Kini beberapa murid meletakkan batu bakat yang mereka bawa ke tanah. Sambil berteriak mereka menyuruh anak anak di dalam kelompoknya untuk berbaris rapi. Anak anak pun mulai berbaris dan bergiliran melakukan ujian mereka.
Ujian ketiga baru saja dimulai, seketika seorang anak perempuan berteriak kaget. Rambut anak itu merah terbakar, api kecil tampak menempel di kepala. Saat dia melepaskan telapak tangannya dari batu bakat, seketika itu pula api yang membakar rambutnya lenyap seperti tak terjadi suatu apapun, rambutnya pun masih utuh. Anak perempuan itu segera dipisahkan dari yang lain.
"Unsur api tingkat rendah, lolos!" Teriak seorang murid sambil memisahkan si anak perempuan.
Beberapa saat kemudian mulai bermunculan fenomena fenomena aneh lain yang terjadi. Ada yang mengeluarkan asap hitam pekat dari tubuh, ada pula yang dari ujung kaki sampai pinggang terlihat mengeras dan berubah menjadi batu. Mereka yang berhasil membuat suatu fenomena tertawa girang. Setela
Hari kedua pun dimulai, ujian keempat kembali dilaksanakan. Sejumlah seratus enam puluh tiga anak lolos dari ujian tahap ketiga. Malam sebelumnya banyak anak yang tidak bisa tidur dengan lelap. Mereka khawatir kalau saja ujian tahap keempat dimulai secara mendadak.Janu dan Wulung seperti biasa juga sudah bangun. Namun disini kondisi mereka berdua kelihat segar bugar. Mereka tampaknya tidak gelisah dengan ujian yang sedang dihadapi, keduanya semalam tidur dengan nyaman. Seperti biasa, mereka melakukan pemanasan pagi di depan pondok.Isi di dalam pondok jadi terasa sangat lega dan luas saat hari sebelumnya ratusan anak yang tidak lolos dikembalikan ke desa masing masing. Di perbukitan di luar pondok juga tidak nampak kehadiran Suli maupun murid perguruan lainnya. Hal itu sangat aneh, membuat anak anak yang sudah bangun menjadi semakin tegang.Mentari pagi akhirnya terbit memancarkan sinarnya ke segala penjuru, menerangi seluruh wilayah perbukitan. Di padang rumpu
"Ini adalah ujian tahap akhir! Siapapun yang berhasil lolos akan menjadi murid Perguruan Pinus Angin. Kerahkan seluruh kemampuan kalian disini!""Baiklah, ujian tahap keempat dimulai! Siapapun segera naik ke atas arena!" Sambil berkata, Suli melompat keluar arena, diikuti murid murid lainnya.Segera saja anak anak yang tampak percaya diri langsung naik ke atas arena. Di atas arena terlah berkumpul enam anak yang saling berhadapan. Disana hanya ada satu anak wanita yang berani naik ke atas arena. Mereka saling pandang, wajahnya tegang. Dalam pikiran mereka sudah siap memikirkan cara untuk saling menjatuhkan lawannya."Ujian dimulai!" Teriak Suli memecah suasana.Aba aba dimulainya pertandingan sudah diteriakkan. Mereka yang berada di atas arena langsung melancarkan taktik masing masing. Ada yang dengan brutal memukul dan mendorong, ada pula yang dengan cepat menghindari keramaian dan mencari posisi aman.Mereka tidak ada yang mau mengalah, bahkan si
"Pertandingan tahap ke sebelas selesai, Kumbawirya lolos!"Sampai babak ke sebelas, masih banyak terjadi pertumpahan darah. Walaupun banyak anak yang takut dan merasa tertekan melihat kekacauan di babak babak sebelumnya, namun tetap saja mereka harus naik ke atas arena.Wulung hendak naik ke atas arena saat Janu menarik lengannya."Jangan dulu! Kita naik di tahap tahap agak terakhir saja." Saran Janu.Prediksinya pasti di tahap pertengahan ini masih ada banyak anak yang kuat tersisa.Benar saja, beberapa diantara anak yang naik ke atas arena memiliki postur tubuh yang besar dan jangkung. Dengan tubuh kekar, anak anak ini bagai sebuah menara di tengah kerumunan. Beberapa anak berbisik untuk menjatuhkan mereka yang terlihat kuat terlebih dahulu.Aba aba pertandingan kembali bergema. Semua anak pun melancarkan serangannya. Tidak jauh berbeda dengan babak babak awal, babak pertengahan juga penuh dengan kekerasan. Mereka yang bertubuh besar
"Pertandingan tahap ke dua puluh lima selesai, Janu lolos!" Terdengar suara Suli mengumumkan kemenangan Janu.Sambil membersihkan badan dari debu selepas pertarungan, Janu turun dari arena. Pertandingan pun dilanjutkan kembali. Disini Janu berlalu menuju ke tempat anak anak yang sudah lolos. Dia pun beristirahat sambil sibuk memikirkan sesuatu.Janu terhenti dari lamunannya saat dia menoleh ke arah arena. Disana sudah pada pertengahan babak ke dua puluh sembilan. Di sebelahnya sudah ada tiga anak baru yang ikut lolos setelahnya. Ketiganya tengah serius menonton pertandingan.Di atas arena terlihat lima anak tengah berkelahi dengan sengit. Wulung terlihat diantara kelima anak tersebut. Disana dia masih bertahan sambil terus berlari mehghindari serangan anak anak lainnya. Wulung yang bertubuh kecil, pendek, dan kurus tidak bisa menyerang secara langsung. Dia dengan mengandalkan stamina yang kuat memilih strategi menghindar dan menyerang saat ada kesempatan. Dia te
"Hahaha... Selamat kepada kalian semua, berhasil masuk menjadi murid Perguruan Pinus Angin." Si kakek ompong angkat bicara, memberi selamat kepada mereka.Suara dari si kakek ini sama persis dengan suara berat yang menggema saat mereka menjalankan ujian. Kini anak anak itu tidak bertanya tanya lagi darimana munculnya suara tersebut. Mendengar ucapan dari si kakek mereka sudah yakin bahwa suara tadi adalah suara si kakek ini.Ketiga orang itu kini mendarat tepat di hadapan Suli. Si lelaki paruh baya lantas memegang bahu Suli, dia pun mengangguk. Seolah diberi aba aba, Suli segera berbalik arah menghadap ke arah anak anak di belakangnya."Perhatian! Disini kalian semua sudah diterima menjadi murid Perguruan Pinus Angin. Kini saatnya aku sebagai kakak seperguruan memperkenalkan diri. Namaku Suli, salam kenal!""Salam kenal kak!" Teriak anak anak balik."Disini sebagai kakak seperguruan kalian, akan kuperkenalkan tiga orang tetua perguruan kita. Beliau
"Baiklah! Tanpa minta persetujuan kalian, aku mulai tantangan ini! Sekarang, semuanya ambil kain ini masing masing satu!"Sambil mengeluarkan bermacam macam kain warna warni, Mpu Kalya menyebarkannya ke segala penjuru. Anak anak terhenyak, mereka pun dengan masih canggung segera berlarian menangkap sebuah kain.Sementara itu para murid Perguruan Pinus Angin sibuk menancapkan bendera di tanah. Bendera bendera itu ditancapkan membentuk lingkaran lingkaran menyerupai arena."Bagus, bagus... Sekarang bagi siapapun yang warna atau corak kain yang didapat sama dengan bendera yang menancap di tanah, segera pergi ke arena masing masing." Tegas Mpu Kalya."Suli! Selanjutnya kau yang urus pertandingan mereka.""Baik guru!" Suli memberi hormat."Kalian semua! Segera masuk ke arena masing masing!" Teriak Suli.Semua anak masuk ke arena masing masing. Janu mendapat kain berwarna hitam, dia masuk ke arena yang berbendera hitam.
Pertarungan antara Wulung dan si anak bertubuh gempal sangat sengit, keduanya tidak mau mengalah. Saat si anak masih oleng, Wulung melayangkan pukulan ke dada lawannya.Terkejut, si anak bertubuh gempal tidak dapat menghindar. Tubuhnya sedikit terpental saat dadanya dipukul oleh Wulung. Agak sesak pernafasannya akibat serangan itu. Walaupun bertubuh kecil, namun tenaga Wulung tidak bisa diremehkan.Sesaat mereka berdua bangkit, nafas mereka tersengal. Wulung berdiri sambil meringis mengelus pipi kirinya yang lebam. Sementara lawannya tersengal sengal memegang dada yang agak sesak.Wulung saat itu mulai bisa mengendalikan kepanikannya, dia mulai menemukan rasa percaya diri. Sementara di dalam benak lawannya mulai tumbuh kepanikan dan kegelisahan karena Wulung memberikan perlawanan yang cukup sengit. Dia merasa gelisah sekaligus marah karena serangan Wulung.Dengan percaya diri Wulung mulai bergerak maju. Diaturnya lagi taktik serangan untuk melawan. Si ana
Tahap tiga besar tersisa hanya Janu, Malya, dan si anak bertelanjang dada. Mereka bisa dianggap sebagai tiga anak terkuat dari tiga puluh dua anak yang lolos menjadi murid Perguruan Pinus Angin. Janu, memiliki kelincahan dan taktik serang yang jitu. Malya, gadis dengan ilmu dan jurus jurus yang mematikan. Serta si anak bertelanjang dada, memiliki daya tahan dan serangan yang sangat kuat.Pertandingan terakhir itu dilakukan secara langsung, ketiganya masuk ke dalam arena. Disana mereka saling dihadapkan langsung, dilihat siapa yang gugur terlebih dahulu, dan siapa yang bertahan di akhir pertandingan."Perkenalkan! Namaku Malya, cucu dari Ki Ekadanta." Malya membuka percakapan.Malya tersenyum kepada kedua lawannya. Matanya menyiratkan hasrat untuk bertarung. Dia seperti seekor macan betina yang ganas saat menjaga anaknya."Salam kenal! Aku Janu, dari Kademangan Janti." Ujar Janu tegang."Oh, kau dari Janti juga rupanya! Sama seperti anak yang bernam