Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan datar, “Kalau begitu, terima kasih, Tuan.”Reza tidak berbicara. Dia membalikkan tubuhnya berjalan keluar.Sonia mengenakan sepatunya, lalu berjalan di belakangnya.Saat Sonia keluar, mobil Reza sudah menunggu di luar. Gambaran familier ini membuat hati Sonia menjadi kalut.Setelah masuk ke dalam mobil, lelaki yang duduk di bangku pengemudi bersuara, “Duduk di depan.”Sonia mengerutkan keningnya. Suaranya semakin datar lagi. “Aku duduk di sini saja.”“Kamu kira aku itu sopir?” Nada bicara si lelaki agak tinggi.Sonia menggigit bibirnya, lalu menuruni mobil, lalu duduk di baris depan.Setelah Sonia memasang sabuk pengaman, si lelaki mengendarai mobil melaju meninggalkan Kediaman Herdian.Sonia memandang ke luar jendela. Si lelaki mengendarai mobil dengan serius. Tidak ada yang berbicara di dalam mobil, seolah-olah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.Waktu memang sangat mengerikan. Kedua insan yang sebelumnya sangat mesra malah menj
Tiba-tiba hati Sonia terasa sangat penat. Dia pun tidak memiliki suasana hati untuk berdebat dengan Reza lagi. Tanpa berbasa-basi, Sonia menuruni mobil, lalu membanting kuat pintu mobil.Reza menatap bayangan punggung wanita yang kesal itu. Ujung bibirnya melengkung ke atas. Setelah Sonia masuk ke dalam gedung, dia mulai menenangkan dirinya. Tiba-tiba kakinya terhenti. Dia memalingkan kepalanya dan kepikiran, dia tidak pernah memberi tahu Reza alamat tempat tinggalnya. Kenapa Reza bisa tahu dirinya tinggal di Kompleks Vila Anggrek?Tiba-tiba Sonia tidak mengerti sebenarnya apa yang ada di benak Reza?Bukankah dua tahun lalu Reza mengatakan dirinya sudah bosan dan mengajukan putus? Sekarang Reza juga memiliki kekasih baru, tetapi Reza masih saja mendekatinya. Terkadang Reza malah kelihatan sangat peduli terhadapnya.Apa karena Reza tahu Sonia adalah Suki? Oleh sebab itu, Reza merasa bersalah telah berpisah dengannya waktu itu?Terlintas senyuman sinis di wajah Sonia. Dia masuk ke dalam
Melvin berjalan ke hadapan Sonia sembari menatapnya. “Tadi dia bilang surat nikah. Apa maksudnya?”Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan tubuhnya duduk di atas sofa. Dia mengangkat kepalanya, lalu berkata dengan datar, “Aku dan Reza … pernah menikah.”Kedua mata Melvin terbelalak. “Masalah kapan?”Sonia menceritakan dengan ringkas pernikahan bisnis yang diatur oleh Keluarga Dikara.Melvin hanya tahu Sonia adalah anak hilang yang kemudian ditemukan oleh Keluarga Dikara. Namun, dia tidak tahu ada hubungan seperti itu di antara Sonia dengan Reza.Tiba-tiba Melvin memutar bola matanya, lalu berkata dengan tersenyum sinis, “Apa maksudnya Reza? Sekarang dia sudah jadian sama Thalia, dia malah tidak izinin kamu untuk jadian sama cowok lain?”Sonia memeluk boneka. Dia juga merasa sangat kesal. “Dua tahun lalu aku sudah balikin surat nikah sama dia. Aku suruh dia untuk urus surat cerai. Aku kira dia sudah urus prosedur cerainya.”Setelah itu, Sonia membalikkan kepalanya ke sisi Melv
“Melvin ….” Sonia duduk, lalu menunjukkan ekspresi tidak berdaya. “Meski bukan karena Reza, kita juga mesti jaga jarak. Aku ….”“Berhenti!” Melvin mengangkat tangannya mengisyaratkan Sonia untuk tidak melanjutkan omongannya lagi. “Aku ngerti apa yang sedang kamu pikirkan. Kamu tidak usah terasa terbebani dan tidak usah peduli dengan apa yang aku pikirkan. Kalau kamu ingin menganggapku sebagai teman, kamu anggap saja aku itu temanmu!”Melvin tertegun sejenak. Kedua matanya terlihat sangat muram. Dia bergumam, “Aku mengerti, sebenarnya kamu kesal karena aku menciummu tadi, makanya kamu mengatakan semua ini.”Sonia tertegun sejenak, lalu menundukkan kepalanya.Tatapan Melvin sangatlah lembut. Dia pun menenangkan Sonia dengan nada membujuk, “Semua ini salahku. Aku tidak bisa menahan diriku dan bersikap di luar batasan. Aku jamin aku tidak akan melakukannya lagi.”Sonia menggeleng. “Untuk apa kamu berbuat seperti ini?”Sekarang Sonia sendiri juga tidak tahu kenapa Melvin bisa menyukainya?S
Jason menjawab dengan tersenyum, “Sebenarnya ada acara di pagi hari. Tapi tiba-tiba Reza ada urusan, dia tidak jadi pergi. Kebetulan aku lewat sini, jadi aku datang untuk mengunjungi Yana.”Sonia terbengong sejenak. Reza ada urusan di pagi hari? Jelas-jelas dia di rumah terus?Sonia mengangguk, lalu mengamati isi rumah. “Di mana Bibi Linda?”“Dia ke supermarket.”Sonia berkata, “Aku dan Melvin mau bawa Yana makan di luar. Kak Jason mau sekalian?”Jason melihat jam tangannya, lalu menjawab dengan datar, “Tidak usah, aku mesti balik ke kantor.”“Emm.” Sonia mengangguk dengan tersenyum tipis. Dia mengganti pakaian Yana, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku dan Ayah Melvin bawa kamu main di luar, ya?”Yana merasa sangat gembira. Tatapannya malah tertuju pada diri Jason. “Paman nggak ikut?”Hati Jason terasa luluh. Dia malah tidak tega untuk berpisah dengan Yana.Sonia berucap sembari tersenyum, “Paman Jason lagi sibuk, nggak bisa pergi bareng kita.”“Baiklah!” Yana mencemberutkan bibir kec
Melvin tidak begitu memahami Yandi. Hanya saja, Sonia dan Ranty sering mengungkitnya. Jadi, dia mulai tertarik dengan sosok Yandi.“Emm.” Sonia mengangguk.“Dia penerus Keluarga Tanadi? Kenapa dia buka restoran steamboat di tempat seperti ini?” Melvin semakin bingung.“Ceritanya panjang!” Sonia menyuapi minuman kepada Yana.Dua tahun silam, demi balas dendam kepada Gina, Yandi mengekspos identitasnya dan kembali ke Keluarga Tanadi.Setengah tahun kemudian, kondisi tubuh Harvey mulai membaik. Yandi pun kembali fokus dalam restoran steamboat-nya.Beberapa kali Harvey ingin Yandi kembali untuk mengambil alih perusahaan. Namun, Yandi malah tidak sanggup melepaskan kawan-kawannya. Leon dan yang lain tidak berpendidikan dan juga memiliki riwayat di penjara. Meskipun Yandi mengatur mereka untuk bekerja di perusahaan Keluarga Tanadi, mereka juga hanya bisa bekerja menjadi petugas keamanan saja. Kehidupan mereka juga tidak akan sebebas di restoran steamboat lagi.Pada akhirnya, Yandi dan ayahny
Yandi memerintah Leon, “Ada anak umur dua tahun di luar sana. Kamu masakin buat dia.”“Oke, tidak masalah!”Leon semakin gendut saja. Raut wajahnya sudah tidak sebengis dulu lagi. Leon yang sekarang telah menjadi seorang lelaki gendut yang ramah.Yandi berkata pada Sonia, “Kita bicara di sini.”Sonia tahu ada sebuah halaman kecil di belakang dapur. Dia pun mengikuti Yandi berjalan ke halaman belakang.Halaman ini sudah tidak seperti dulu lagi. Halaman ini sudah dirawat dengan sangat teratur. Tampak ada bunga mawar ditanam di sekitaran pagar. Sekarang sedang musim mekar. Dinding pun dipenuhi dengan bunga mawar. Aroma wangi semerbak pun tercium.Sebelah kiri dinding ditanam sebatang pohon bunga kamboja. Batangnya baru sebesar lengan Sonia saja.Sonia mengamati sekeliling, lalu bertanya dengan tersenyum, “Semua ini ditanam Tasya?”Yandi duduk di atas bangku. Suara seraknya terdengar magnetis. “Siapa lagi selain dia? Semua ini kesukaan anak perempuan.”Sonia berkata dengan memalingkan kepa
Sewaktu perjalanan pulang, Sonia yang mengendarai mobil. Melvin sedang bermain bersama Yana di baris belakang.“Aku tampan tidak?”Yana melihat Melvin dengan terbengong, lalu mengangguk. “Tampan!”“Sonia cantik tidak?”Kedua mata Yana spontan berkilauan. “Cantik!”“Jadi, Yana lebih pilih aku atau Sonia?”Sonia terdiam membisu.Yana membalas dengan serius, “Aku pilih diriku sendiri!”Melvin langsung tertawa terbahak-bahak.Tetiba Melvin mencondongkan tubuhnya mendekati Sonia. Dia pun tersenyum. “Sonia, kalian berdua cantik sekali. Nanti anak kita pasti cantik-cantik.”Sonia memutar bola matanya, lalu mendorong Melvin. “Jaga Yana di belakang sana.”Melvin menyandarkan tubuhnya di bangku, lalu melihat ke luar jendela. Wajahnya kelihatan semakin tampan lagi. Dia memicingkan matanya, lalu berkata dengan tersenyum, “Setelah kita punya anak nanti, aku pasti akan menjadi ayah yang baik. Kerjaanku hanya menjaga anak saja!”Sonia berbicara dengan tersenyum sinis. “Kalau kamu banyak bicara lagi,
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang
Kase tertegun sejenak. Namun, Sonia sudah berbalik dan naik ke lantai atas. Sambil minum isi gelasnya, pria itu merasa sedikit kesal. Dalam pikirannya, adakah orang di dunia ini yang lebih hebat darinya?Kase meremehkan pernyataan Sonia. Dia meyakini bahwa gadis itu sebenarnya hanya bucin. Hanya orang yang terlalu memuja cinta yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fakta.Bahkan, Kase sempat tergoda untuk meminta Sonia memanggil pacarnya agar mereka bisa membuktikan siapa yang lebih unggul.....Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seseorang dari pihak Winston datang menemui Kase dengan pesan bahwa Rayden telah kembali dan ingin bertemu dengannya untuk berdiskusi.Kali ini, Kase tidak lagi menolak. Dia mengajak Sonia untuk ikut bersamanya. Setibanya di sana, Sonia tetap menunggu di kafe yang sama seperti sebelumnya, sementara Kase mengikuti Winston melewati pintu putih besar hingga menghilang di dalamnya.Sonia sebenarnya penasaran ingin melihat seperti apa sosok Rayden yang mis
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun