Tepat saat Kean sampai di ruang tamu, Kean mendengar suara nada berhenti. Dia mengecek siapa gerangan yang menghubunginya. Alangkah terkejutnya Kean ketika mendapati panggilan Rigel sebanyak lima kali tak terangkat. Kean yakin jika ini pasti penting. Karena Rigel berusaha menghubunginya berkali-kali. Kean segera menghubungi balik Rigel. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. “Kak.” Suara Rigel terdengar ketika dia mengangkat sambungan telepon dari Kean. “Ada apa menghubungi aku berkali-kali?” tanya Kean penasaran. “Dia sudah datang, Kak. Tadi dia sudah meminta manajer membuka CCTV.” Kean tahu dia siapa yang dimaksud oleh Rigel. Siapa lagi jika bukan Jerick. Sesuai prediksinya, dia pasti akan datang ke sini. Mengecek CCTV. “Lalu kamu sudah melakukan sesuai dengan rencana kita?” tanya Kean. “Iya, aku sudah melakukannya. Tapi, aku ragu dia akan menyerah begitu saja.” “Aku yakin juga jika dia tidak akan menyerah.” Kean membenarkan ucapan Rigel. “Aku harap Kak Kean harus lebih h
“Halo, Pak Kean.” Suara Jerick dari seberang sana terdengar. Kean berusaha setenang mungkin. Karena tidak mau membuat Jerick curiga. “Halo, Pak Jerick?” Dia menyapa balas Jerick di seberang sana. Mendengar nama Jerick, Kenaya langsung mengalihkan pandangan. Tubuhnya gemetar mendengar nama itu. Apalagi, Kean sedang bicara dengan Jerick dari sambungan telepon. “Pak Kean kebetulan saya sedang di ibu kota. Apakah kita bisa bertemu?” Jerick menyampaikan niatnya menghubungi Kean. Untuk sesaat Kean terdiam. Dia tahu jika Jerick pasti ingin bertemu dengannya karena ingin meminta tolong melihat CCTV di hotel Maxton. Jerick tahu persis jika keluarga Kean bersaudara dengan keluarga Maxton. Jadi Kean pasti akan dengan mudah mendapatkan akses itu. Bertemu Jerick malam-malam tentu saja bukan hal mudah. Ada rasa khawatir yang dirasakan oleh Kean. Apalagi dia harus meninggalkan Kenaya sendiri. Namun, jika tidak ditemui jelas Jerick akan curiga padanya. “Tentu saja saya bisa bertemu. Mau bertemu
“Hai.” Kenaya tersenyum. Tadi dia sudah diceritakan Kean jika dia akan berada di rumah dengan sepupu perempuan Kean. Ternyata sepupu Kean tahu dari susu ibu hamil di lemari pendingin. Kenaya sepertinya akan lebih berhati-hati lagi setelah ini. “Naya, kenalkan ini Anka.” Kean memperkenalkan adiknya itu. “Hai, aku Anka. Tenang saja, rahasia kalian akan aman.” Anka mengulurkan tangan pada Kenaya. Kenaya tersenyum tipis. “Aku harap jika kamu bisa menjaga rahasia ini. Aku Kenaya.” Dia menerima uluran tangan Anka. Kean hanya tersenyum melihat aksi sepupunya. Namun, dia tidak mau memikirkan itu terlalu lama. Dia yakin jika Anka akan menjaga Kenaya dengan baik. “Aku akan pergi. Jika ada apa-apa, tolong kabari.” Kean menatap Anka dan Kenaya secara bergantian. “Aku akan mengabari.” Kenaya mengangguk. “Aku pastikan Kak Kenaya akan baik-baik saja.” Anka meyakinkan kakak sepupunya itu. “Ingat jangan ceroboh!” Rigel memberikan peringatan pada saudara kembarnya itu. “Iya.” Anka menatap sin
Suara bel terdengar. Kenaya dan Anka begitu terkejut sekali mendengar itu. Mereka merasa aneh karena jika itu Kean, pastinya tidak akan ada suara bel. Kean jelas akan langsung masuk ke apartemen. “Siapa itu?” tanya Kenaya menatap Anka. “Itu pasti bukan Kak Kean, Kak.” Anka menebak hal itu. “Jika bukan Kean, lalu siapa?” Kenaya begitu panik sekali. Dia takut sekali jika orang yang menekan bel apartemen adalah orang lain. “Sebaiknya kita cek dulu, Kak. Kita lihat siapa itu.” Anka memberikan ide pada Kenaya. Kenaya mengangguk. Dia merasa jika tidak ada salahnya jika mereka mengecek dari CCTV di depan apartemen. Akhirnya mereka berdua mengecek CCTV. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat jika di depan pintu ada Kean dan Jerick.“Kean.” Tampak Kean sudah babak belur dan tampak lemas dipapah oleh Jerick. Air mata Kenaya langsung meluncur begitu saja. Dia begitu terkejut ketika melihat Kean tampak lemas tak berdaya. Kenaya salah menduga. Karena ternyata Kean kalah dengan Jerick. Ke
“Kak … Kak … Kak ….” Anka mencoba membangunkan Kenaya. “Tolong … tolong ….” Kenaya terus merancau. “Kak, bangun.” Anka mencoba kembali membangunkan Kenaya lagi. Kali ini menggoyang-goyangkan tubuh Kenaya.Kenaya yang merasa tubuhnya digerakkan, segera terbangun. Napasnya terengah dan keringat dingin membanjiri tubuhnya. Jantungnya pun berdegup begitu kencang. Ketakutan dengan apa yang baru saja terjadi. “Di mana aku? Mana Kean?” Kenaya seperti orang bingung ketika bangun. Bayangan mimpi masih menghiasi pikirannya.“Kak Kenaya ada di apartemen? Kak Kean sedang pergi untuk menemui suami Kak Kenaya.” Anka mencoba memberitahu. “Apa dia baik-baik saja? Apa dia terluka?” Kenaya menatap Anka panik. “Dia pasti baik-baik saja, Kak.” Anka mencoba menenangkan Kenaya. “Kak Kenaya bermimpi?” tanya Anka menerawang ke dalam bola mata milik Kenaya. “Mimpi?” Kenaya mencoba mengumpulkan kesadarannya. Kenaya melihat ke sekitar. Ternyata dia masih ada di kamar. Tidak dibawa pergi oleh Jerick. Arti
Kean melihat senyum tipis Jerick. Dia yakin Jerick sudah sangat senang. Karena berpikir akan mendapatkan informasi tentang Kenaya. Padahal tidak akan semudah itu dia membiarkan. “Kalau boleh tahu, kenapa istri Pak Jerick pergi? Bukankah dia sedang hamil?” tanya Kean basa-basi. “Dia memang wanita pembangkang. Jadi selalu saja tidak mau mendengarkan aku. Jadi dia memilih pergi.” Jerick memberikan alasan itu. Kean hanya bisa mencibir di dalam hatinya apa yang dikatakan Jerick. Padahal dia tahu pasti jika Jerick memukul Kenaya dan membuat Kenaya tersiksa. Namun, pria di depannya itu tidak mengakui hal itu. Kean mengangguk-anggukkan kepalanya. Mengerti penjelasan yang diberikan Jerick. “Kalau begitu, aku permisi dulu. Karena tidak bisa terlalu malam di sini. Besok kita bertemu lagi.” Kean tidak bisa meninggalkan Kenaya lama-lama. Apalagi ini sudah malam. Pasti Kenaya sedang khawatir dan membuatnya tidak bisa tidur. “Baiklah, kita bertemu besok, Pak.” Jerick tak masalah Kean segera pu
“Titip Kenaya lagi.” Kean menatap adik sepupunya itu. Kean sengaja menghubungi Anka lagi karena tidak tega jika Kenaya sendiri. Apalagi Kenaya begitu takut. Jadi dia harus punya teman. “Tidak apa-apa, santai saja.” Anka dengan senang hati. Apalagi dia sudah tahu kondisi Kean dan Kenaya. Kean segera beralih pada Kenaya. “Jangan pernah buka pintu untuk siapa pun. Jika aku pulang, aku akan membukanya sendiri.” Kean memberikan peringatan pada Kenaya lagi. Dia tahu Kenaya sangat ketakutan sekali.“Baiklah.” Dengan mimpi semalam, tentu memberikan pelajaran untuk Kenaya. Dia tidak mau sampai Jerick membawanya. Jadi dia memilih untuk tetap di apartemen. Akhirnya Kean dan Rigel pergi. Mereka sudah membuat janji dengan Jerick di hotel Maxton. Jadi mereka langsung ke sana. Saat sampai, tampak Jerick sudah ada di sana. “Kak Kean tahan sekali menghadapi orang seperti itu?” Rigel baru melihat Jerick saja sudah kesal sekali. Apalagi dia sudah tahu cerita dari Kean. “Jika bukan karena proyek ya
Rigel memang berkantor di hotel Maxton pusat. Jadi dia adalah dapat mengendalikan semuanya. Hanya untuk melihat CCTV saja itu adalah hal mudah untuknya. Kean dan Jerick segera mengikuti Rigel. Kean berjalan dengan kruk miliknya. Kakinya sebelah masih sakit. Jadi memang masih butuh alat bantu jalan. Mereka bertiga ke ruangan Rigel. Rigel menanyakan waktu kejadian dan pakaian apa yang dipakai. Alih-alih menyebutkan, Jerick justru menunjukan rekaman CCTV dari hotel Maxton sebelumnya yang didapatkannya. Rigel segera meminta bagian petugas keamanan untuk mencari tanggal dan orang yang berada di layar CCTV. Saat mendapatkannya, petugas keamanan ke ruangan Rigel untuk memberikan hasilnya. “CCTV menunjukan jika dia turun di tempat parkir.” Petugas keamanan memperlihatkan rekaman CCTV. Jerick memerhatikan rekaman CCTV. Benar yang dilihatnya jika Kenaya turun dari mobil Maxton. Mobil yang sama dengan yang dilihatnya waktu itu. “Sepertinya dia keluar dari tempat parkir. Jadi kami mengecek
Kean terus menggenggam erat tangan Kenaya. Begitu berdebar-debar ketika menunggu hasil apa yang dilihat oleh dokter. “Selamat, Bu Kenaya hamil.” Dokter melihat jika ada janin di rahim Kenaya. Kenaya merasa lega karena akhirnya dia benar-benar hamil. Kean yang bahagia langsung mendaratkan kecupan di punggung tangan sang istri. “Kita akan punya anak.” Kean benar-benar merasa bahagia karena akhirnya dapat memiliki anak kembali. “Iya.” Air mata Kenaya kembali menetes. Setelah dia kehilangan anak. Akhirnya dia kembali diberikan kepercayaan memiliki anak secepat ini. Rasanya benar-benar Kenaya merasa dilimpahi berkah yang begitu banyaknya. “Aku akan punya cucu lagi, Mommy.” Mommy Freya langsung memeluk Grandma Shea benar-benar merasa bahagia akhirnya dapat memiliki cucu lagi. “Iya, aku juga akan punya cicit.” Grandma Shea begitu bahagia sekali. Semua yang berada di ruang dokter begitu bahagia sekali. Karena cicit Adion akan hadir lagi setelah anak dari Lean. Dokter men
“Kita mampir ke apotek.” Kenaya menatap Kean yang sedang sibuk menyetir. “Kamu mau beli apa? Kamu sakit?” tanya Kean sedikit panik ketika mendengar Kenaya meminta ke apotek. “Tidak. Aku hanya mau beli alat tes kehamilan.” Kenaya menjelaskan apa yang membuatnya ingin ke apotek. “Kamu hamil?” tanya Kean menatap Kenaya. “Belum. Aku baru mau mengecek saja.” Kenaya mencoba menjelaskan. “Memang sudah terlambat datang bulan?” Kean begitu penasaran. “Iya, sudah telat dua minggu, Tadi saat mommy tanya dan aku baru ingat.”“Baiklah, kita beli atas tes kehamilan.” Kean begitu bersemangat sekali ketika mendapatkan kabar istrinya terlambat datang bulan. Dia berharap ada Kean junior di dalam rahim sang istri. Mereka sampai di apotek. Kenaya langsung membeli alat tes kehamilan di temani Kean. Ini bukan pertama kali Kenaya membeli alat tes kehamilan. Karena dulu dia pernah membelinya sebelum pernikahan dengan Jerick. Saat sudah mendapatkan alat tes kehamilan. Mereka segera pulang. Rencananya,
Apa yang dikatakan Kean memang benar. Apa yang dilakukan adalah untuk menyalurkan hobi. Apa yang dilakukannya hanya untuk membuatnya bahagia. Jika pun ada banyak orang yang beli, itu adalah nilai tambah saja. “Baiklah.” Kenaya pun mengangguk. Dia jauh lebih tenang ketika sang suami mengatakan hal itu padanya. “Ayo, kita berangkat.” Kean meraih tangan sang istri. Mengajaknya untuk segera ke toko bunga. Kenaya dengan penuh semangat menerima ajakan Kean. Mereka segera berangkat bersama untuk ke toko bunga. Saat sampai di toko bunga, Kean dan Kenaya begitu terkejut. Ternyata ada banyak orang yang sedang menunggu di depan toko. Mereka semua ingin membeli bunga hidup yang tampak cantik sekali. Apalagi memang ada program diskon yang diberikan Kenaya. “Apa mereka benar-benar datang untuk membeli bunga?” Kenaya tidak menyangka jika pembukaan tokonya akan dihadiri banyak orang. “Banyak orang suka berkebun. Jadi wajar jika mereka antusias untuk membeli bunga.” Kean mengulas senyum. Dia sen
Bulan madu yang sudah berakhir mengantarkan Kenaya dan Kean kembali. Tentu saja tempat yang mereka tuju adalah rumah baru mereka. Mereka langsung menempati rumah mereka sesuai dengan keinginan mereka berdua. Hari ini Kean sudah mulai bekerja. Karena itu Kenaya bangun lebih awal untuk mempersiapkan semuanya. Kemarin, Kenaya sudah berbelanja. Jadi pagi ini dia bisa memasak untuk suaminya.Kenaya sibuk di dapur membuat masakan. Pagi ini dia ingin membuat scramble egg. Makanan simple yang pas untuk sarapan. Kenaya memasak sambil mendengarkan musik. Membuatnya semakin bersemangat. Kean yang bangun melihat Kenaya yang asyik memasak dan menggoyangkan tubuhnya. Hal itu membuat senyum manis menghiasi wajahnya. Ternyata tidak ada asisten rumah tangga membuat lebih nyaman. Buktinya sang istri begitu leluasa keluar hanya dengan menggunakan baju tidur pendek dengan tali spageti. Kenaya yang selesai segera berbalik untuk meletakkan scramble egg yang dibuatnya. Namun, alangkah terkejutnya ketika
Seminggu Kean dan Kenaya berada di London. Mereka menikmati banyak tempat di London. Menikmati kuliner di negeri ratu Elisabet tersebut. Keduanya begitu bahagia sekali. Karena akhirnya mimpi mereka untuk ke London sudah terwujud. Hari ini rencananya mereka akan kembali. Naik pesawat pada siang hari. “Kenapa tujuan kita tidak ke Indonesia?” Kenaya menatap suaminya ketika melihat tiket pesawat yang dipegangnya. Tujuan pesawat justru adalah Male. Kota yang berada di Maladewa. Kota dengan laut dan pantai yang begitu indah. “Bulan madu kita belum berakhir.” Kean tersenyum. Kean sengaja mengubah rute. Dia masih ingin menikmati waktu dengan Kenaya. Sengaja memilih pantai karena sejatinya Kean menyukai pantai. Apalagi ketika melihat pantai saat alam hari. Namun, karena janjinya pada Kenaya, dia membawa Kenaya ke London lebih dulu. Kenaya mengulas senyum. Jika ditanya apakah dia suka jika bulan madunya diperpanjang, tentu saja jawabannya iya. Jadi dia tidak menolak ketika sang suami mengaj
“Bukan apa-apa.” Kenaya menggeleng. “Aku tadi melihat jaring ikan di dalam kopermu.” Kean hanya melihat sekilas. Jadi dia mengatakan apa yang dilihatnya saja. Jaring ikan? Kenaya tak habis pikir ucapan Kean. Namun, jika dipikir-pikir memang baju tadi seperti jaring ikan. “Coba lihat.” Kean menghampiri sang istri. Memaksa sang istri membuka koper. “Tidak mau.” Kenaya masih berusaha untuk menutup kopernya. Kean yang melihat hal itu langsung menggelitik tubuh sang istri. Alhasil Kenaya melepaskan pegangannya pada koper. Melihat celah itu, Kean segera membuka koper. Dia langsung mengambil baju yang disembunyikan oleh Kenaya. Kemudian merentangkannya agar dapat melihat baju apa itu. Kean membulatkan matanya ketika melihat jika baju yang disembunyikan Kenaya adalah baju tidur seksi. “Itu dari mommy. Aku baru membukanya tadi.” Kenaya menjelaskan dari mana baju itu berasal. Kean tidak menyangka jika sang mommy memberikan Kenaya baju seperti ini pada istrinya. Sang mommy benar-benar pa
Sesuai janji Kean, sore ini Kean membawa Kenaya ke London Eye. Mereka menuju ke London Eye untuk menikmati melihat kota London. Kean sengaja memesan tempat khusus. Jadi hanya mereka berdua isinya. Jangan ditanya berapa uang yang harus dikeluarkan Kean untuk memesan tempat privat. Pastinya cukup besar. Namun, jika dibanding dengan yang terisi dengan beberapa orang. Kean dan Kenaya masuk ke dalam kapsul. Saat baru masuk, Kenaya dikejutkan dengan meja makan yang terdapat di dalamnya. Tadi dia melihat kapsul lain, tetapi tidak ada meja makan seperti yang dipesan Kean. “Kamu memesannya khusus?” tanya Kenaya memastikan. “Tentu saja. Ini adalah bulan madu kita. Jadi aku ingin yang spesial.” Kean mengulas senyum di wajahnya. Kenaya merasa beruntung sekali karena Kean menyiapkan bulan madu mereka dengan sempurna. Tentu saja ini akan diingatnya sampai kapan pun. “Ayo, masuk.” Kean mengulurkan tangan, mengajak Kenaya untuk masuk ke dalam kapsul tersebut. Kenaya segera masuk.
Waktu sudah menunjukan jam dua belas, tetapi dua insan manusia itu masih asyik saling memeluk di bawah selimut. Kegiatan semalam yang menguras tenaga membuat keduanya begitu lelah sekali. Hingga sesiang ini mereka masih belum mau bangun. Kenaya yang membuka mata lebih dulu melihat Kean yang masih tertidur pulas. Melihat Kean membuat Kenaya membelai lembut wajah Kean. Kenaya merasa bersyukur sekali karena ada Kean di hidupnya. Apalagi kini mereka sudah menjadi pasangan suami dan istri. Tangan halus Kenaya yang membelai lembut wajah Kean membuat Kean yang tidur terbangun. Hal pertama yang dilihat saat membuka mata adalah wajah cantik Kenaya. Senyum manis dari Kenaya menyambutnya, hingga menularkan senyum di wajahnya. “Apa aku sedang bermimpi?” tanya Kean. “Kamu tidak sedang bermimpi. Memangnya kenapa?” Kenaya begitu penasaran sekali.“Karena aku melihat bidadari di depanku. Jadi aku pikir aku bermimpi.” Kenaya langsung tersenyum mendengar ucapan Kean. “Coba aku cek dulu.” Kean men
Kenaya membenarkan apa yang dikatakan oleh Kean. Kamar mandi begitu tampak romantis. Apalagi tampak begitu indah dengan pemandangan kota yang terlihat dari atas. “Kaca itu transparan?” tanya Kenaya ketika menyadari pemandangan kota terlihat dari dalam. “Kaca itu memang memperlihatkan pemandangan dari luar, tetapi ketika melihat dari luar, pemandangan dari sini tidak terlihat.” Kean mencoba menjelaskan pada Kenaya. Kenaya mengangguk mengerti. “Tapi, aku tetap tidak nyaman.” Kenaya merasa tidak leluasa. “Aku akan menutupnya.” Kean tidak mau sampai Kenaya tidak nyaman. Karena itu, dia segera mengambil remote dan menutup jendela tersebut. Kenaya lebih lega ketika melihat kaca kini tertutup. Paling tidak dia akan lebih nyaman. Kean segera beralih kembali pada sang istri. Memutar tubuh sang istri untuk dapat meraih ritsleting gaun yang dipakai. Perlahan Kean menurunkan ritsleting gaun tersebut. Kenaya memejamkan matanya ketika tangan Kean terasa menurunkan ritsleting gaunnya. Jantung