Thalia menjerit keras, “Apa yang ingin kalian lakukan? Reza!”“Reza, kembali!”Reza menggendong Sonia membawanya meninggalkan ruangan.Romi memberi isyarat tangan kepada bawahannya. Bawahannya langsung berjalan ke sisi Liana dan juga Thalia. Tak peduli bagaimana mereka meronta, bawahan menggeledah tubuh Liana, lalu menemukan sebungkus bubuk putih di dalam plastik transparan. Robi menuangkan tiga gelas anggur, lalu menuangkan bubuk putih ke dalam gelas.Robi mengelola bisnis pelabuhan Keluarga Herdian. Biasanya dia sering berinteraksi dengan orang kaya yang sopan dan juga preman yang licik. Dia pernah bertemu dengan banyak jenis orang dan juga pernah mengalami banyak hal. Jadi, dia tidak luluh ketika mendengar suara jerit minta ampun Thalia maupun Liana. Dia menyerahkan minuman itu ke hadapan kedua wanita.Bawahan Robi masing-masing mengangkat segelas anggur, lalu berjalan ke sisi Thalia, Liana, dan juga Hardy yang sedang berada di dalam ruangan. Pada saat yang sama, Darren pun dibawa
Pikiran Reza seketika menjadi kacau. Wanita yang dirindukannya selama dua tahun ini akhirnya muncul di hadapannya. Pakaiannya sedang dalam keadaan terbuka. Wajahnya juga tampak sangat merona. Sepertinya Sonia sedang menunggu Reza untuk menenangkannya. Bagaimana Reza bisa menahan diri?Reza memeluk Sonia dengan erat, lalu berpesan, “Pergi ke Imperial Garden.”“Baik!” balas sopir dengan segera.Reza terpaksa menahan Sonia, lalu menaikkan pakaian Sonia sembari menenangkannya. “Sayangku, jangan buru-buru. Tunggu sebentar lagi.”Sonia masih menempelkan wajahnya di depan dada Reza. Dia meremas pakaian Reza dengan erat, lalu berkata dengan suara serak, “Reza, aku sedih sekali!”“Aku tahu!” Tatapan Reza sangatlah tajam. Dia mengusap wajah Sonia dengan lembut. Betapa inginnya Reza menggantikan Sonia untuk menerima penderitaannya saat ini.“Kamu nggak tahu!” Sonia memejamkan matanya sembari menggeleng dengan perlahan. “Kamu bilang kamu akan selalu mencintaiku, tapi kamu malah minta putus! Saat a
“Nggak, nggak pernah!”“Bagus!”Lampu di dalam kamar tidak dinyalakan. Waktu satu jam telah berlalu, hujan mulai mengguyur di saat pukul tiga subuh.Cuaca dingin menghilangkan hawa panas di tubuh mereka berdua. Suasana di dalam kamar terasa sangat menyenangkan.Saat Sonia mendengar adanya suara rintik hujan, dia merasa dirinya sedang berhalusinasi. Dia juga mengabaikan semua itu.Hujan semakin deras saja. Saat matahari hampir terbit, hujan baru mulai mereda. Sonia mendengar suara gerimis. Pada akhirnya, dia baru memejamkan matanya. Dia sungguh capek saat ini.Sonia memimpikan masa kecilnya. Dia bermimpi dirinya diomeli oleh ibu asuhnya. Kemudian, ibu asuhnya menusuk jari tangannya dengan jarum hanya karena dirinya tidak sengaja menjatuhkan mainan adiknya.Sonia tidak berani menangis. Sebab, jika dia menangis, ayah asuhnya akan menendangnya.Tendangan lelaki dewasa membuat Sonia sangat kesakitan. Rasanya di ambang kematian sangatlah menakutkan.Tetiba pintu gerbang terbuka. Seorang lela
Tubuh Sonia menempel di balik kaca jendela. Rasa dingin itu membuat Sonia mulai menyadarkan dirinya. Sekarang mereka sedang berada di lantai 30. Semuanya terasa sangat familier bagi Sonia.Tetiba Sonia kepikiran dengan kejadian beberapa tahun silam. Hanya saja, semuanya terasa bagai mimpi saja.Cahaya matahari siang menyinari wajah tampan Reza. Reza hanya mengenakan kemeja putih yang longgar. Pundak lebar Reza telah dipenuhi dengan bekas merah. Dia kelihatan semakin menggoda saja.Sonia mengangkat kepalanya bersandar di sisi kacar. Dia sedang merasakan cahaya terik sedang menyilaukan pandangannya. Seketika Sonia merasa agak kliyengan. Dia spontan mengangkat tangan untuk menutup matanya.…Sonia kembali tertidur. Hanya saja, sebelum tidur, Reza membujuknya untuk makan dua butir obat.Sonia merasa linglung. Hanya saja, dia merasa sangat familier dengan salah satu aroma obat itu. Dia membuka sedikit matanya, lalu bertanya, “Obat apa?”Reza memasukkan obat ke dalam mulut Sonia, lalu mengec
Sonia keluar dari pelukan Reza, lalu pergi ke kamar mandi.Tempat ini sangatlah familier bagi Sonia. Bahkan, aroma sabun mandi juga masih sama seperti dulu. Sonia berdiri di depan shower membiarkan air membasahi setiap titik tubuhnya. Saat ini, hatinya terasa kacau dan gelisah.Mereka berdua sudah berpisah. Sekarang … kenapa mereka berdua malah memiliki hubungan tidak jelas?Air membasahi kedua mata Sonia yang sedang berlinangkan air mata. Selesai mandi, Sonia pergi membuka lemari pakaian. Tak disangka, di dalam sana masih diletakkan pakaian Sonia. Ada yang pernah dipakai Sonia sebelumnya, ada juga pakaian yang baru ditambahkan.Ketika melihat pakaian baru itu, hati Sonia terasa sesak dan juga sakit. Dia memilih kaus dengan celana jeans yang sederhana. Seusai mengganti pakaian, Sonia kembali ke kamar. Dia tidak melihat si lelaki yang sedang berbaring di atas ranjang, langsung berjalan keluar kamar.“Apa kamu berencana pergi tanpa berpamitan?” Terdengar suara datar si lelaki dari belak
Telapak tangan Reza mengusap pinggang langsing Sonia. Baru saja Reza hendak menciumnya, tetiba Sonia melangkah mundur. Tatapannya kembali terlihat dingin dan penuh waspada. “Nggak, aku nggak butuh!”Seusai berbicara, Sonia melangkahkan kakinya meninggalkan kamar dengan lekas. Seolah-olah lelaki di belakangnya lebih menakutkan daripada anjing buas saja.Reza melihat bayangan punggung Sonia yang berjalan pergi. Dia bersandar di pintu sembari mengangkat kepala menepuk-nepuk keningnya.Tidak terlihat rasa kesal di wajahnya. Lebih tepatnya Reza merasa tidak berdaya dan juga sakit hati.Ucapan Sonia semalam masih terukir di dalam benaknya. Mungkin Reza harus menggunakan sisa hidupnya untuk menebus kesalahannya.Ponsel Reza yang diletakkan di atas meja menyala, ada panggilan masuk.Selama dua hari ini, ponsel Reza diatur dengan mode diam. Dia tidak mengangkat panggilan siapa pun, hanya fokus untuk melayani Sonia saja.Dasar wanita tidak punya hati!Reza pergi mengangkat panggilan, lalu duduk
Hardy mengatakan pendatang baru masih belum tiba. Dia disuruh untuk menunggu sejenak. Hardy pun menuangkan segelas minuman untuknya.Darren datang dengan mengendarai mobil. Dia pun tidak minum alkohol, melainkan minum air saja. Setelah itu, sekujur tubuh Darren malah terasa lemas.Darren bersandar di atas sofa melihat Thalia membuka kunci ponselnya. Dia bahkan mengirim pesan kepada Sonia. Darren hendak menghentikan Thalia, tetapi dia tidak bisa melakukannya sama sekali.Semua ini bisa terjadi karena keluguan Darren. Dialah yang telah mencelakai Sonia.Sonia menggeleng sembari tersenyum. “Jangan bicara seperti itu. Kamu istirahat dengan baik. Kita bicarakan lagi setelah ketemu besok.”“Emm,” balas Darren. Dia lalu berkata dengan tidak tenang, “Sonia, apa kamu benar-benar baik-baik saja?”“Emm, aku baik-baik saja!”Sonia mengakhiri panggilan. Hatinya terasa geram. Jelas-jelas Reza bisa mengantar Sonia ke rumah sakit untuk melakukan cuci lambung, tapi ….Reza malah berharap Sonia bisa ber
Seusai berkata, Reza merasa kaget. Dia kepikiran sesuatu, lalu berkata, “Yirla!”“Iya, ini adalah senjata khas Yirla.”Reza semakin syok lagi. “Sonia, dia ….”Robi mengangguk dengan perlahan. “Seharusnya tebakan kita benar.”Reza sungguh tidak habis pikir. Dalam masalah Kota Mika sebelumnya, dia menemukan kemungkinan Sonia berhubungan dengan organisasi rahasia yang bernama Aquila. Hanya saja, dia sungguh tidak menyangka ternyata Sonia adalah Yirla.Awalnya Reza mengira dirinya sudah sangat memahami Sonia. Tak disangka, masih ada rahasia yang tidak diketahui Reza.Reza kembali mengambil “pistol”, lalu mengamatinya. …Sonia melanjutkan tidurnya. Saking nyenyaknya, dia bahkan tidak bermimpi sama sekali. Saat Sonia kembali bangun, langit di luar sana sudah gelap.Sonia membalikkan tubuhnya, berbaring telungkup di atas ranjang. Tatapannya kelihatan berkilauan.Tampak banyak gedung di depan jendela. Mobil tak berhenti lalu lalang di jalanan. Jembara di sore hari sangatlah ramai. Ada yang si
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u
Dari sudut pandang Reza, kebetulan dia bisa melihat daun telinga merah Sonia. Sonia kelihatan sangat imut.Theresia menggigit bibirnya dan tidak bertanya lagi.Mereka berjalan ke dalam lift, lalu naik ke lantai atas. Saat berjalan di depan bar, pintu dibuka. Selain Kase, semua orang merasa kaget.Kase menyuruh orang untuk mengganti bar menjadi aula perjamuan. Aula itu diselimuti dengan gaya hutan hujan tropis, berbagai tanaman hijau tropis memenuhi ruang seluas ribuan meter persegi. Di bawah pencahayaan bar sebelumnya, lampu berwarna-warni tersembunyi di balik tanaman tinggi, memancarkan cahaya melalui bayangan dedaunan ke langit-langit. Efek cahaya yang berkilauan menciptakan suasana segar dan magis, tetapi tetap hangat dan semarak, memberikan efek visual yang luar biasa. Tempat yang dulunya penuh dengan kebisingan dan kemewahan yang kacau, kini berubah menjadi cerah dan bersih.Terdapat banyak orang di dalam bar mengenakan gaun pesta yang anggun dengan riasan yang elegan. Mereka ber
“Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi
Dania, Pretty, dan yang lain bertanya kapan Sonia akan kembali?Sonia memberi tahu mereka bahwa dia akan segera kembali!Setelah meletakkan ponsel, Sonia mengganti pakaiannya untuk meninggalkan tempat.Saat memasuki lantai B12, Tensiro dan wanitanya sedang berciuman di sofa.Meskipun Sonia masuk, mereka berdua juga tidak bermaksud untuk berhenti. Sonia melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelayan. Dia tidak memperhatikan majikannya, hanya fokus dalam membersihkan kamar.Ruangan di lantai bawah tanah ini tidak berdebu sama sekali. Tidak ada yang perlu dibersihkan. Sonia pergi ke kamar untuk membereskan pakaian ganti wanita itu. Pada saat ini, mereka berdua yang berada di dalam ruang tamu telah mengambil alkohol. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi memancing ikan.Sonia pergi membersihkan ruang baca. Komputer sedang dalam keadaan dibuka. Gambar layar yang ditampilkan adalah rasi bintang Biduk. Di tengah luasnya langit malam, hanya bintang-bintang Biduk yang bersinar paling terang.So
Sonia menerima panggilan video. Dia langsung menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kakek!”Sekarang cuaca di Kota Atria kelihatan cerah. Jemmy pun berkata dengan tersenyum, “Selamat ulang tahun!”Sonia tersenyum. “Terima kasih, Kakek!”“Mengenai hadiah ulang tahunmu, aku dan kakakmu sudah mempersiapkannya. Kami letakkan di kamarmu. Tadi Indra dan Arkas bilang siang hari makan mie ulang tahun untuk merayakan ulang tahun buat kamu.”“Dia lagi berpikir variasi apa yang bisa dia buat untuk mie ulang tahun kali ini, biar kamu bisa ingin memakannya ketika melihatnya. Kalau kamu ingin makan, bisa jadi kamu akan segera terbang ke sini,” ucap Jemmy dengan tersenyum. “Semua ini pasti ulah Arkas.”Hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih untuk Pak Arkas dan juga Kakek Indra.”“Apa kamu masih di Mirlan? Kapan kamu pulangnya?” tanya Jemmy.“Aku akan pulang dalam beberapa hari ini. Aku akan pulang untuk menemanimu!” balas Sonia dengan tersenyum santai.“Apa hari ini ada yang merayakan ulang tahun buat k
Tadinya Sonia mengira, seiring berjalannya waktu, efek samping dari obat itu akan berkurang. Namun setelah dilihat sekarang, sepertinya tidak demikian.“Jangan! Aku yang menyebabkanmu menjadi seperti ini!” Terlintas rasa sakit hati dan bersalah di dalam mata Kase. Dia menatap Sonia dalam-dalam, lalu membuka pintu berjalan meninggalkan tempat.Setelah Kase pergi, Sonia kembali mengenang kembali mimpi semalam. Dia tetap saja tidak bisa kepikiran apa pun. Hanya saja, seharusnya Sonia telah mimpi semalam.Sampai saat ini, rasa gelisah dan sakit masih terbayang di dalam benak Sonia. Rasa pesimis yang tidak terdeskripsikan telah menguasai benaknya saat ini. Tiba-tiba Sonia kepikiran kenapa Rayden bisa melepaskannya dengan semudah ini? Apa benar hanya karena Kase dan Bondala? Apa Rayden masih sedang mengontrol dirinya?Sonia kembali berbaring di atas ranjang. Dia meringkuk, tidak bisa meluapkan rasa lara di hatinya. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya keluar dari perasaan ini? Dia hanya mer
Sebentar lagi sudah subuh, Reza membuka ponselnya. Dia sedang melihat jam, tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu membuka sistem yang terhubung dengan kalung Sonia. Suhu tubuh dan detak jantung Sonia tidak berada di kondisi normal.Kening Reza sedikit berkerut. Apa Sonia melepaskan kalungnya lagi?Sebelumnya Reza menyadari Sonia akan melepaskan kalung itu saat sedang tidur. Reza juga pernah mempertanyakan masalah itu. Sonia mengatakan tidaklah nyaman untuk mengenakan sesuatu di saat sedang tidur.Hanya saja, meski Sonia sedang tidur, Reza juga bisa merasakan detak jantungnya. Siapa suruh saat ini Sonia tidak berada di dalam pelukannya.Reza mengendus ringan. Setelah waktu menunjukkan pukul 12, dia mengirim pesan kepada Sonia.[ Istriku, selamat ulang tahun! ]…Keesokan harinya, sama seperti biasanya, saat hampir mendekati pukul sembilan pagi, Sonia dibangunkan oleh Kase.Kali ini, agak sulit untuk membangunkan Sonia daripada biasanya. Saat Sonia bangun, dia malah kelihatan linglung.“
“Bondan!” balas Reza dengan suara datar, “Ada urusan?”“Iya, sudah terjadi sesuatu!” Bondan segera memberi tahu masalah Sonia dihujat kepada Reza. “Sekarang masalah ini sangat heboh. Keluarga Dikara sendiri yang merusak nama Sonia. Sekarang Sonia lagi dihujat habis-habisan sama warganet. Bahkan, Arkava Studio dan GK Jewelry juga terkena imbasnya.”Suara Reza bagai suara halilintar yang terdengar menggelegar. “Mereka memang cari mati!”“Kapan kalian kembalinya? Apa yang bisa aku lakukan untuk Sonia?” tanya Bondan, “Kak Jason lagi tidak di sini. Nona Ranty dan Matias juga belum kembali dari bulan madu. Keluarga Tamara memang pintar dalam mencari kesempatan.”Sepertinya anggota Keluarga Tamara yakin Sonia tidak akan menampakkan diri, itulah sebabnya mereka bisa bersikap semena-mena. Sekarang kondisi Sonia tidaklah bagus. Semua skandalnya tampaknya sudah memiliki bukti kuat. Bahkan jika suatu hari nanti dia kembali dan mencoba untuk menjelaskan, kemungkinan besar warganet juga tidak akan m
Ketika melihat ayahnya juga melihat dengan penasaran, Cindy memutar bola matanya dan mendengus dingin. “Tebakanku!”“Kalau kamu bisa menghubungi Sonia, kamu telepon dia, suruh dia sementara ini untuk jangan kembali ke Jembara. Sembunyi di luar saja.” Hani menghela napas. Dia kelihatan sangat cemas. “Mengenai masalah kita, pasti kita akan ditekan oleh Keluarga Dikara dan juga Keluarga Tamara. Lebih baik kita banyak berdoa saja. Semoga Ayah tidak sadis memperlakukan kita seperti dia memperlakukan Sonia!”Ferdi berkata, “Jangan takut. Masih ada aku dan juga Kak Cindy!”Cindy berucap, “Ibu, kamu dan Ayah pasti mesti tetap berpihak sama Sonia. Kalian percaya sama aku. Keputusan kalian hari ini sudah benar.”Hani tahu Cindy sangat mengagumi Sonia, juga tidak memasukkan ucapannya ke dalam hati. Dia berpikir sejenak, kemudian berkata, “Aku akan telepon Tuan Bondan untuk beri tahu masalah ini.”Harun berdiri. “Biar aku saja!”Setelah anggota Keluarga Tamara meninggalkan rumah Harun, dia segera