“Maaf aku tidak sengaja menumpahkannya.” “Tidak apa-apa.” Kean mencoba tetap tersenyum meski jas yang dipakainya basah terkena minuman yang dibawa oleh nenek-nenek yang melintas di depannya. “Sebaiknya kamu bersihkan dulu saja.” Jerick yang melihat jas Kean yang basah. “Iya.” Kean mengangguk. Dia segera mengayunkan langkahnya ke toilet. Bersamaan dengan langkahnya dia juga mengayunkan kruk yang dipakainya. Jerick melihat Kean tertarik untuk membantu. Dia mengikuti Kean ke toilet. Di depan toilet, Kean membersihkan bajunya. Ponselnya yang berada di saku jasnya pun basah karena terkena minuman. Terpaksa dia mengeluarkannya. Kemudian membuka jas yang dipakainya. Kean juga membuka kemejanya. Karena minuman yang tumpah manis. Tentu saja tubuhnya lengket. Kean membersihkan tubuhnya dengan air. Kemudian membersihkan kemejanya dengan air juga. Untuk membuat kemejanya cepat kering, Kean memilih untuk mengeringkan di pengering tangan. “Apa perlu aku pesankan jas dan kemeja untukm
“Aku hanya mau mengatakan jika tadi Grandpa Bryan memberikan aku kartu dan aku boleh belanja sesukanya. Aku senang sekali. Semua baik padaku.” Kenaya mengatakan apa yang membuatnya bahagia sampai-sampai menghubungi Kean. Kean mendengar suara Kenaya yang begitu riang sekali. “Jadi Grandpa sedang memanjakan kamu dan anak kita?” Dia juga ikut bahagia karena keluarganya bersikap baik padanya. “Iya, aku senang sekali. Aku makan bersama grandma, dibelanjakan grandpa. Mommy Freya memasakkan makanan enak untukku. Daddy El memberikan perhatian. Aku benar-benar senang sekali.” Kenaya tidak tahu harus mengungkapkan kebahagiaan ini seperti apa lagi. “Nikmati waktu di sana bersama keluargaku. Agar anak kita merasakan jika dia disayang juga oleh keluarganya.” Kean berharap kasih sayang keluarganya itu dirasakan oleh anaknya. “Tentu saja. Aku akan memanfaatkan waktu bersama.” “Baiklah, aku harus kembali ke pesta, jadi aku akan hubungi kamu nanti.” Kean harus segera mengakhiri sambungan tele
Kenaya merapikan barang-barangnya di atas tempat tidur. Rasanya senang sekali mendapatkan perhatian dari keluarga Kean. Serasa kehidupan kembali seperti manusia normal. Kehidupan yang memang dirasakan oleh para ibu hamil. Disayangi oleh keluarga. Selama ini, Kenaya hidup benar-benar serasa di neraka. Keluarga Jerick tidak pernah ada yang menyayanginya. Suara pintu dibuka membuat Kenaya mengalihkan pandangan ke arah pintu. Tampak Kean berada di balik pintu. Pria itu berjalan masuk dengan kruk di tangannya. “Sedang apa?” tanya Kean. “Merapikan barang-barang yang aku beli kemarin.” Kenaya tersenyum. Kean meletakkan kruk yang dibawanya di dinding, kemudian naik ke tempat tidur. “Lihatlah, saat aku yang mau beli, kamu melarangku, sekarang kamu beli dengan uang grandpa sebanyak ini. Apa kamu pikir aku tidak punya uang sebanyak grandpa.” Kean melemparkan sindiran pada Kean. Kenaya tertawa. “Bukan tahu kamu punya uang yang banyak, tapi sebagai calon istrimu aku harus bijak memilih. Aku j
Mereka akhirnya sampai ke restoran bebek panggang terkenal. Aroma bebek panggang sudah menguar ke udara. Membuat siapa saja yang menciumnya tak sabar memakannya. Saat masuk, mereka melihat panggangan dengan etalase kaca. Saat daging dipanggang dan memutar, terlihat jelas oleh pengunjung. Tentu saja itu menjadi daya tarik. Tampak daging bebek yang coklat caramel. Tampak menggiurkan sekali. Kean segera mengajak Kenaya untuk duduk. Kemudian memesan berbagai makanan. Tentu saja yang dipesan adalah menu andalan di restoran ini. Kenaya menunggu dengan sabar. Sambil melihat bebek panggang yang berputar di dalam panggangan etalase. Akhirnya setelah menunggu dengan sabar, makanan yang dipesan datang. Berbagai sajikan berada di atas meja. Tentu saja dengan menu bebek. Semua tampak begitu menggiurkan sekali. Kenaya segera memakan makanan di hadapannya dengan lahap. Saat makanan masuk ke dalam mulut. Rasanya memang luar biasa. Tidak bisa dideskripsikan lagi. “Ini enak sekali.” Kenaya hanya dap
Kenaya membuka matanya. Sebuah tangan kokoh memeluk erat tubuhnya. Dia tahu tangan siapa itu. Siapa lagi jika bukan tangan Kean. Pria yang selalu ada untuknya selama ini. Kenaya baru ingat jika semalam setelah menangis dia tertidur. Kenaya berusaha melepaskan tangan Kean perlahan. Tak mau mengganggu Kean yang tertidur. “Kamu sudah bangun?” Kean merasakan gerakan tubuh Kenaya, ikut terbangun. Dia melepaskan pelukannya dan menjauhkan tubuhnya untuk melihat wajah Kenaya. “Iya, aku sudah bangun.” Kenaya tersenyum. “Aku pikir jika menyingkirkan tanganmu pelan-pelan, kamu tidak akan bagun.” Dia merasa tidak enak pada Kean. “Tidak apa-apa. Sudah pagi juga.” Kean tersenyum seraya melihat jam dinding di kamarnya. Ternyata waktu menunjukan jam lima pagi. Sudah waktunya bangun juga. Kenaya mengalihkan pandangan juga ke arah jam dinding. Ternyata semalam dirinya menangis sampai tertidur. Tahu-tahu sudah pagi saja. “Apa kamu sudah lebih baik?” Kean membelai lembut wajah Kenaya. “Aku sudah le
Kedua bola mata Kenaya membulat sempurna ketika melihat orang yang menyapanya. Tubuhnya seketika gemetar melihat orang yang selama ini dihindarinya. Orang yang membuatnya selalu ketakutan. Siapa lagi jika bukan Jerick. Dia tidak menyangka jika Jerick akan menemukannya setelah sekian lama. Pikiran Kenaya melayang memikirkan, bagaimana pria itu bersama dengan Mommy Freya dan juga Daddy El? Bagaimana Jerick bisa menemukannya sampai ke apartemen?“Apa kamu terkejut melihat aku, Istriku?” Jerick tersenyum melihat Kenaya. Kenaya langsung memundurkan tubuhnya. Dia benar-benar takut dengan Jerick. Dia takut jika Jerick akan membawanya pulang lagi. Seperti yang sudah-sudah. “Terima kasih, Pak Elvaro dan istri. Akhirnya saya menemukan istri saya kembali. Karena itu saya akan membawa istrinya kembali.” Jerick menatap Daddy El dan Mommy Freya.Daddy El dan Mommy Freya hanya bisa diam. Hati mereka berkecamuk. Bingung dengan situasi ini. Mereka tidak berkutik sama sekali ketika Jerick akan membaw
Kejadian sebelumnya …“Bereskan barang-barang Kenaya. Akan membakar semuanya.” Tidak menemukan Kenaya membuat Jerick murka. Entah ke mana gerangan istrinya itu pergi, dia tidak dapat menemukan sama sekali. Padahal sudah segala cara dilakukannya. Namun, Kenaya seperti hilang ditelan bumi. “Baik, Pak.” Asisten rumah tangga mengangguk. Kemudian berlalu ke kamar Kenaya membersihkan barang-barang milik Kenaya. Jerick duduk di sofa yang berada di ruang keluarga. Sambil menyandarkan kepalanya, dia memijat kepalanya. Dia benar-benar dibuat pusing dengan mencari Kenaya. Bisa-bisanya wanita itu sulit dicari. “Permisi, Pak.” Asisten rumah tangga menghampiri Jerick. Jerick buru-buru membuka matanya. Ingin tahu kenapa sampai asisten rumah tangga membangunkannya. “Ada apa?” tanyanya.“Saya menemukan ponsel Non Kenaya.” Asisten rumah tangga memberikan ponsel pada Jerick. Sontak Jerick yang sedang nyaman bersandar di sofa langsung bangun. Dia begitu terkejut ketika mendapati jika asisten rumah t
“Kami ingin bertemu dengan Kean Adion.” Jerick segera memberitahu niatnya. “Den Kean tidak tinggal di sini.” Asisten rumah tangga memberitahu. Jerick tersenyum tipis. “Jelas dia tinggal bersama dengan Kenaya. Pasti tidak ada di sini,” cibirnya lirih. “Kalau begitu aku mau bertemu dengan orang tuanya.” Jerick langsung memberitahu. “Baiklah.” Asisten rumah tangga segera masuk. Mencari orang tua Kean. Karena mereka ada di kamar, terpaksa asisten rumah tangga mengetuk pintu. “Ada apa, Bi?” Mommy Freya yang membuka pintu mendapati asisten rumah tangga yang mengetuk pintu. “Itu, Bu … itu ….” Asisten rumah tangga merasa bingung. “Ada apa?” Daddy El yang berada di kamar pun ikut keluar untuk melihat ada apa gerangan. “Tidak tahu, Bibi belum menjelaskan.” Mommy Freya menggeleng. Dia juga masih bingung. “Jelaskan pelan-pelan, Bi.” Daddy El menegur asisten rumah tangganya itu. “Ada orang datang, Bu, Pak. Mereka datang bersama polisi.” Akhirnya asisten rumah tangga dapat menjelaskan deng
Kean terus menggenggam erat tangan Kenaya. Begitu berdebar-debar ketika menunggu hasil apa yang dilihat oleh dokter. “Selamat, Bu Kenaya hamil.” Dokter melihat jika ada janin di rahim Kenaya. Kenaya merasa lega karena akhirnya dia benar-benar hamil. Kean yang bahagia langsung mendaratkan kecupan di punggung tangan sang istri. “Kita akan punya anak.” Kean benar-benar merasa bahagia karena akhirnya dapat memiliki anak kembali. “Iya.” Air mata Kenaya kembali menetes. Setelah dia kehilangan anak. Akhirnya dia kembali diberikan kepercayaan memiliki anak secepat ini. Rasanya benar-benar Kenaya merasa dilimpahi berkah yang begitu banyaknya. “Aku akan punya cucu lagi, Mommy.” Mommy Freya langsung memeluk Grandma Shea benar-benar merasa bahagia akhirnya dapat memiliki cucu lagi. “Iya, aku juga akan punya cicit.” Grandma Shea begitu bahagia sekali. Semua yang berada di ruang dokter begitu bahagia sekali. Karena cicit Adion akan hadir lagi setelah anak dari Lean. Dokter men
“Kita mampir ke apotek.” Kenaya menatap Kean yang sedang sibuk menyetir. “Kamu mau beli apa? Kamu sakit?” tanya Kean sedikit panik ketika mendengar Kenaya meminta ke apotek. “Tidak. Aku hanya mau beli alat tes kehamilan.” Kenaya menjelaskan apa yang membuatnya ingin ke apotek. “Kamu hamil?” tanya Kean menatap Kenaya. “Belum. Aku baru mau mengecek saja.” Kenaya mencoba menjelaskan. “Memang sudah terlambat datang bulan?” Kean begitu penasaran. “Iya, sudah telat dua minggu, Tadi saat mommy tanya dan aku baru ingat.”“Baiklah, kita beli atas tes kehamilan.” Kean begitu bersemangat sekali ketika mendapatkan kabar istrinya terlambat datang bulan. Dia berharap ada Kean junior di dalam rahim sang istri. Mereka sampai di apotek. Kenaya langsung membeli alat tes kehamilan di temani Kean. Ini bukan pertama kali Kenaya membeli alat tes kehamilan. Karena dulu dia pernah membelinya sebelum pernikahan dengan Jerick. Saat sudah mendapatkan alat tes kehamilan. Mereka segera pulang. Rencananya,
Apa yang dikatakan Kean memang benar. Apa yang dilakukan adalah untuk menyalurkan hobi. Apa yang dilakukannya hanya untuk membuatnya bahagia. Jika pun ada banyak orang yang beli, itu adalah nilai tambah saja. “Baiklah.” Kenaya pun mengangguk. Dia jauh lebih tenang ketika sang suami mengatakan hal itu padanya. “Ayo, kita berangkat.” Kean meraih tangan sang istri. Mengajaknya untuk segera ke toko bunga. Kenaya dengan penuh semangat menerima ajakan Kean. Mereka segera berangkat bersama untuk ke toko bunga. Saat sampai di toko bunga, Kean dan Kenaya begitu terkejut. Ternyata ada banyak orang yang sedang menunggu di depan toko. Mereka semua ingin membeli bunga hidup yang tampak cantik sekali. Apalagi memang ada program diskon yang diberikan Kenaya. “Apa mereka benar-benar datang untuk membeli bunga?” Kenaya tidak menyangka jika pembukaan tokonya akan dihadiri banyak orang. “Banyak orang suka berkebun. Jadi wajar jika mereka antusias untuk membeli bunga.” Kean mengulas senyum. Dia sen
Bulan madu yang sudah berakhir mengantarkan Kenaya dan Kean kembali. Tentu saja tempat yang mereka tuju adalah rumah baru mereka. Mereka langsung menempati rumah mereka sesuai dengan keinginan mereka berdua. Hari ini Kean sudah mulai bekerja. Karena itu Kenaya bangun lebih awal untuk mempersiapkan semuanya. Kemarin, Kenaya sudah berbelanja. Jadi pagi ini dia bisa memasak untuk suaminya.Kenaya sibuk di dapur membuat masakan. Pagi ini dia ingin membuat scramble egg. Makanan simple yang pas untuk sarapan. Kenaya memasak sambil mendengarkan musik. Membuatnya semakin bersemangat. Kean yang bangun melihat Kenaya yang asyik memasak dan menggoyangkan tubuhnya. Hal itu membuat senyum manis menghiasi wajahnya. Ternyata tidak ada asisten rumah tangga membuat lebih nyaman. Buktinya sang istri begitu leluasa keluar hanya dengan menggunakan baju tidur pendek dengan tali spageti. Kenaya yang selesai segera berbalik untuk meletakkan scramble egg yang dibuatnya. Namun, alangkah terkejutnya ketika
Seminggu Kean dan Kenaya berada di London. Mereka menikmati banyak tempat di London. Menikmati kuliner di negeri ratu Elisabet tersebut. Keduanya begitu bahagia sekali. Karena akhirnya mimpi mereka untuk ke London sudah terwujud. Hari ini rencananya mereka akan kembali. Naik pesawat pada siang hari. “Kenapa tujuan kita tidak ke Indonesia?” Kenaya menatap suaminya ketika melihat tiket pesawat yang dipegangnya. Tujuan pesawat justru adalah Male. Kota yang berada di Maladewa. Kota dengan laut dan pantai yang begitu indah. “Bulan madu kita belum berakhir.” Kean tersenyum. Kean sengaja mengubah rute. Dia masih ingin menikmati waktu dengan Kenaya. Sengaja memilih pantai karena sejatinya Kean menyukai pantai. Apalagi ketika melihat pantai saat alam hari. Namun, karena janjinya pada Kenaya, dia membawa Kenaya ke London lebih dulu. Kenaya mengulas senyum. Jika ditanya apakah dia suka jika bulan madunya diperpanjang, tentu saja jawabannya iya. Jadi dia tidak menolak ketika sang suami mengaj
“Bukan apa-apa.” Kenaya menggeleng. “Aku tadi melihat jaring ikan di dalam kopermu.” Kean hanya melihat sekilas. Jadi dia mengatakan apa yang dilihatnya saja. Jaring ikan? Kenaya tak habis pikir ucapan Kean. Namun, jika dipikir-pikir memang baju tadi seperti jaring ikan. “Coba lihat.” Kean menghampiri sang istri. Memaksa sang istri membuka koper. “Tidak mau.” Kenaya masih berusaha untuk menutup kopernya. Kean yang melihat hal itu langsung menggelitik tubuh sang istri. Alhasil Kenaya melepaskan pegangannya pada koper. Melihat celah itu, Kean segera membuka koper. Dia langsung mengambil baju yang disembunyikan oleh Kenaya. Kemudian merentangkannya agar dapat melihat baju apa itu. Kean membulatkan matanya ketika melihat jika baju yang disembunyikan Kenaya adalah baju tidur seksi. “Itu dari mommy. Aku baru membukanya tadi.” Kenaya menjelaskan dari mana baju itu berasal. Kean tidak menyangka jika sang mommy memberikan Kenaya baju seperti ini pada istrinya. Sang mommy benar-benar pa
Sesuai janji Kean, sore ini Kean membawa Kenaya ke London Eye. Mereka menuju ke London Eye untuk menikmati melihat kota London. Kean sengaja memesan tempat khusus. Jadi hanya mereka berdua isinya. Jangan ditanya berapa uang yang harus dikeluarkan Kean untuk memesan tempat privat. Pastinya cukup besar. Namun, jika dibanding dengan yang terisi dengan beberapa orang. Kean dan Kenaya masuk ke dalam kapsul. Saat baru masuk, Kenaya dikejutkan dengan meja makan yang terdapat di dalamnya. Tadi dia melihat kapsul lain, tetapi tidak ada meja makan seperti yang dipesan Kean. “Kamu memesannya khusus?” tanya Kenaya memastikan. “Tentu saja. Ini adalah bulan madu kita. Jadi aku ingin yang spesial.” Kean mengulas senyum di wajahnya. Kenaya merasa beruntung sekali karena Kean menyiapkan bulan madu mereka dengan sempurna. Tentu saja ini akan diingatnya sampai kapan pun. “Ayo, masuk.” Kean mengulurkan tangan, mengajak Kenaya untuk masuk ke dalam kapsul tersebut. Kenaya segera masuk.
Waktu sudah menunjukan jam dua belas, tetapi dua insan manusia itu masih asyik saling memeluk di bawah selimut. Kegiatan semalam yang menguras tenaga membuat keduanya begitu lelah sekali. Hingga sesiang ini mereka masih belum mau bangun. Kenaya yang membuka mata lebih dulu melihat Kean yang masih tertidur pulas. Melihat Kean membuat Kenaya membelai lembut wajah Kean. Kenaya merasa bersyukur sekali karena ada Kean di hidupnya. Apalagi kini mereka sudah menjadi pasangan suami dan istri. Tangan halus Kenaya yang membelai lembut wajah Kean membuat Kean yang tidur terbangun. Hal pertama yang dilihat saat membuka mata adalah wajah cantik Kenaya. Senyum manis dari Kenaya menyambutnya, hingga menularkan senyum di wajahnya. “Apa aku sedang bermimpi?” tanya Kean. “Kamu tidak sedang bermimpi. Memangnya kenapa?” Kenaya begitu penasaran sekali.“Karena aku melihat bidadari di depanku. Jadi aku pikir aku bermimpi.” Kenaya langsung tersenyum mendengar ucapan Kean. “Coba aku cek dulu.” Kean men
Kenaya membenarkan apa yang dikatakan oleh Kean. Kamar mandi begitu tampak romantis. Apalagi tampak begitu indah dengan pemandangan kota yang terlihat dari atas. “Kaca itu transparan?” tanya Kenaya ketika menyadari pemandangan kota terlihat dari dalam. “Kaca itu memang memperlihatkan pemandangan dari luar, tetapi ketika melihat dari luar, pemandangan dari sini tidak terlihat.” Kean mencoba menjelaskan pada Kenaya. Kenaya mengangguk mengerti. “Tapi, aku tetap tidak nyaman.” Kenaya merasa tidak leluasa. “Aku akan menutupnya.” Kean tidak mau sampai Kenaya tidak nyaman. Karena itu, dia segera mengambil remote dan menutup jendela tersebut. Kenaya lebih lega ketika melihat kaca kini tertutup. Paling tidak dia akan lebih nyaman. Kean segera beralih kembali pada sang istri. Memutar tubuh sang istri untuk dapat meraih ritsleting gaun yang dipakai. Perlahan Kean menurunkan ritsleting gaun tersebut. Kenaya memejamkan matanya ketika tangan Kean terasa menurunkan ritsleting gaunnya. Jantung