“Sebentar lagi waktunya makan siang. Ayo mulai kencan dadakan ini dengan mengisi perut di restoran paling mahal di kota Wina.”
Nyatanya itu bukan kencan dadakan. Daniel sudah mempersiapkan semuanya mulai dari memilih restoran yang cocok sekaligus memesan hidangan-hidangan khusus. Menu spesial untuk pasangan yang baru jadian.Daniel tidak peduli dengan perasaan Karina padanya. Entah gadis itu merasa nyaman, terganggu, muak, ataupun jijik. Daniel cukup yakin bahwa Karina tidak akan berani menolaknya.Karina minta izin kepada Daniel, supaya diberi waktu untuk berdandan dan berpamitan dengan keluarganya. Di alam khayalnya, Karina membayangkan dirinya akan dibawa ke rumah besar. Tempat yang penuh dengan anggota keluarga Roches yang memandang rendah ke dirinya. Itu adalah kemungkinan terburuk yang bisa Karina pikirkan. Semoga saja tidak ada level berikutnya.Karina dan Daniel mendorong Alex yang menutupi pintu bersama-sama. Belum apa-apa pikiran mereka sudah nyambung.Istana itu memiliki dinding ruby dan lantai zamrud. Langit-langitnya juga terbuat dari ruby. Istana itu seperti permata raksasa di tengah kota Wina yang megah. Ketika matahari terbit, sinar pagi memantul di permukaan ruby dan zamrud, menciptakan kilauan cahaya yang menakjubkan, seolah-olah istana tersebut diselimuti oleh pelangi abadi. Gerbang utamanya dihiasi dengan ukiran-ukiran indah dan dijaga oleh patung-patung singa berlapis emas. Di dalam, aula utamanya berkilauan seperti ruang harta karun. Setiap sudutnya memantulkan kemewahan, dari tangga spiral yang terbuat dari batu zamrud hingga pilar-pilar tinggi yang berlapis ruby. Bahkan perabotannya, meski minimalis, dipilih dengan teliti untuk melengkapi keanggunan dan keindahan arsitektur permata tersebut. Pada malam hari, istana ini menjadi lebih memesona dengan cahaya lilin dan lampu-lampu kristal yang memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan, menciptakan suasana yang magis dan memukau. Seperti sebuah legenda yang
Dengan latar belakang langit malam yang penuh bintang dan pemandangan kota Wina yang berkilauan, Daniel berlutut di hadapan Karina, mengeluarkan cincin dari saku jasnya. Mata Karina membesar, terkejut dan terharu.“Karina, sejak pertama kali bertemu, aku merasa ada yang istimewa di antara kita. Aku tahu ini cepat, tapi aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bersamamu. Will you marry me?”Karina terdiam, mulutnya ternganga. Hatinya serasa ingin terbang ke awan. Seorang Pangeran tampan, mapan, serta kaya raya mengajaknya naik ke pelaminan siapa yang tidak mau? Tapi sebagai wanita berpendidikan, Karina tidak mau terhasut oleh perasaannya.“Tidakkah anda berpikir, anda terlalu cepat memutuskan pernikahan? Saya belum siap tidur bersama anda di kamar manapun.”Daniel sedikit cemberut. Ditolak oleh pujaan hati meninggalkan luka cukup dalam di hatinya.“Kalau begitu, bagaimana dengan tunangan? Kita fokus mengenal masing-masing dulu, lalu kalau sudah merasa coco
“Karina, sepertinya kau ditipu oleh orang itu. Dia hanya orang kaya biasa bukan Pangeran. Tadi Alex mendatangi vila tepi pantai yang dia katakan, tapi rumah itu sama sekali tidak bisa dimasuki. Setelah itu Alex pulang sambil marah-marah karena sekuriti di sana mengusirnya dengan kasar.” Terang Vina, adik Karina yang paling tua.“Kenapa bisa seperti itu? Aku yakin sekali pria ini benar-benar Pangeran Daniel. Wajahnya, suaranya, logatnya, semua sama. Hanya gestur tubuhnya yang sedikit berbeda. Tapi aku yakin itu pengaruh dirinya yang sedang jatuh cinta.”Penjelasan Karina disela oleh Alex yang baru datang. Wajahnya merah padam saking dendamnya pada Pangeran Daniel. Rupanya Alex tidak tahu cara menggunakan kunci rumah itu dan membuatnya berakhir dicurigai sebagai pencuri.“Mereka menyebutku penipu! Semua ini gara-gara bajingan itu! Dia yang mencuri malah aku yang disalahkan! Pokoknya kalau ketemu lagi akan kuhajar dia dan temannya yang kokoh seperti batu itu!!”“Jan
Dua hari kemudian, Pangeran Daniel kembali datang untuk berkencan, sekaligus meluruskan kesalahpahaman antara Alex dengan sekuriti Vila.Hari itu juga, Alex mengirim Tan untuk menyelesaikan penyerahan sertifikat tanah dan kepemilikan Vila pada Keluarga Landau. Bukan hanya itu, Daniel menambah mahar nikahnya, satu buah Vila tepi pantai lainnya yang secara ukuran lebih mewah, secara fasilitas lebih canggih, dan secara perasaan yang memberi, beribu kali lipat cintanya.“Vila ini untukmu, jangan berikan pada siapapun. Mulai sekarang tinggallah disini,”“Tapi aku tidak terbiasa tinggal seorang diri...”Senyum Pangeran Daniel menghilang, Louis yang menguping, langsung beraksi menyela ucapan kalimat.“Karina, kamu sudah besar. Sudah sewajarnya hidup sendiri.”“Tapi ayah—“Sang ibu turut menyela.“Kamu masih bisa menemui kami. Rumah kita hanya terpisah 300 meter, jangan manja.”Kalau ibunya su
“Jangan mendekat! Aku punya emergency button. Kalian semua akan mampus kalau berani menyentuhku.”Gelak tawa musuh pecah.“Lalu siapa yang cukup cepat untuk menolongmu? Pasukan di luar sana sudah terbantai habis. Pangeran Daniel sangat jahat, mengirim 10 tentara biasa untuk menjaga wanitanya.”“Hahahahahaa,” tawa mereka semakin kencang.Butuh waktu 12 menit untuk bala bantuan pasukan Pangeran Daniel sampai di tempat ini. Sedangkan pasukan musuh hanya butuh waktu 5 – 8 menit untuk kabur dari pulau ini dan dua detik untuk membunuh Karina. Apapun pilihannya, mereka tetap untung.“Ikut kami dengan tenang atau kami bunuh? Terserah anda mau pilih yang mana.”Dua tentara memisahkan diri, mereka memegang lengan kanan dan kiri Karina lalu menyeretnya keluar rumah.“Lepaskan aku! Kalian akan menyesal!!” pekik Karina.Sebuah helikopter mendarat di pantai. Tentara musuh berniat kabur lewat jalur udara. Pemimpin mereka mengambil pengeras suara lalu menganc
Pertempuran malam itu berakhir dengan kemenangan Pangeran Daniel dan Special Force nya. Darina menaruh perhatian ke Karina yang tampaknya terluka. Maksudku terluka mentalnya. “Karina, kamu tidak apa-apa sayang?” “Jangan dekati aku Pangeran.” “Karina aku minta maaf atas kejadian malam ini. Aku berjanji akan menghancurkan sumber kejadian malam ini.” “Terserah kamu Pangeran. Yang jelas, aku tidak terlibat pertempuran apapun lagi.” Karina awas pada sekitarnya. Kejadian tadi benar-benar memukulnya. Kejadian ini lebih traumatis dari kecelakaan mobil mengerikan yang pernah dia alami di masa lalu. “Jangan seret aku dalam kompetisi kalian!” Teriak Karina. Gadis itu berlari kencang ke rumah pondok lalu mengunci pintu dari dalam. Lemari, meja, kursi, dan perabotan lainnya dia tumpuk di depan pintu. “Karina, dengarkan penjelasanku dulu. Kejadian malam ini benar-benar diluar dugaanku. Aku bersumpah kejadian ini takkan t
(Bab Flashback terakhir)Karina tersenyum, lalu mencium bibirnya dengan penuh gairah, seolah ingin menyalurkan semua perasaan yang meluap di dalam hatinya. Setelah ciuman itu, Karina menarik diri sedikit, wajahnya memerah karena malu. Dia tidak tahu bagaimana mengungkapkan keinginannya dengan kata-kata, sehingga dia memilih untuk menggunakan bahasa isyarat. Dengan tangan yang gemetar namun tegas, dia menarik Daniel lebih dekat dan meletakkan tangan kirinya di dada Daniel, merasakan detak jantungnya. Lalu, dia mengangkat tangan kanannya dan menyentuh bibirnya sendiri sebelum mengisyaratkan gerakan mengarah ke tempat yang lebih terlindung.Daniel menatap Karina dengan lembut, senyumnya penuh pengertian. “Kamu yakin?” tanyanya, suaranya lembut.Karina mengangguk perlahan, matanya tidak meninggalkan tatapan Daniel. “Iya,” jawabnya dengan suara pelan tapi tegas.Daniel membalas isyarat itu dengan anggukan kecil, lalu menggenggam tangan Karina dengan erat. “Ayo, kita c
Sampai sekarang luka tembakan itu masih ada di tubuh Karina. Saat itu Pangeran Daniel melakukan segala upaya untuk menyelamatkan nyawa Karina bahkan memanggil dokter bedah terbaik di Austria. Meleleh sudah air mata Pangeran Daniel. Teringat semua janji yang dia ucapkan sebelum menikah. Tipuan-tipuan manis untuk menjerat hati Karina. Setelah menikah, dia tidak terlalu berbeda dengan suami-suami lain di luar sana. Sibuk bekerja sampai tidak punya waktu untuk istri. Bahkan istrinya ditindas saja dia tidak pernah melindungi. Daniel hanya tahu membalas serangan yang dilancarkan Karina tanpa pernah melindungi istrinya itu. “Jangan menangis lagi Pangeran. Nanti mata kamu sakit.” Kata Karina mengingatkan. “Cukup aku saja yang sakit disini.” Daniel menyeka air mata dengan lengan baju. Tidak peduli lagi dia, lengan bajunya yang putih berubah warna karena banyaknya air mata yang disapukan kesitu. Karina menarik lengan suaminya Perlahan dia bangun. Daniel ti