Janu sudah berjalan cukup jauh di dalam hutan bambu. Dia sudah kehilangan arah manapun juga. Berkali kali dia menemukan gelang, berkali kali pula gelang tersebut berbeda dengan gelang yang dia bawa. Ada yang terlalu besar, terlalu kecil, ada pula yang ukirannya berbeda.
"Hihihi, berhasil! Saatnya kembali ke padang rumput."
Suatu ketika dia mendengar suara tawa seorang anak dari sebelah kanan. Dari tawanya tampaknya si pemilik suara menemukan sebuah gelang. Disini Janu penasaran, didekatinya sumber suara. Sesaat dia melihat seorang anak seusianya bertubuh bongsor sedang menggenggam sepasang gelang.
Anak tersebut merasakan ada yang mengamatinya dari samping, dia pun menoleh. Janu yang sedang berjalan menguntit segera ketahuan, jaraknya cukup dekat dengan si anak bongsor. Mereka pun lantas berhadapan. Anak tersebut sedikit panik, dia sontak menyerang Janu.
Sambil melompat maju, dilayangkannya pukulan ke arah Janu. Dia sedikit kaget saat diserang tiba tiba, n
Sebuah suara keras kembali menggema saat para murid Perguruan Pinus Angin keluar dari pondok. Suara itu sangat menggelegar, sangar, dan berwibawa."Ujian tahap pertama selesai! Tujuh ratus empat puluh tiga anak lolos. Mulai tahap kedua sekarang!"Suli bersedekap dengan hormat saat suara itu bergema. Sesaat setelah suara itu menghilang, tiba tiba saja ratusan gentong air berukuran besar melayang dari balik jurang. Gentong gentong air itu secara ajaib terbang melayang dan mendarat di depan kerumunan. Seorang murid perguruan membawa dua tusuk dupa panjang lantas menancapkannya di tanah."Kalian yang berhasil lolos, ambil satu per satu gentong air ini! Pasang kuda kuda kalian, lalu angkat gentong air ini! Jangan sampai gentong air ini tumpah atau menyentuh tanah. Ujian tahap kedua dimulai saat dupa dinyalakan dan selesai saat dupa kedua telah habis. Sekarang, ambil gentong kalian masing masing! Cepat!" Tegas Suli.Ramai anak anak mengambil gentong air. Setela
Kini beberapa murid meletakkan batu bakat yang mereka bawa ke tanah. Sambil berteriak mereka menyuruh anak anak di dalam kelompoknya untuk berbaris rapi. Anak anak pun mulai berbaris dan bergiliran melakukan ujian mereka.Ujian ketiga baru saja dimulai, seketika seorang anak perempuan berteriak kaget. Rambut anak itu merah terbakar, api kecil tampak menempel di kepala. Saat dia melepaskan telapak tangannya dari batu bakat, seketika itu pula api yang membakar rambutnya lenyap seperti tak terjadi suatu apapun, rambutnya pun masih utuh. Anak perempuan itu segera dipisahkan dari yang lain."Unsur api tingkat rendah, lolos!" Teriak seorang murid sambil memisahkan si anak perempuan.Beberapa saat kemudian mulai bermunculan fenomena fenomena aneh lain yang terjadi. Ada yang mengeluarkan asap hitam pekat dari tubuh, ada pula yang dari ujung kaki sampai pinggang terlihat mengeras dan berubah menjadi batu. Mereka yang berhasil membuat suatu fenomena tertawa girang. Setela
Hari kedua pun dimulai, ujian keempat kembali dilaksanakan. Sejumlah seratus enam puluh tiga anak lolos dari ujian tahap ketiga. Malam sebelumnya banyak anak yang tidak bisa tidur dengan lelap. Mereka khawatir kalau saja ujian tahap keempat dimulai secara mendadak.Janu dan Wulung seperti biasa juga sudah bangun. Namun disini kondisi mereka berdua kelihat segar bugar. Mereka tampaknya tidak gelisah dengan ujian yang sedang dihadapi, keduanya semalam tidur dengan nyaman. Seperti biasa, mereka melakukan pemanasan pagi di depan pondok.Isi di dalam pondok jadi terasa sangat lega dan luas saat hari sebelumnya ratusan anak yang tidak lolos dikembalikan ke desa masing masing. Di perbukitan di luar pondok juga tidak nampak kehadiran Suli maupun murid perguruan lainnya. Hal itu sangat aneh, membuat anak anak yang sudah bangun menjadi semakin tegang.Mentari pagi akhirnya terbit memancarkan sinarnya ke segala penjuru, menerangi seluruh wilayah perbukitan. Di padang rumpu
"Ini adalah ujian tahap akhir! Siapapun yang berhasil lolos akan menjadi murid Perguruan Pinus Angin. Kerahkan seluruh kemampuan kalian disini!""Baiklah, ujian tahap keempat dimulai! Siapapun segera naik ke atas arena!" Sambil berkata, Suli melompat keluar arena, diikuti murid murid lainnya.Segera saja anak anak yang tampak percaya diri langsung naik ke atas arena. Di atas arena terlah berkumpul enam anak yang saling berhadapan. Disana hanya ada satu anak wanita yang berani naik ke atas arena. Mereka saling pandang, wajahnya tegang. Dalam pikiran mereka sudah siap memikirkan cara untuk saling menjatuhkan lawannya."Ujian dimulai!" Teriak Suli memecah suasana.Aba aba dimulainya pertandingan sudah diteriakkan. Mereka yang berada di atas arena langsung melancarkan taktik masing masing. Ada yang dengan brutal memukul dan mendorong, ada pula yang dengan cepat menghindari keramaian dan mencari posisi aman.Mereka tidak ada yang mau mengalah, bahkan si
"Pertandingan tahap ke sebelas selesai, Kumbawirya lolos!"Sampai babak ke sebelas, masih banyak terjadi pertumpahan darah. Walaupun banyak anak yang takut dan merasa tertekan melihat kekacauan di babak babak sebelumnya, namun tetap saja mereka harus naik ke atas arena.Wulung hendak naik ke atas arena saat Janu menarik lengannya."Jangan dulu! Kita naik di tahap tahap agak terakhir saja." Saran Janu.Prediksinya pasti di tahap pertengahan ini masih ada banyak anak yang kuat tersisa.Benar saja, beberapa diantara anak yang naik ke atas arena memiliki postur tubuh yang besar dan jangkung. Dengan tubuh kekar, anak anak ini bagai sebuah menara di tengah kerumunan. Beberapa anak berbisik untuk menjatuhkan mereka yang terlihat kuat terlebih dahulu.Aba aba pertandingan kembali bergema. Semua anak pun melancarkan serangannya. Tidak jauh berbeda dengan babak babak awal, babak pertengahan juga penuh dengan kekerasan. Mereka yang bertubuh besar
"Pertandingan tahap ke dua puluh lima selesai, Janu lolos!" Terdengar suara Suli mengumumkan kemenangan Janu.Sambil membersihkan badan dari debu selepas pertarungan, Janu turun dari arena. Pertandingan pun dilanjutkan kembali. Disini Janu berlalu menuju ke tempat anak anak yang sudah lolos. Dia pun beristirahat sambil sibuk memikirkan sesuatu.Janu terhenti dari lamunannya saat dia menoleh ke arah arena. Disana sudah pada pertengahan babak ke dua puluh sembilan. Di sebelahnya sudah ada tiga anak baru yang ikut lolos setelahnya. Ketiganya tengah serius menonton pertandingan.Di atas arena terlihat lima anak tengah berkelahi dengan sengit. Wulung terlihat diantara kelima anak tersebut. Disana dia masih bertahan sambil terus berlari mehghindari serangan anak anak lainnya. Wulung yang bertubuh kecil, pendek, dan kurus tidak bisa menyerang secara langsung. Dia dengan mengandalkan stamina yang kuat memilih strategi menghindar dan menyerang saat ada kesempatan. Dia te
"Hahaha... Selamat kepada kalian semua, berhasil masuk menjadi murid Perguruan Pinus Angin." Si kakek ompong angkat bicara, memberi selamat kepada mereka.Suara dari si kakek ini sama persis dengan suara berat yang menggema saat mereka menjalankan ujian. Kini anak anak itu tidak bertanya tanya lagi darimana munculnya suara tersebut. Mendengar ucapan dari si kakek mereka sudah yakin bahwa suara tadi adalah suara si kakek ini.Ketiga orang itu kini mendarat tepat di hadapan Suli. Si lelaki paruh baya lantas memegang bahu Suli, dia pun mengangguk. Seolah diberi aba aba, Suli segera berbalik arah menghadap ke arah anak anak di belakangnya."Perhatian! Disini kalian semua sudah diterima menjadi murid Perguruan Pinus Angin. Kini saatnya aku sebagai kakak seperguruan memperkenalkan diri. Namaku Suli, salam kenal!""Salam kenal kak!" Teriak anak anak balik."Disini sebagai kakak seperguruan kalian, akan kuperkenalkan tiga orang tetua perguruan kita. Beliau
"Baiklah! Tanpa minta persetujuan kalian, aku mulai tantangan ini! Sekarang, semuanya ambil kain ini masing masing satu!"Sambil mengeluarkan bermacam macam kain warna warni, Mpu Kalya menyebarkannya ke segala penjuru. Anak anak terhenyak, mereka pun dengan masih canggung segera berlarian menangkap sebuah kain.Sementara itu para murid Perguruan Pinus Angin sibuk menancapkan bendera di tanah. Bendera bendera itu ditancapkan membentuk lingkaran lingkaran menyerupai arena."Bagus, bagus... Sekarang bagi siapapun yang warna atau corak kain yang didapat sama dengan bendera yang menancap di tanah, segera pergi ke arena masing masing." Tegas Mpu Kalya."Suli! Selanjutnya kau yang urus pertandingan mereka.""Baik guru!" Suli memberi hormat."Kalian semua! Segera masuk ke arena masing masing!" Teriak Suli.Semua anak masuk ke arena masing masing. Janu mendapat kain berwarna hitam, dia masuk ke arena yang berbendera hitam.