakukan?”Thalia menyuruh para wanita pendamping meninggalkan ruangan. Saat ini, hanya tersisa dirinya, Liana, dan Hardy di da
Liana bertanya, “Apa kita pergi sekarang?”“Ngapain pergi? Pertunjukan baru dimulai. Apa kamu nggak ingin lihat?” Thalia duduk di sofa. Terlintas ekspresi sinis di wajahnya.“Tentu saja mau!” balas Liana dengan antusias tinggi. Dia menuangkan segelas anggur kepada Thalia. “Sebelumnya kita sudah pasang kamera di dalam sana, kita bisa menyaksikannya dari ponsel.”Thalia berkata dengan tersenyum, “Kita juga bisa dengar secara langsung!”Begitu ucapan dilontarkan, tetiba pintu ruangan didobrak. Lelaki berbadan tinggi melangkah masuk. Tampak Robi, Romi, dan yang lain di belakangnya.Senyuman di wajah Thalia menjadi kaku. Saking kagetnya, dia langsung berdiri. “Pak Reza!”Reza melirik ke dalam ruangan, lalu berkata dengan tersenyum sinis, “Di mana Sonia?”Thalia berlagak tidak mengetahui apa-apa. “Sonia nggak ada di sini!”Reza melirik pintu di ujung ruangan, lalu melangkahkan kaki panjangnya.Thalia hendak menghalangi langkah Reza, tetapi langkahnya dihalangi oleh Robi.Wajah Robi tampak sa
Thalia menjerit keras, “Apa yang ingin kalian lakukan? Reza!”“Reza, kembali!”Reza menggendong Sonia membawanya meninggalkan ruangan.Romi memberi isyarat tangan kepada bawahannya. Bawahannya langsung berjalan ke sisi Liana dan juga Thalia. Tak peduli bagaimana mereka meronta, bawahan menggeledah tubuh Liana, lalu menemukan sebungkus bubuk putih di dalam plastik transparan. Robi menuangkan tiga gelas anggur, lalu menuangkan bubuk putih ke dalam gelas.Robi mengelola bisnis pelabuhan Keluarga Herdian. Biasanya dia sering berinteraksi dengan orang kaya yang sopan dan juga preman yang licik. Dia pernah bertemu dengan banyak jenis orang dan juga pernah mengalami banyak hal. Jadi, dia tidak luluh ketika mendengar suara jerit minta ampun Thalia maupun Liana. Dia menyerahkan minuman itu ke hadapan kedua wanita.Bawahan Robi masing-masing mengangkat segelas anggur, lalu berjalan ke sisi Thalia, Liana, dan juga Hardy yang sedang berada di dalam ruangan. Pada saat yang sama, Darren pun dibawa
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m