Jason menjawab dengan tersenyum, “Sebenarnya ada acara di pagi hari. Tapi tiba-tiba Reza ada urusan, dia tidak jadi pergi. Kebetulan aku lewat sini, jadi aku datang untuk mengunjungi Yana.”Sonia terbengong sejenak. Reza ada urusan di pagi hari? Jelas-jelas dia di rumah terus?Sonia mengangguk, lalu mengamati isi rumah. “Di mana Bibi Linda?”“Dia ke supermarket.”Sonia berkata, “Aku dan Melvin mau bawa Yana makan di luar. Kak Jason mau sekalian?”Jason melihat jam tangannya, lalu menjawab dengan datar, “Tidak usah, aku mesti balik ke kantor.”“Emm.” Sonia mengangguk dengan tersenyum tipis. Dia mengganti pakaian Yana, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku dan Ayah Melvin bawa kamu main di luar, ya?”Yana merasa sangat gembira. Tatapannya malah tertuju pada diri Jason. “Paman nggak ikut?”Hati Jason terasa luluh. Dia malah tidak tega untuk berpisah dengan Yana.Sonia berucap sembari tersenyum, “Paman Jason lagi sibuk, nggak bisa pergi bareng kita.”“Baiklah!” Yana mencemberutkan bibir kec
Melvin tidak begitu memahami Yandi. Hanya saja, Sonia dan Ranty sering mengungkitnya. Jadi, dia mulai tertarik dengan sosok Yandi.“Emm.” Sonia mengangguk.“Dia penerus Keluarga Tanadi? Kenapa dia buka restoran steamboat di tempat seperti ini?” Melvin semakin bingung.“Ceritanya panjang!” Sonia menyuapi minuman kepada Yana.Dua tahun silam, demi balas dendam kepada Gina, Yandi mengekspos identitasnya dan kembali ke Keluarga Tanadi.Setengah tahun kemudian, kondisi tubuh Harvey mulai membaik. Yandi pun kembali fokus dalam restoran steamboat-nya.Beberapa kali Harvey ingin Yandi kembali untuk mengambil alih perusahaan. Namun, Yandi malah tidak sanggup melepaskan kawan-kawannya. Leon dan yang lain tidak berpendidikan dan juga memiliki riwayat di penjara. Meskipun Yandi mengatur mereka untuk bekerja di perusahaan Keluarga Tanadi, mereka juga hanya bisa bekerja menjadi petugas keamanan saja. Kehidupan mereka juga tidak akan sebebas di restoran steamboat lagi.Pada akhirnya, Yandi dan ayahny
Yandi memerintah Leon, “Ada anak umur dua tahun di luar sana. Kamu masakin buat dia.”“Oke, tidak masalah!”Leon semakin gendut saja. Raut wajahnya sudah tidak sebengis dulu lagi. Leon yang sekarang telah menjadi seorang lelaki gendut yang ramah.Yandi berkata pada Sonia, “Kita bicara di sini.”Sonia tahu ada sebuah halaman kecil di belakang dapur. Dia pun mengikuti Yandi berjalan ke halaman belakang.Halaman ini sudah tidak seperti dulu lagi. Halaman ini sudah dirawat dengan sangat teratur. Tampak ada bunga mawar ditanam di sekitaran pagar. Sekarang sedang musim mekar. Dinding pun dipenuhi dengan bunga mawar. Aroma wangi semerbak pun tercium.Sebelah kiri dinding ditanam sebatang pohon bunga kamboja. Batangnya baru sebesar lengan Sonia saja.Sonia mengamati sekeliling, lalu bertanya dengan tersenyum, “Semua ini ditanam Tasya?”Yandi duduk di atas bangku. Suara seraknya terdengar magnetis. “Siapa lagi selain dia? Semua ini kesukaan anak perempuan.”Sonia berkata dengan memalingkan kepa
Sewaktu perjalanan pulang, Sonia yang mengendarai mobil. Melvin sedang bermain bersama Yana di baris belakang.“Aku tampan tidak?”Yana melihat Melvin dengan terbengong, lalu mengangguk. “Tampan!”“Sonia cantik tidak?”Kedua mata Yana spontan berkilauan. “Cantik!”“Jadi, Yana lebih pilih aku atau Sonia?”Sonia terdiam membisu.Yana membalas dengan serius, “Aku pilih diriku sendiri!”Melvin langsung tertawa terbahak-bahak.Tetiba Melvin mencondongkan tubuhnya mendekati Sonia. Dia pun tersenyum. “Sonia, kalian berdua cantik sekali. Nanti anak kita pasti cantik-cantik.”Sonia memutar bola matanya, lalu mendorong Melvin. “Jaga Yana di belakang sana.”Melvin menyandarkan tubuhnya di bangku, lalu melihat ke luar jendela. Wajahnya kelihatan semakin tampan lagi. Dia memicingkan matanya, lalu berkata dengan tersenyum, “Setelah kita punya anak nanti, aku pasti akan menjadi ayah yang baik. Kerjaanku hanya menjaga anak saja!”Sonia berbicara dengan tersenyum sinis. “Kalau kamu banyak bicara lagi,
Langit mulai menggelap. Sonia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Ranty.“Ranty!”Sepertinya Ranty sedang ada acara. Dia berjalan ke tempat yang agak sepi, baru berbicara. Dia berkata dengan tersenyum, “Ada apa, Sayangku?”Sonia tersenyum tipis. “Kamu juga mabuk?”Terdengar sedikit suara serius dari ucapan genit Ranty. “Nggak, kok. Aku kangen sama kamu!”Sonia menunduk, lalu berkata dengan menggigit bibirnya. “Ranty, apa kamu akan mencintai lelaki lain selain Matias?”Ranty tertegun sejenak, lalu berkata dengan perlahan, “Jujur saja, seandainya aku dan Matias berpisah, mungkin aku akan bersama banyak lelaki nantinya. Hanya saja, mungkin seumur hidupku, aku hanya akan mencintai Matias saja!”Sonia tidak berbicara.Ranty pun bertanya, “Bagaimana denganmu? Apa kamu masih akan mencintai Reza?”Sonia menggigit bibirnya. Nada bicaranya terdengar sangat tegas. “Aku nggak mencintainya lagi.”“Kalau begitu, cobalah untuk menerima Melvin.” Ranty menghela napas. “Aku bisa merasakan betapa seriu
Sonia merasa syok. Kedua telinganya seketika memerah. Dia berkata dengan kesal, “Reza!”“Ternyata kamu bisa marah juga. Jangan selalu menunjukkan wajah datarmu! Aku bosan melihatnya!” dengus Reza. “Cepat ke mobil!”Sonia pun berjalan pergi menjauhi mobil Reza.Reza menghela napas, lalu menuruni mobil. Dia pergi meraih lengan Sonia. “Ke mana?”Sonia mendorong tangannya.Reza tidak melepaskannya. “Apa kamu ingin bertengkar di tempat seperti ini?”Sonia melihat pejalan kaki yang sedang lalu lalang di dalam kompleks. Tampak juga ada tetangga satu gedung di sekitar. Alhasil, Sonia juga tidak bergerak lagi. Dia membiarkan Reza untuk mencengkeram pergelangan tangannya, membawanya masuk ke mobil.Si lelaki membuka pintu mobil samping pengemudi, lalu mendorong Sonia ke dalam tempat duduk. Dia bahkan membantu Sonia untuk memasangkan sabuk pengaman.Raut wajah Sonia terlihat dingin. Dia tidak meladeni Reza sama sekali.Setelah Reza masuk ke mobil, dia mulai menjalankan mobilnya. Sesekali dia mel
Mungkin Sonia masih mencintainya atau telah membencinya. Tidak ada perasaan lain selain perasaan itu!Saat mereka berdua sedang terdiam, tetiba ponsel Sonia berdering. Dia melirik panggilan masuk sekilas dan hatinya spontan terasa gugup.Reza juga sudah melihatnya. Dia berkata pada Sonia, “Angkatlah!”Reza tidak menggerakkan tubuhnya. Wajahnya hampir menempel di wajah Sonia. Melihat Sonia mengangkat panggilan, dia juga tidak bermaksud untuk mundur.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia berusaha menenangkan perasaan kalutnya, lalu mengangkat panggilan. “Melvin?”“Sonia, malam ini kita tidak bisa makan bersama. Tiba-tiba ada masalah di Augrila. Aku harus segera ke sana!”Hati Sonia terasa syok. “Kamu pergi sekarang?”Suara Sonia terasa serak. Melvin mendengar ada yang aneh. “Sonia, kamu lagi di mana?”Tatapan Reza seketika menjadi dingin. Tiba-tiba dia menjilat daun telinga Sonia.Hampir saja Sonia menjerit. Namun, dia berusaha untuk menahannya. Sonia mendorong pundak Reza dengan satu tan
Pada hari Senin, Sonia pergi bekerja di lokasi syuting.Dalam satu minggu ini, hari-hari dilewati dengan tenang. Pekerjaan juga sangatlah lancar. Selain pertemuan mereka waktu itu, Reza juga tidak mencari Sonia lagi.Ketika bertemu dengan Thalia, Sonia juga spontan kepikiran dengan Reza. Apa lelaki itu sedang gila? Makanya dia baru bisa begitu keras kepala?Hubungan Thalia dan Liana sangatlah bagus. Liana sengaja mengungkit Reza di hadapan Sonia, Thalia pun tersenyum bahagia bagai wanita yang sedang larut dalam kolam cinta saja.Hari-hari dilewati seperti biasa. Hanya saja, hal yang mengejutkan Sonia adalah sikap Wakil Sutradara Hardy seketika menjadi baik.Sebelumnya Sonia menolak tawaran Hardy untuk menjadi artis. Alhasil, Hardy kesal lantaran merasa Sonia tidak tahu diri. Kemudian, dia mulai mempersulit Sonia. Namun sejak minggu ini, sikap Hardy berubah 180 derajat. Tiba-tiba dia bersikap sopan seperti dahulu kala.Hardy menghadiahkan Sonia lipstik, bunga, dan juga camilan. Meski se
Morgan mengangguk. “Aku datang ke Istana Fers untuk menghancurkan virus penyakit itu. Selain itu, yang paling penting adalah untuk menyelidiki Rayden!”Mereka berdua duduk di sofa. Reza bertanya, “Apa Rayden kenal sama kalian? Apa dulu dia itu anggotamu?”Morgan mengangguk. “Aku juga curiga. Sebelumnya aku sudah menghabisi beberapa bawahannya. Semuanya ada hubungannya sama dia. Dia sangat mengenal orang-orang di sekelilingku, juga mengetahui beberapa rahasia di dalam organisasi. Jadi, keberadaannya cukup mengancam!”Reza tersenyum dingin. “Sudah pasti. Apa ada yang kamu curigai?”Morgan menggeleng. “Tidak ada. Anggotaku tidak akan mengkhianatiku, hanya ada beberapa orang yang sudah meninggalkan organisasi saja. Aku juga sudah menyelidiki mereka, tidak ada satu pun yang sesuai dengan kriteria Rayden. Jadi, aku baru kepikiran untuk menyelidikinya sendiri. Entah siapa dia sebenarnya?”Kening Reza berkerut. “Aku semakin khawatir kalau dia menargetkan Sonia!”Morgan berkata, “Sementara ini
Reza tersenyum tipis. “Karena kamu adalah yang pertama kubawa ke sini. Tentu saja mereka beranggapan kamu itu istriku!”Langkah kaki Reza berhenti. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Sonia. “Tidak peduli aku itu Tuan Reza atau Raja Bondala, kamu adalah satu-satunya!”Sonia menatapnya. “Apa dulu kamu nggak pernah suka wanita?”Reza terdiam membisu. Dia langsung menggendong Sonia, menelusuri ruang tamu yang megah dan penuh dengan seni, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa kamu lapar? Kalau kamu tidak lapar, sekarang aku bisa buktikan kepadamu betapa aku menyukai wanita … wanitaku!”Sonia yang berada di dalam pelukan Reza membalikkan tubuhnya dengan lincah. Kedua kakinya melingkari pinggang Reza. Dia berkata dengan merangkul pundak Reza. “Kamu nggak usah buktikan. Cahaya matahari sebagus ini. Kita duduk di pekarangan saja.”Reza menatap pekarangan di luar jendela, lalu mengangguk. “Oke, hari ini kamu bebas melakukan apa pun. Aku akan mendengar semua keinginanmu!”Reza tidak menurunk
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u
Dari sudut pandang Reza, kebetulan dia bisa melihat daun telinga merah Sonia. Sonia kelihatan sangat imut.Theresia menggigit bibirnya dan tidak bertanya lagi.Mereka berjalan ke dalam lift, lalu naik ke lantai atas. Saat berjalan di depan bar, pintu dibuka. Selain Kase, semua orang merasa kaget.Kase menyuruh orang untuk mengganti bar menjadi aula perjamuan. Aula itu diselimuti dengan gaya hutan hujan tropis, berbagai tanaman hijau tropis memenuhi ruang seluas ribuan meter persegi. Di bawah pencahayaan bar sebelumnya, lampu berwarna-warni tersembunyi di balik tanaman tinggi, memancarkan cahaya melalui bayangan dedaunan ke langit-langit. Efek cahaya yang berkilauan menciptakan suasana segar dan magis, tetapi tetap hangat dan semarak, memberikan efek visual yang luar biasa. Tempat yang dulunya penuh dengan kebisingan dan kemewahan yang kacau, kini berubah menjadi cerah dan bersih.Terdapat banyak orang di dalam bar mengenakan gaun pesta yang anggun dengan riasan yang elegan. Mereka ber
“Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi
Dania, Pretty, dan yang lain bertanya kapan Sonia akan kembali?Sonia memberi tahu mereka bahwa dia akan segera kembali!Setelah meletakkan ponsel, Sonia mengganti pakaiannya untuk meninggalkan tempat.Saat memasuki lantai B12, Tensiro dan wanitanya sedang berciuman di sofa.Meskipun Sonia masuk, mereka berdua juga tidak bermaksud untuk berhenti. Sonia melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelayan. Dia tidak memperhatikan majikannya, hanya fokus dalam membersihkan kamar.Ruangan di lantai bawah tanah ini tidak berdebu sama sekali. Tidak ada yang perlu dibersihkan. Sonia pergi ke kamar untuk membereskan pakaian ganti wanita itu. Pada saat ini, mereka berdua yang berada di dalam ruang tamu telah mengambil alkohol. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi memancing ikan.Sonia pergi membersihkan ruang baca. Komputer sedang dalam keadaan dibuka. Gambar layar yang ditampilkan adalah rasi bintang Biduk. Di tengah luasnya langit malam, hanya bintang-bintang Biduk yang bersinar paling terang.So
Sonia menerima panggilan video. Dia langsung menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kakek!”Sekarang cuaca di Kota Atria kelihatan cerah. Jemmy pun berkata dengan tersenyum, “Selamat ulang tahun!”Sonia tersenyum. “Terima kasih, Kakek!”“Mengenai hadiah ulang tahunmu, aku dan kakakmu sudah mempersiapkannya. Kami letakkan di kamarmu. Tadi Indra dan Arkas bilang siang hari makan mie ulang tahun untuk merayakan ulang tahun buat kamu.”“Dia lagi berpikir variasi apa yang bisa dia buat untuk mie ulang tahun kali ini, biar kamu bisa ingin memakannya ketika melihatnya. Kalau kamu ingin makan, bisa jadi kamu akan segera terbang ke sini,” ucap Jemmy dengan tersenyum. “Semua ini pasti ulah Arkas.”Hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih untuk Pak Arkas dan juga Kakek Indra.”“Apa kamu masih di Mirlan? Kapan kamu pulangnya?” tanya Jemmy.“Aku akan pulang dalam beberapa hari ini. Aku akan pulang untuk menemanimu!” balas Sonia dengan tersenyum santai.“Apa hari ini ada yang merayakan ulang tahun buat k
Tadinya Sonia mengira, seiring berjalannya waktu, efek samping dari obat itu akan berkurang. Namun setelah dilihat sekarang, sepertinya tidak demikian.“Jangan! Aku yang menyebabkanmu menjadi seperti ini!” Terlintas rasa sakit hati dan bersalah di dalam mata Kase. Dia menatap Sonia dalam-dalam, lalu membuka pintu berjalan meninggalkan tempat.Setelah Kase pergi, Sonia kembali mengenang kembali mimpi semalam. Dia tetap saja tidak bisa kepikiran apa pun. Hanya saja, seharusnya Sonia telah mimpi semalam.Sampai saat ini, rasa gelisah dan sakit masih terbayang di dalam benak Sonia. Rasa pesimis yang tidak terdeskripsikan telah menguasai benaknya saat ini. Tiba-tiba Sonia kepikiran kenapa Rayden bisa melepaskannya dengan semudah ini? Apa benar hanya karena Kase dan Bondala? Apa Rayden masih sedang mengontrol dirinya?Sonia kembali berbaring di atas ranjang. Dia meringkuk, tidak bisa meluapkan rasa lara di hatinya. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya keluar dari perasaan ini? Dia hanya mer
Sebentar lagi sudah subuh, Reza membuka ponselnya. Dia sedang melihat jam, tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu membuka sistem yang terhubung dengan kalung Sonia. Suhu tubuh dan detak jantung Sonia tidak berada di kondisi normal.Kening Reza sedikit berkerut. Apa Sonia melepaskan kalungnya lagi?Sebelumnya Reza menyadari Sonia akan melepaskan kalung itu saat sedang tidur. Reza juga pernah mempertanyakan masalah itu. Sonia mengatakan tidaklah nyaman untuk mengenakan sesuatu di saat sedang tidur.Hanya saja, meski Sonia sedang tidur, Reza juga bisa merasakan detak jantungnya. Siapa suruh saat ini Sonia tidak berada di dalam pelukannya.Reza mengendus ringan. Setelah waktu menunjukkan pukul 12, dia mengirim pesan kepada Sonia.[ Istriku, selamat ulang tahun! ]…Keesokan harinya, sama seperti biasanya, saat hampir mendekati pukul sembilan pagi, Sonia dibangunkan oleh Kase.Kali ini, agak sulit untuk membangunkan Sonia daripada biasanya. Saat Sonia bangun, dia malah kelihatan linglung.“