Share

CP 46. Tugas

Author: Moa
last update Last Updated: 2021-06-19 09:40:31

Diatas meja, tumpukan gulungan menggunung. Ada beberapa meja di sudut sudut aula.

Ketiga remaja itu sudah tahu, dua meja di ujung aula adalah ditujukan bagi para pemula yang belum mencapai tahap keempat. Lalu lima meja berjejer di dekatnya adalah kelompok tugas bagi murid yang sudah mencapai tahap keempat hingga ke delapan. Dan sepuluh meja berjejer di seberang aula adalah dikhususkan bagi para murid yang sudah mencapai tingkat penguatan energi. Untuk mereka yang sudah mencapai tingkat konsep kebenaran, tugasnya diserahkan langsung oleh Mpu Kalya.

Beberapa anak tampak sudah mengerumuni meja untuk tahap keempat dan seterusnya. Saatnya ketiganya berpencar mencari tugas yang cocok untuk mereka. Disini ketiganya segera membolak balikkan dan membuka tiap gulungan tugas.

"Janu, Wulung kemari!" Undang Rangin di salah satu meja.

"Ada apa?"

"Lihat ini!"

Kedua remaja itu mendekati Rangin.

"Ini, ada tugas gampang. Melatih beladiri putra putra Tu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Janu: Tahap Awal   CP 47. Masin

    Hari ke tujuh sejak Janu dan kawan kawannya berangkat dari Perguruan Pinus Angin, ahirnya mereka pun tiba di perbatasan Kadipaten Masin."Akhirnya sampai juga! Hahaha, ayo kita ke rumahku!" Ajak Rangin tidak sabar."Kak Rangin, nanti saja. Kita ke desa terdekat dulu, cari makan. Aku masih lapar!" Rengek Wulung."Aku juga masih lelah, kita istirahat saja di desa terdekat." Saran Janu."Huft! Baiklah kalau begitu." Sedikit berat, Rangin mengiyakan.Sejenak mereka beristirahat di desa terdekat. Disana mereka hanya makan sebentar, lalu berjalan kaki lagi karena Rangin sudah tidak sabaran ingin segera sampai di pusat kadipaten.Malam hari pun tiba, ketiganya sampai di depan kediaman Rangin. Disana empat orang prajurit berjaga dengan ketat. Melihat Rangin yang tiba tiba mendatanginya, keempat penjaga itu pangling."Berhenti! Siapa kalian dan ada tujuan apa kemari?" Tanya salah satu penjaga."Paman Trucita, ini aku Rangin! Apa kau lup

    Last Updated : 2021-06-19
  • Janu: Tahap Awal   CP 48. Desas Desus

    Agak lama Rangin dan kedua orang tuanya bercengkerama. Sementara itu, kedua rekan Rangin berdiam diri dibalik pintu. Mereka seolah tidak berani masuk.Bukan masalah apa apa, tetapi keduanya masih belum terbiasa dengan kemewahan kediaman temannya itu. Mereka yang terbiasa hidup di rumah kayu atau bambu biasa, merasa kikuk berada di rumah tersebut.Walaupun dahulu sering berada di kediaman Demang Yasa, namun perbedaan luas dan isi rumah sangatlah banyak. Mereka disini hanya terpaku seakan takut mengotori kediaman Rangin."Oh iya, ayahanda, ibunda, Rangin kemari membawa dua teman Rangin. Janu, Wulung, ayo masuk!" Teriak Rangin dari dalam ruang makan.Kedua rekannya yang sedari tadi hanya diam sontak sedikit terkejut. Mereka dengan kikuk masuk ke dalam ruang makan. Wulung berjalan di belakang Janu, wajahnya merunduk ke bawah, seakan hendak dibenamkan ke bumi. Sementara Janu, dia berjalan berhati hati, membuat gerakan sesopan mungkin."Ini Janu, dan yan

    Last Updated : 2021-06-19
  • Janu: Tahap Awal   CP 49. Isi Hati Wulung

    Sudah empat hari sejak Janu tinggal di rumah Tumenggung Arya Mahanta. Selama empat hari itu dia dan kawan kawannya sibuk mencari informasi keberadaan pohon dewandaru. Selama empat hari itu pula mereka akhirnya mendapat dua informasi dari seorang pedagang dan seorang pemburu yang tinggal di kadipaten.Kabar pertama dari sang pedagang. Dia menyebutkan bahwa pernah membeli seikat kayu dari seorang pemburu di Desa Mangunjiwo sekitar tiga puluh tahun lalu. Dia mengatakan kalau dia tidak akan pernah melupakan kejadian itu, karena salah satu kayu yang dia beli itu sangat aneh. Kayu itu sulit patah saat dipotong, juga mengeluarkan bau yang sangat harum.Ketika pedagang itu menyebut ciri ciri kayu tersebut, Janu dan rekan rekannya yakin kalau kayu itu adalah kayu dewandaru.Kabar kedua datang dari seorang pemburu yang ternyata adalah anak dari sang pemburu yang dulu pernah menjual kayu kayuan kepada pedagang yang menceritakan cerita pertama. Saat ditanya perihal kayu yan

    Last Updated : 2021-06-19
  • Janu: Tahap Awal   CP 50. Pohon Dewandaru

    Di hari kelima, ketiga remaja itu menghentikan perjalanannya. Mereka beristirahat di bawah sebatang pohon beringin sambil berusaha mengobati luka mereka kembali.Sore hari, Janu yang mendapat luka paling sedikit, bertugas mencari buruan untuk makan malam. Dia berjalan menembus hutan tidak jauh dari lokasi temannya beristirahat."Ampun tuan! Aaarrgggghhhh.........!!"Belum sempat Janu mendapat buruan, terdengar dari agak jauh suara orang berteriak.Janu segera berlari mendekati sumber suara. Saat dia sampai, didepannya tergeletak sesosok tubuh yang sudah tidak bernyawa. Mulutnya mengeluarkan busa, sementara matanya membelalak ketakutan.'Orang ini baru saja mati, apa yang terjadi sebenarnya? Apa dia mati dibunuh?' Batin Janu.Dia lantas menoleh kekanan kekiri. Tidak jauh dari sana ada bekas semak belukar yang baru saja terinjak sesuatu. Reflek, Janu segera berlari mengikuti jejak tersebut.Dari arah depan Janu melihat sekelebat bayanga

    Last Updated : 2021-06-19
  • Janu: Tahap Awal   CP 51. Goa Misterius

    Ketiga remaja itu meyakini bahwa yang mereka lihat adalah pohon dewandaru setelah melihat ciri ciri yang sama dengan yang dijelaskan di dalam kitab. Mereka pun bergegas mendekati pohon tersebut."Akhirnya ketemu juga! Ayo kita panjat."Tanpa basa basi lagi, mereka memanjat pohon dewandaru raksasa itu. Mereka tidak peduli berapa usia pohon dewandaru tersebut. Yang terpenting, ambil dulu buahnya, serahkan kepada Ki Sura Yudha, baru ketahuan usia dari pohon itu. Kalaupun salah, mereka bisa mencari lagi, pikirnya.Lincah bagai monyet, ketiganya sangat cekatan memanjat dari satu cabang ke cabang yang lain.Puluhan buah berwarna merah dikumpulkan ke dalam kantung kain. Dari satu pohon yang tampak subur, kini yang tersisa adalah buah yang masih mentah dan berwarna hijau.Ketiganya pun akhirnya selesai, mereka beristirahat di bawah pohon di pinggir aliran sungai. Ditemani suara air terjun yang serasa seperti musik, mereka mengobrol. Sambil mengobrol, Rangi

    Last Updated : 2021-06-19
  • Janu: Tahap Awal   CP 52. Di Dalam Goa

    Janu sangat terkejut melihat pemandangan kerangka dan daging busuk binatang mati menggunung di hadapannya. Dia juga penasaran dengan sosok yang berada di tengah lorong gua.Menghela nafas, Janu menghampiri stalagmit tersebut.Saat cahaya obor menerangi stalagmit, terpampang jelas apa yang melilit stalagmit tersebut. Sebuah kerangka dari seekor ular raksasa tampak mengerikan melilit stalagmit itu. Kepala sang ular menghadap atas sambil memperlihatkan taringnya, tampak seperti sedang menantang langit. Sebuah tanduk menonjol di ujung tengkorak sang ular.Dari bentuk kerangkanya, Janu kini menduga kalau itu bukanlah kerangka seekor ular biasa. Dia menduga kalau itu adalah kerangka seekor naga yang mati disana, berdasarkan ukuran dan tanduk yang berada di ujung kepala.Dibawah, di dekat stalagmit, dua buah kilauan terpantul dari cahaya obor. Janu penasaran, diambilnya dua benda mengkilap tersebut. Dua benda itu seperti sisik tajam berbentuk pipih dengan ujung

    Last Updated : 2021-06-19
  • Janu: Tahap Awal   CP 53. Keluar Goa

    Janu berhasil mencapai tahap kelima, yaitu tahap aliran darah. Beberapa tahap lagi hingga mencapai tahap terakhir.Bermeditasi di dalam mata air tersebut sangatlah ajaib. Padahal belum ada satu bulan Janu mencapai tahap ke empat, dia kini dengan cepat mencapai tahap ke lima. Kemampuannya sekarang tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya. Kini pergerakannya lebih cepat lagi, kekuatan ototnya pun juga meningkat."Kita semua mencapai tahap ke lima kak! Sungguh beruntung kita kali ini." Komentar Wulung."Hahaha... Akhirnya kita bisa menyusul Malya! Sekarang kita lihat nanti, siapa yang paling berbakat, apakah aku atau gadis itu?" Meringis, Rangin berbicara sendiri."Kawan kawan, kita harus merahasiakan tempat ini. Jangan sampai ada orang lain yang tahu. Kalau tidak, nanti kita akan mendapat masalah." Tegas Janu memperingatkan. Keduanya mengangguk pelan."Kak, aku haus. Bagaimana kalau aku minum dari mata air ini?" Wulung menjulurkan kepala mencoba meneg

    Last Updated : 2021-06-19
  • Janu: Tahap Awal   CP 54. Pengobatan Wulung

    Beberapa hari berjalan menembus hutan, sampailah ketiganya di pusat Kadipaten Masin. Wulung yang beberapa hari itu masih belum sadarkan diri segera dibaringkan di dalam kamar di kediaman Tumenggung Arya Mahanta.Tabib kadipaten segera dipanggil, langsung masuk dan memeriksa tubuh Wulung."Bagaimana tuan tabib? Apakah dia baik baik saja?" Tanya Janu cemas. Dia tetap berada di dalam ruangan, menemani sahabatnya tersebut."Aneh, sungguh aneh! Aku baru pertama kali melihat orang sakit yang tubuhnya mengeluarkan asap. Apa kamu tahu penyebabnya?" Tanya si tabib."Eh, kami... Kami juga tidak tahu tuan. Saat kami... Saat kami sedang berburu di hutan Alas Truno, mendadak dia pingsan seperti itu." Jawab Janu terbata bata. Dia mencoba berbohong, berusaha menutupi tentang pohon dewandaru dan gua misterius.Masih penasaran, sang tabib bertanya kembali, "Apa kalian sebelumnya ada makan sesuatu? Atau... mengalami suatu kejadian aneh begitu?"Janu menggelen

    Last Updated : 2021-06-19

Latest chapter

  • Janu: Tahap Awal   CP 121. Para Pemberontak Takdir

    Para pendekar sakti mandraguna bertempur dengan si raksasa Kurupa. Mereka melakukan pertempuran dengan berbagai serangan yang luar biasa kuat dan dalam jangkauan yang luas. Beberapa hari mereka bertempur, menyebabkan wilayah itu menjadi hancur. Badai angin, gempa bumi, gunung meletus, bahkan sungai pun meluap menyebabkan banjir bandang ke segala penjuru. Tanah di hutan Trangil sudah tidak berbentuk, rusak dan gersang, tidak ada tanda kehidupan di atasnya.Selama lima hari bertempur, Kurupa mulai terdesak. Dia yang hanya seorang diri akhirnya tidak mampu mengimbangi kekuatan para pendekar yang bersatu. Kurupa kemudian melarikan diri dengan menghilang dibalik udara hampa. Para pendekar tidak mampu melacak keberadaannya, aura dan jejaknya semua hilang seketika."Aaarrgghh! Kurang ajar si Kurupa itu! Kita tidak boleh membiarkannya lolos begitu saja, kuta harus mencarinya sampai ketemu!" Ki Ekadanta marah mengetahui Kurupa hilang di depan mata."Kalian semua tidak us

  • Janu: Tahap Awal   CP 120. Kurupa

    "Hei, babi dari Pinus Angin! Hadapi aku kalau kau sanggup!" Tantang si wanita penghadang."Huh! Nyi Kupita, suamimu sudah mati di tangan kami! Kini saatnya giliranmu ikut suamimu ke alam kematian!""Heh! Kejar aku kalau kau sanggup!"Nyi Kupita bergerak bagai angin, dia berlalu menghindari keramaian, diikuti oleh Suli yang mengejarnya. Mereka berdua bergerak menembus kobaran api, menuju ke suatu tempat yang lain.Di sebuah bukit sang wanita berhenti, punggungnya membelakangi Suli."Kena kau sekarang! Beraninya kau mengacaukan rencanaku yang sudah aku buat selama bertahun tahun." Ucap wanita itu.Suli berhenti, dia waspada. Apa maksud dari ucapan Nyi Kupita itu."Apa kau tahu siapa aku?" Tanya Nyi Kupita. Suaranya perlahan mulai berubah agak berat."Apa kau tahu? Ha?!""Aku adalah Gendri Kupita! Penguasa gunung dan lembah! Kau tak akan sanggup melawanku! Hahaha..." Wanita itu berteriak dan tertawa terbahak bahak. Dia kemu

  • Janu: Tahap Awal   CP 119. Target Berkumpul

    Beberapa waktu para panglima Mataram dan pendekar dari berbagai perguruan melanjutkan pembicaraan. Mereka membahas teknis pergerakan mereka. Suli dan para murid Perguruan Pinus Angin bergerak dari arah barat. Mereka mengepung ke timur dan langsung menuju ke sumber ritual berlangsung.Selesai pembahasan, mereka pun segera bertindak. Selesai persiapan, Suli menuju ke bagian barat hutan Trangil, lantas bersembunyi di balik pepohonan.Tidak lama, sebuah asap hitam membubung tinggi dari berbagai arah. Api menggelora tinggi melebihi pohon, membakar sisi sisi hutan. Api itu menjalar dari satu pohon ke pohon yang lain, menutup bagian luar hutan, terus merasuk semakin jauh ke dalam.Para prajurit dan pendekar yang bersembunyi di luar hutan juga mulai merangsek masuk dari celah kobaran api. Mereka bergerak sesuai rencana, menutup seluruh pergerakan para penganut ilmu hitam.Melihat api yang berkobar sangat besar dari segala arah, para penganut ilmu hitam tetap tena

  • Janu: Tahap Awal   CP 118. Penyerapan Belum Usai

    Beberapa hari setelah penyerangan ke sarang perampok Tanduk Api, Janu dan kawan kawan berpisah dengan Suli. Mereka kembali ke Perguruan Pinus Angin, sementara Suli masih melanjutkan tugasnya. Sebelumnya, para tawanan sudah dikembalikan ke desa masing masing oleh para prajurit Lasem."Kalau kalian mendapat tugas semacam ini lagi, butuh dua kali lagi agar nilainya bisa ditukar dengan ramuan mantra ilusi. Aku jamin ramuan itu akan sangat berguna bagi kalian." Saran Suli saat mereka hendak balik ke perguruan."Ramuan mantra ilusi? Apa itu kak?" Tanya Malya penasaran."Itu adalah semacam ramuan mujarab untuk melancarkan kemampuan berpikir kita. Ramuan itu sangat penting apabila kalian menginginkan sebuah pencerahan. Tapi ingat! Ramuan itu hanya boleh diminum sekali saja.""Hmm, baik kak! Sekarang kami balik dulu, selamat tinggal kak Suli! Sampia jumpa nanti di perguruan."Tujuh orang lelaki dan dua perempuan berjalan kembali menuju ke perguruan. Mereka

  • Janu: Tahap Awal   CP 117. Pasca Penyerangan

    "Kak Suli! Semua kawanan perampok sudah kami tumbangkan. Jalada, Andaka, dan Kijan sudah tewas semua, sisa Nyi Kupita yang berhasil melarikan diri ke hutan." Lapor Wulung."Coba kalian periksa sekali lagi, siapa tahu masih ada yang bersembunyi di dalam pondok tau di pinggir bukit.""Baik kak!"Wulung lantas mengajak beberapa murid lain untuk berkeliling. Sementara itu Malya berdiri terpaku menatap Janu yang tengah bermeditasi menyembuhkan diri."Kak, apa dia baik baik saja?" Tanya Malya kepada Suli."Dia baik baik saja, serangan tadi hanya melukai bagian dalam sedikit saja, tidak berpengaruh besar. Dengan ramuan buatanku ini, semua luka dalam akan sembuh seketika, bahkan mungkin bisa memicu peningkatan kekebalan tubuh menjadi lebih baik lagi." Jawab Suli santai."Ramuan macam apa itu kak?" Gumam Malya."Hehehe, kau tidak perlu tahu. Ini rahasia!" Suli tersenyum tipis."Aish! Dasar kakak gendut!" Umpat Malya sedikit kecewa. Dia

  • Janu: Tahap Awal   CP 116. Kehancuran Tanduk Api

    Jalada menyerang dengan membabi buta, tidak sadar bahwa senjatanya rusak parah melawan pisau Dwitungga Baruna. Sampai akhirnya goloknya patah, barulah dia mampu dibekuk oleh Janu. Dengan mengorbankan dada kanannya, Janu berhasil menghujamkan pisaunya ke perut Jalada. Ditambah dengan luka yang cukup lebar di leher, membuat lelaki itu pun terjatuh kehilangan nyawa.Para pengikut Jalada kaget melihat pimpinan mereka tewas di tangan Janu. Mereka serasa tidak percaya melihat junjungannya yang selama ini dianggap paling kuat dan brutal bisa sampai meregang nyawa dikalahkan oleh Janu.Kijan, Andaka, dan para wakil perampok yang lain pun juga ikut kaget. Keringat dingin mengucur deras, kini tidak ada lagi yang mampu menahan serangan para murid Perguruan Pinus Angin. Beberapa langsung berlari melarikan diri, sebagian besar masih terdiam di tempat.Melihat Jalada tewas, Nyi Kupita langsung ambil langkah seribu. Dia pergi begitu saja dari hadapan Suli yang tadi sempat mela

  • Janu: Tahap Awal   CP 115. Dendam Terbalas

    Janu dan Wulung juga telah selesai dengan pondok terakhir di wilayahnya. Mereka mendengar keributan di sudut bukit, mereka pun lantas segera menghampirinya.Di satu titik, mereka melihat dari kejauhan beberapa murid tengah bertahan dari serangan para perampok. Di sisi lain, mereka juga melihat lawannya, Jalada, dengan amarahnya menyerang membabi buta.Malya pun terlihat tengah menghadapi Andaka yang sedang mengamuk seperti banteng kesetanan. Sementara itu Rangin yang sedari tadi sudah memisahkan diri tengah mengahadapi lima perampok sekaligus. Nyi Kupita yang hendak membantu Jalada juga tengah ditahan oleh Suli."Wulung, aku akan menghadapi Jalada! Kau urus anak buahnya." Tegas Janu."Tapi kak..." Ujar Wulung sedikit emosi. Dia juga ingin menghadapi Jalada.Janu menatap Wulung, matanya memancarkan keinginan yang sangat kuat. Beberapa saat Wulung mendesah. Dia pun mengangguk."Baik lah kak. Hati hati!" Ucap Wulung pelan. Dia kemudian berlari

  • Janu: Tahap Awal   CP 114. Bukit Pembantaian

    "Kita bagi kelompok dalam empat penjuru! Aku ke utara, sisanya kalian bagi saja sendiri, siapa yang akan mengikutiku." Tegas Suli.Para murid pun langsung membagi menjadi empat kelompok, masing masing mengepung dari empat sudut bukit. Janu, Rangin, dan Wulung bergerak ke sisi timur. Sedangkan Malya, bersama murid murid yang lain mengepung dari arah selatan.Disini belum ada yang menyadari pergerakan para murid Perguruan Pinus Angin. Mereka melakukan penyergapan dengan sangat senyap dan tanpa suara, aura mereka pun bahkan dihilangkan. Dengan gesit mereka berjalan mengendap endap dari semak ke semak, pohon ke pohon.Setelah merasa cukup dekat dengan target, mereka langsung menghabisi para penjaga itu dengan senyap. Di luar, para penjaga yang berada di setiap sudut dihabisi tanpa sisa. Tidak ada suara apapun terdengar selain kematian.Para murid berhasil menyusup ke dalam menerobos pagar bambu. Mereka pun bergerak menuju ke pondok pondok yang tersebar disana

  • Janu: Tahap Awal   CP 113. Sarang Tanduk Api

    Melihat pemimpinnya kalah, para kera yang lain berhamburan ke segala arah. Bagai tubuh tak berkepala, kera kera itu seakan kembali ke sifatnya yang biasa, yang biasanya takut apabila melihat manusia. Dengan tewasnya Lutung Kasyapa, selesai pula tugas Janu dan kawan kawan di Masin. Para prajurit dan murid Perguruan Pinus Angin bisa bernafas lega, kewaspadaan mereka mengendor melihat para kera bergelantungan kabur dari lokasi itu. Para murid perguruan, termasuk Rakawan, terlihat kelelahan setelah bertempur dengan hebat dengan sang siluman. Murid murid dan prajurit yang terluka langsung diberikan pertolongan oleh para prajurit yang sehat. Dua minggu berlalu sejak penyerangan ke hutan Segorokayu, Janu dan ketiga rekannya kini sudah tiba di Lasem. Mereka tidak mau berlama lama di Masin, karena masih ada tugas yang harus dikerjakan di Lasem. Mereka harus membasmi komplotan perampok Tanduk Api yang bertahun tahun meresahkan warga. Di pusat kadipaten, mereka

DMCA.com Protection Status