Tiga orang remaja murid Perguruan Pinus Angin terus saja mengejar sang kelelawar hingga tiba di suatu tebing yang curam. Disana terdapat sebuah gua yang cukup lebar.
Wulung dibawa masuk ke dalam gua tersebut. Kepakan ribuan sayap kelelawar dan teriakan Wulung menggema sampai ke luar gua.
Gua itu terlihat sangat menyeramkan apabila dilihat dari luar tebing. Lubangnya menyerupai mulut yang menganga, siap memangsa apa saja yang ada di hadapannya. Stalagtit tajam menghujam ke bawah, membentuk semacam gigi taring mengerikan di tengah malam gelap.
Gema teriakan dari berbagai makhluk di dalamnya seakan menjadi nyanyian pengantar maut.
Ketiga remaja itu harus melompat ke atas diantara bebatuan tebing yang curam dan licin untuk bisa sampai ke mulut gua.
Sampai disana, mereka berhenti sejenak. Butuh beberapa saat hingga mata mereka bisa menyesuaikan diri dengan kondisi gua yang gelap gulita.
"Malya, kalau kau tidak sanggup masuk ke dalam gua, bi
Janu dan Rangin menarik Malya melompat dari mulut gua. Mereka terjun bebas dari tebing yang curam, langsung terperosok ke semak belukar di bawah. Janu sempat menaruh Malya digendongan saat di udara.Disini Janu dan Rangin sigap. Masing masing membawa beban, mendarat di semak belukar dengan tegap. Wulung di pundak Rangin dan Malya di gendongan Janu sedikit terhentak. Wajah Malya masih panik akibat serangan kelelawar tadi.Di bawah sana, ketiganya lantas mendongak ke atas. Di atas tebing, di mulut gua, para kelelawar tadi ditambah ribuan kelelawar dari dalam gua mengikuti sang kelelawar raksasa terbang entah kemana."Huft! Untung saja para kelelawar itu tidak menyerang kita." Gumam Janu sambil menjatuhkan Malya dari gendongan."Apa apaan kalian ini! Loncat tanpa bilang bilang. Untung kita masih selamat!" Gerutu Malya. Amarahnya kini dialihkan kepada kedua temannya."Alah, bilang saja kalau kau takut kelelawar!" Ejek Rangin."Apa? Mau dihajar k
Beberapa saat Rangin berdiri kaku. Dari tubuhnya tiba tiba mengeluarkan cahaya kuning keemasan, membuat tubuhnya tampak seperti patung emas.Tubuh Rangin yang menjadi sedemikian rupa membuat Janu dan Malya bergidik. Serangan apakah itu? Kenapa Rangin bisa menjadi patung emas seperti itu."Owh, unsur emas cahaya rupanya. Pantas tubuhnya sangat kekar dan berotot." Komentar sang lelaki misterius."Tidak ada apapun yang mencurigakan. Baik, sekarang giliran si wanita." Ujarnya kemudian.Lelaki itu kembali menunjuk. Kini yang dituju adalah Malya. Gadis itu pun sedikit cemas, dia menutup kepalanya.Cahaya berkilau kembali muncul dan menghujam tepat ke tubuh Malya. Sama seperti Rangin, gadis itu juga tidak bisa bergerak.Seketika muncul tanaman yang merambat dari dalam tanah, melilit tubuh Malya. Tangan dan kaki gadis itu bagai diikat oleh suatu tali yang erat. Dedaunan pun ikut menutup sekujur tubuh.Malya kini sudah seperti patung kuno yang
"Semoga kalian bisa melewati tahap pencerahan!"Suara lelaki misterius terdengar sampai ke telinga keempat remaja. Setelah itu suara itu hilang, dan hutan menjadi sepi kembali.Saat keempatnya terbebas dari kekakuan, mereka mendengar petunjuk dari si lelaki misterius. Walaupun mereka sempat kaget, namun ketiga remaja dengan sigap memberi hormat. Wulung yang melihat sikap rekan rekannya ikut memberi hormat."Apa yang terjadi kak? Suara siapa itu?" Wulung yang baru sadar bertanya pelan."Sstt!" Malya menyuruhnya diam."Tuan, maafkan kami apabila semalam kami lancang. Terimakasih telah memberitahu tentang keberadaan pohon walikukun. Untuk saran yang tuan berikan, akan saya coba." Janu kembali memberi hormat ke arah gua.Rangin dan Malya juga memberi hormat. Sejak semalam mereka sadar bahwa mereka telah melakukan kesalahan. Mereka tanpa sengaja memasuki wilayah pertapaan orang.Disini mereka ingat akan informasi yang diberikan Wulung di M
"Para pendekar sekalian, terimakasih sekali lagi atas bantuannya tempo hari. Kami juga minta maaf atas perlakuan kami sebelumnya, kami sangat malu apabila mengingat kejadian waktu itu.""Santai saja tuan tumenggung, yang penting saat ini kondisi sudah cukup aman." Balas Janu."Oh iya tuan, apa kalian sudah berhasil menemukan pohon walikukun yang kalian cari? Saya dengar kabar, di daerah Pegunungan Sewu ada seorang pertapa sakti yang menjaga wilayah sana.""Kami sudah berhasil menemukan kayu walikukun yang kami cari. Dan benar, memang ada seorang pertapa sakti yang bersemadi disana. Kami berhasil menemukan kayu ini berkat arahannya juga.""Owh, dari yang saya dengar, pertapa itu sangat menakutkan dan jahat. Tapi kalian berhasil meminta bantuan darinya. Selamat kalau begitu!""Yah, kami hanya beruntung saja. Kami juga tidak tahu apapun tentang pertapa itu. Yang pasti, kami berhasil selamat dari sana tanpa kurang suatu apapun."Mendengar penjel
Di pusat penempaan, keempat remaja segera menyerahkan bahan bahan yang mereka peroleh. Mereka menyerahkan beberapa butir batu wesi ireng, beberapa bongkah pecahan batu ketumbar, sebatang kayu walikukun, dan dua buah sisik naga."Kak Lestaman, aku ingin membuat sebuah tongkat, eh, tombak sekalian, dari bahan kayu walikukun ini. Untuk ukuran dan bentuk mata tombak, aku serahkan kepada kak Lestaman." Jelas Wulung."Kalau aku, tolong buatkan senjata apa saja dari bebatuan wesi ireng." Sahut Rangin."Kak, bu...""Sebentar sebentar!... Jelaskan dahulu ilmu kalian, dan bakat kalian!" Potong Lestaman saat Malya mau berbicara."Jelaskan satu per satu. Kau, bicara dahulu!" Tunjuk Lestaman kepada Wulung."Ee, aku memakai ilmu dari kitab sungai lembah berangin. Keahlianku memakai senjata tongkat, dan bakatku adalah unsur air dan angin. Aku memilih senjata tombak karena melihat daya serangnya yang lebih kuat dibanding hanya menggunakan tongkat.""
Lima tahun dijalani Janu dengan meditasi. Kini dia sudah menginjak usia dua puluh dua tahun. Bagi ukuran orang orang Jawa, dia sudah terlalu tua untuk menikah. Namun disini, dia sebagai seorang pendekar, tidak terlalu memikirkannya. Memang, usia orang yang memiliki kekuatan dan kesaktian jauh lebih lama dibandingkan orang biasa.Semakin dewasa, kini Janu terlihat lebih tampan. Rambutnya yang ikal panjang, kini sudah dipotong sebahu. Tubuhnya yang kurus namun tegap ditambah kulit sawo matang, membuatnya terlihat sangat flamboyan. Ditambah lagi matanya yang tajam dan wajahnya yang tirus, semakin meningkatkan kharisma dirinya.Dia bersama dengan ketiga rekannya, kini sudah benar benar menjadi murid inti Perguruan Pinus Angin. Mereka menjadi murid termuda yang berhasil menjadi murid inti perguruan itu.Selama menjadi murid inti, keempatnya sama sekali tidak diperbolehkan keluar perguruan tanpa pemberitahuan. Mereka diminta untuk terus bermeditasi sebelum mencapai ta
Siang hari, Janu dan kawan kawannya sedang berada di salah satu taman asoka. Mereka tengah mendengarkan petuah dari Guru Gatri, seorang guru pertapa dari Perguruan Pinus Angin.Ķali ini mereka datang ke taman asoka karena ada sesuatu yang mereka ingin tahu berkenaan dengan tahap pencerahan. Sekaligus karena acara pemberian petuah dan wejangan sangat jarang dilakukan dan aji mumpung kali ini ada."Nah, bakat dan peningkatan kekuatan juga berkenaan dengan hati. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda, selain bawaan dari lahir juga tergantung dari keteguhan hati. Bagaimana kecepatan kalian dalam menapaki setiap tingkat kekuatan, dan bagaimana keahlian kalian memanfaatkan energi alam. Semua itu tercermin dari ketetapan hati kalian.""Hmm, baiklah! Sekarang aku beri waktu kalian untuk bertanya."Setelah lama Guru Gatri memberi wejangan, kini dia memberi kesempatan bertanya.Beberapa murid perguruan yang ada disana saling pandang. Setelah mendapat
Di lokasi lain, di Giriloka, ada sebuah pertemuan antar pemimpin perguruan di tanah Jawa. Mpu Sadhana duduk bersila di pendopo, Ki Ekadanta dan Mpu Kalya duduk di sebelahnya dengan khidmat.Disekitar mereka, para pemimpin perguruan lain dan para pendekar kenamaan juga duduk bersila, membentuk lingkaran di dalam pendopo."Selamat datang para pendekar sekalian! Terimakasih sudah mau menyempatkan diri ke perguruan ini. Sudah lama sekali sejak terakhir kita berkumpul. Baik, tanpa panjang lebar, alasanku mengundang kalian kemari lima tahun lalu adalah karena maraknya kejahatan yang terjadi akhir akhir ini.""Seperti yang kalian tahu, banyak sekali teror yang muncul di seluruh wilayah Jawa, mulai dari perampok, hewan buas, hingga siluman. Mereka tahun tahun belakangan ini semakin berani turun dari sarangnya. Sesuai pesanku dalam undangan, juga meminta kalian untuk menolong para warga dimanapun.""Nah, berkaitan dengan semua itu, aku mengumpulkan kalian ta