Lima bulan yang lalu“Aku hamil.” Kenaya memberanikan diri mengatakan itu tepat sebelum pesta pernikahan dilaksanakan. Tadi pagi Kenaya mengecek dengan alat tes kehamilan. Alangkah terkejutnya ketika mendapati jika alat tes kehamilan menunjukkan dua garis. Kenaya sengaja mengatakan sebelum pernikahan terjadi. Berharap jika pernikahan ini dapat dibatalkan. “Anak siapa yang kamu kandung?” Suara Kevin-papa tiri Kenaya begitu keras. Memecah keheningan di dalam kamar. Kamar pengantin yang harusnya diwarnai dengan keindahan justru diwarnai dengan pertengkaran hebat. Pertanyaan itu seketika membuat Kenaya ketakutan.“Apa kamu tidak punya mulut untuk menjawab?” Kina-sang ibu menarik tubuh Kenaya. Meminta sang putri untuk melihat ke arahnya. Kenaya hanya menangis. Dia benar-benar ketakutan dengan reaksi orang tuanya. “Apa kamu sedang bermain-main denganku?” Jerrick yang sedari tadi diam, akhirnya bicara juga. Kenaya hanya menangis. Tidak bisa menjawab. Melihat reaksi Kenaya, membuat Jer
Jerick mendorong tubuh Kenaya. Membuat tubuh ibu hamil itu terjatuh di atas tempat tidur. “Kenapa kamu menyalahkan aku? Harusnya jika kamu tahu aku hamil, harusnya kamu tidak menikahi aku!” Kenaya merasa semua ini adalah salah Jerick. Dia sudah berusaha untuk mengatakan apa yang terjadi. Jadi harusnya Jerick bisa mengakhiri semuanya. “Apa kamu belum sadar juga jika aku mencintaimu?” Jerick naik ke atas tubuh Kenaya. Membuat Kenaya berada dalam kungkungannya. “Cinta? Apa kamu bilang?” Kenaya tertawa. Menertawakan apa yang dikatakan Jerick. “Kamu memukuliku. Kamu menyakiti aku. Bagaimana bisa itu kamu sebut cinta?” Kenaya jelas tidak merasakan cinta. “Jika kamu menuruti aku untuk memuaskan aku. Makan aku tidak akan memukulmu.” Jerick menyeringai. Dia melakukan itu karena memang Kenaya tidak pernah mau membantunya menuntaskan hasratnya. Pria mana yang sanggup bertahan, jika dia memiliki istri cantik, tetapi tidak bisa menyentuhnya. Jerick hanya meminta Kenaya memuaskannya tanpa harus
Kenaya melihat Kean yang berada di dalam lift. Tampak mantan kekasihnya itu membawa koper. Untuk sejenak Kenaya membeku. Kean melihat dirinya dalam keadaan seperti sekarang. Sudah jelas jika sekarang pastinya dia sangat kacau. Bajunya pasti terkoyak.Kean benar-benar dibuat terkejut dengan apa yang dilihatnya itu. Dia yang hendak pulang dan mengejar penerbangan pertama, justru mendapati Kenaya dengan keadaan yang begitu kacau sekali. Rambut berantakan. Bahunya terlihat karena bajunya sobek. Luka di bahu yang terlihat jelas. Kean yakin sekali jika itu adalah aksi Jerick. Keduanya yang saling diam dan saling pandang, membuat lift nyaris tertutup. Untung saja Kean segera mencegah pintu tertutup. “Cepat masuk.” Kean memberikan perintah. Dia tahu jika Kenaya ingin pergi. Dengan cepat Kenaya masuk ke lift. Saat lift tertutup tangisnya tak terbendung. Meluncur membasahi wajahnya. Dia merasa jika kali ini sakit yang dirasakan berlipat-lipat dari sebelumnya.Melihat Kenaya yang menangis, Ke
“Jangan berterima kasih karena kita belum sampai ke tempat aman. Berterima kasihlah jika kita sudah sampai tempat yang aman.” Kean menatap sejenak Kenaya, sebelum akhirnya kembali fokus pada jalanan. Perjalanan mereka disambut dengan sinar matahari yang mulai naik singgasana. Sinarnya begitu menghangatkan. Kenaya yang melihat matahari begitu cerah pagi ini, merasa jika matahari itu menyambut hari di mana dia akhirnya lepas dari cengkeraman Jerick. “Kita berhenti di rest area dulu. Kamu harus makan.” Kean menatap Kenaya sejenak. “Aku ingin minum secangkir teh susu.” Kenaya mengatakan keinginannya. “Aku akan pesankan.” Kean mengangguk. Akhirnya Kean dan Kenaya sampai di rest area. Mereka masuk ke restoran yang ada di rest area. Kean memesankan apa yang diminta oleh Kenaya. Secangkir teh susu dan roti. “Makanlah dulu.” Kean memberikan minuman dan makanan milik Kenaya. “Terima kasih.” Kenaya segera meraih cangkir teh susu yang diberikan Kean. Saat meminumnya, dia merasa perutnya be
Mobil sampai di hotel Maxton. Kean sengaja ke hotel Maxton. Karena harus menaruh mobil yang dibawanya ke hotel Maxton. Di sana sudah ada Rigel yang menunggunya. Saat melihat Rigel di hotel, Kean segera turun dari mobil. Dia sengaja tidak membangunkan Kenaya yang masih pulas tidur. Membiarkan mantan kekasihnya itu untuk tidur lebih dulu. “Siapa itu?” Rigel langsung melempar pertanyaan itu pada Kean.“Kenaya.” “Kenaya mantan Kak Kean?” Rigel membulatkan matanya. Dia mengalihkan pandangan pada orang di dalam mobil. “Iya.” Kean mengangguk. “Aku belum bisa ceritakan sekarang, hanya minta bantuan kamu untuk mengurus sopir mobil ini dulu.” Kean harus butuh bantuan Rigel. Karena jika Jerick menemukan sopir tersebut. Harus ada alibi yang tepat. “Aku akan urus semua.” Rigel segera memberikan kunci mobil yang dibawanya. Tadi Kean sudah memberitahu jika dia butuh mobil. “Terima kasih.” Kean menerima kunci mobil yang diberikan Rigel. “Sama-sama.” Rigel tidak banyak bertanya dulu. Yang pentin
“Iya.” Kenaya mengangguk. Kean segera keluar dari kamar. Membiarkan Kenaya untuk mandi lebih dulu. Kenaya segera membuka jaket yang dipakainya. Kemudian menurunkan dress yang dipakainya. Di depan cermin, dia melihat penampakan luka yang ada di punggungnya. “Pantas sakit.” Kenaya melihat bekas merah memanjang di punggungnya. “Ini bajunya.” Kean mendorong pintu untuk memberikan baju pada Kenaya. Namun, seketika dia dikejutkan dengan apa yang dilakukan Kenaya. Kenaya menurunkan dress yang dipakai sampai ke pinggang. Membuat tubuh bagian atas terbuka. Sayangnya, bukan kulit putih Kenaya yang menjadi perhatiannya. Melainkan luka yang berada di punggung Kenaya. Tampak merah bak tomat. Kenaya segera menaikkan dress yang dipakai. Dia benar-benar terkejut dengan kehadiran Kean yang masuk kembali. Kean menghampiri Kenaya. Mencekal tangan Kenaya yang berusaha menarik bajunya ke atas lagi. Air mata Kean seketika menetes. “Apa ada pria sekejam ini memperlakukan wanita?” Dia merasa jika apa
Kenaya menimbang apakah dia harus mengatakan jika anak yan dikandungnya adalah anak Kean. Dia takut jika Kean tidak percaya dengan apa yang akan dikatakannya. Namun, jika tidak dikatakan, Kean tidak akan tahu. “Ke—” Baru saja Kenaya ingin mengatakannya, tiba-tiba suara bel terdengar. Membuat Kenaya menghentikan ucapannya. “Itu pasti makanan yang aku pesan.” Kean memberitahu. Dia segera berdiri. “Cepatlah pakai pakaianmu, dan ayo kita makan.” Kean segera berlalu keluar untuk mengambil makanan yang dipesannya. Kenaya hanya bisa terpaku melihat Kean yang pergi. Dia merasa waktunya belum tepat untuk mengatakan ini semua. Kenaya merasa dia akan mencari waktu untuk mengatakannya. Sesuai dengan perintah Kean, Kenaya segera memakai baju yang diberikan oleh Kean. Beruntung baju yang diberikan cukup besar. Jadi dia bisa memakainya dengan nyaman. Di luar, Kean menerima makanan yang dipesan. Kemudian membawa makanan tersebut ke meja makan. Dengan semangat Kean memindahkan makanan ke piring sa
Jerick sampai di rumah orang tuanya. Karena pemilik taksi tidak mau mengatakan padanya ke mana penumpang dibawa oleh sopir, akhirnya dia memilih untuk meminta bantuan papanya. “Ada apa kamu ke sini?” Hendrik menatap anaknya. “Kenaya kabur, Pa. Jadi aku mau meminta papa untuk menyuruh pemilik taksi membuka data penumpang.” Jerick menjelaskan. “Kabur?” Winda langsung menyambar ucapan sang anak. “Kabur ke mana maksud kamu?” Dia segera menghampiri sang anak untuk menanyakan hal itu.“Aku tidak tahu, Ma. Semalam, aku menginap di hotel setelah pesta, dan saat pagi dia pergi.” Jerick mencoba menjelaskan hal itu. “Apa kamu memukulnya lagi?” Hendrik sudah tahu kebiasaan anaknya. Beberapa kali dia melihat menantunya dengan wajah lebam, dan saat ditanya ternyata anaknya yang memukul. Jerick tidak bisa berkata apa-apa ketika papanya langsung menembak dengan pertanyaan itu. Saat mendapati anaknya diam saja, Hendrik menjelaskan jika pasti anaknya itu memukul istrinya. “Papa heran denganmu. Kam
“Siapa dia? Kenapa bawa-bawa keluarga Adion?” Grandpa Bryan langsung mengomentari. “Hendrik Arkan-walikota.” Grandpa Felix membaca nama yang tertera di bagian bawah. “Apa dia adalah mertua Kenaya?” tanya Grandpa Bryan. “Sepertinya begitu.”“Apa dia sengaja mengadakan konferensi pers untuk membangun opini publik?” Grandpa Bryan benar-benar geram sekali. “Sepertinya dia sengaja menyebut nama Adion.” Grandpa Felix merasa jika yang dilakukan orang yang sedang melakukan konferensi pers sengaja sekali. Setelah selesai berita tersebut, pembawa acara mengomentari keluarga Adion. Dari mulai siapa keluarga Adion. Apa saja bisnisnya. Tentu saja itu membuat Grandpa Bryan benar-benar geram sekali. Mereka menceritakan kasus yang terjadi beberapa bulan lalu juga. Di mana Lean dan Kean menangkap penyelundupan perusahaan. Di rumah sebelah, Mommy Ghea mencari keberadaan daddy-nya. Memastikan jika sang daddy tidak akan menonton berita. Namun, saat mencari sang daddy, dia tidak menemukan sang daddy
“Lihat ada konferensi pers dari walikota.” Rigel baru saja membuka media sosialnya. Tanpa sengaja dia melihat konferensi pers yang dilakukan walikota. Daddy El segera meraih ponsel Rigel. Melihat konferensi pers yang dilakukan oleh walikota yang merupakan papa Jerick. Dia benar-benar terkejut sekali dengan yang dilakukan oleh Hendrik. Daddy El, Daddy Dean, Lean, Mommy Freya, dan Kenaya langsung ikut melihat berita itu di ponsel mereka. Mereka semua tak kalah terkejut dengan yang baru saja mereka lihat. Walikota seolah menegaskan jika anaknya melakukan itu karena adanya perselingkuhan. “Sepertinya dia sengaja melakukan konferensi pers ini untuk mengiring opini publik.” Daddy Dean memberikan pendapatannya. “Iya, sepertinya begitu.” Daddy El melihat jika yang dilakukan walikota memang sengaja untuk menguntungkannya. Kenaya melihat postingan dari walikota itu, tetapi dia justru dikejutkan dengan komentar-komentar di dalam video. Miss gosip: Jelas saja suaminya melakukan kekerasan da
“Saya akan mengurusnya, Pak. Untuk sementara waktu, Pak Kean akan di sini. Mungkin jika kasus ini dilimpahkan pada kejaksaan negeri, persidangan akan dilaksanakan dua puluh hari lagi.” Pengacara mencoba menjelaskan. Berapa lama Kean akan berada di dalam penjara. “Baiklah, aku tidak masalah jika berada di sini dalam jangka waktu lama.” Mommy Freya langsung menangis. Dia memeluk sang suami. Tidak bisa dibayangkan sang anak akan mendekam di penjara dalam jangka waktu yang lama. Kean segera menghampiri sang mommy. Membawanya ke dalam pelukannya. “Mommy jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja di sini. Aku harus membuat orang yang sudah membuat anakku meninggal, masuk penjara. Dia tidak boleh bebas begitu saja.” Dia mencoba memberikan pengertian pada sang mommy. Mommy Freya tahu jika anaknya pasti akan bertarung mati-matian. “Baiklah, Mommy percaya padamu.”Kean menjauhkan tubuhnya untuk melihat wajah sang mommy. Kean menghapus air mata yang membasahi wajah sang mommy. “Kean titip Kena
“Ada apa Anda menghubungi saya?” Daddy El benar-benar geram sekali mendengar suara walikota. “Bisakah kita bertemu?” “Saya tidak bisa bertemu dengan Anda. Bicarakan saja di telepon.” Daddy El tidak mau mengambil risiko dengan bertemu dengan walikota. Apalagi ini adalah wilayahnya. Tentu saja itu akan sangat bahaya. Hendrik tertawa. “Begitu rupanya. Baiklah kalau begitu kita bicarakan saja di sini.” Dia pun mengalah. Tidak masalah jika memang harus dibicarakan ditelepon. “Anak Anda sekarang di penjara, begitu pula dengan anak saya. Media juga sudah mulai mencium kasus ini. Kasus ini akan menjadi lebar jika kita melanjutkanya. Anda dan saya tentunya adalah orang yang paling dirugikan. Jadi saya ingin mengajukan negosiasi untuk kasus ini. Silakan Anda minta menantu saya mencabut laporan kekerasan dalam rumah tangga, dan saya akan mencabut semua laporan yang anak Anda dapatkan.” Hendrik Arkan mencoba menjelaskan niatnya untuk berbicara. Daddy El terdiam mendengar itu. Dia tidak bisa m
Daddy El menunggu Kenaya dan sang istri di hotel. Sekaligus membicarakan kasus yang menimpa Kean. Pengacara menjelaskan jika Jerick ternyata tidak bisa lari dari jerat hukum karena bukti-bukti kekerasan dalam rumah tangga jelas. “Apa mereka sengaja memasukkan Kean ke penjara?” Daddy El bertanya pada pengacara. “Bisa jadi, Pak. Mereka mencari celah dengan tuduhan perselingkuhan. Berlindung dari kasus perselingkuhan itu, agar dapat memutar balik fakta. Dengan tuduhan perselingkuhan, mereka akan membuat tuduhan perselingkuhan itu adalah alasan kekerasan rumah tangga yang menimpa Bu Kenaya.” Pengacara mencoba menjelaskan. Daddy El merasa jika apa yang dikatakan pengacara ada benarnya. Mungkin mereka memang sengaja melakukan hal itu. “Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini?” “Kita hanya bisa mengandalkan kesaksian Bu Kenaya. Menceritakan semua. Dengan begitu Pak Kean akan bisa bebas dari tuduhan.” Daddy El hanya berharap jika Kenaya akan memberikan kesaksian untuk membebaskan Kean
“El, apa benar Kean ditangkap?” “Daddy tahu dari mana?” Daddy El di seberang sana begitu terkejut. Dia belum memberitahu siapa pun, tetapi daddy-nya sudah tahu. “Aku lihat di berita. Cucu Adion di penjara.” “Berita?” Daddy El begitu terkejut. Bagaimana bisa kasus ini suda tercium oleh media. Padahal pihaknya belum membocorkan sama sekali. “Iya, Dad, tetapi Daddy tenang saja. Aku sedang mengurusnya. Kean akan segera bebas.”“Baiklah, cepat urus, ini akan berdampak buruk untuk perusahaan juga jika berlarut-larut.” Grandpa Bryan mengingatkan anaknya. “Baiklah.” Daddy El segera mematikan sambungan telepon. Suara ketukan pintu terdengar. Daddy El pun segera membuka pintu untuk melihat siapa yang membuka pintu. Ternyata itu adalah Lean dan Rigel. “Dad, ada berita tentang Kean.” Lean langsung menunjukan ponselnya. Daddy El meraih ponsel Lean. Melihat berita yang ramai di media. Hal itu tentu membuat Daddy El cukup terkejut. Jika berita ini semakin digoreng, tentu saja akan berdampak
“Saya cek tadi ternyata Pak Hendrik-walikota yang merupakan papa Jerick Arkan yang melaporkan hal itu.” Daddy El mengeratkan rahangnya. Ternyata keluarga Jerick Arkan sudah mulai turun tangan. Tentu saja dia tidak akan membiarkan anaknya sendiri.Di dalam kantor polisi, Kean ditanya beberapa pertanyaan. Kean menjelaskan apa adanya. Dia memang tidak menculik Kenaya. Kenaya dengan kesadaran ikut dengannya karena lari dari kejaran suaminya yang memukulinya. Kenaya waktu itu memang benar menabrakkan mobilnya, itu karena melihat Kenaya jatuh dan setelah itu membawa Kenaya ke rumah sakit. Kean memiliki alibi kuat menyangkal tuduhan itu. Sayangnya, tuduhan perselingkuhan tidak bisa dia elakkan. Karena memang ada hubungan di antara mereka. Untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, Kean akhirnya dimasukan ke dalam penjara. Dia akan bermalam di penjara. Pengacara menegaskan akan menjamin Kean tidak akan pergi. Meminta Kean untuk dibebaskan. Namun, sayangnya polisi tidak menyetujui permohonan
Kean membaca surat penangkapan atas dirinya itu. Tentu saja itu membuatnya merasa heran. Bagaimana bisa dia dituduh menculik. Apalagi di dalam surat penangkapan tertulis jelas jika korban penculikan adalah Kenaya. “Tuduhan lucu apa ini? Penculikan?” Kean merasa aneh dengan segala tuduhan yang dilayangkan padanya. Jelas ini menggelitik sekali. “Silakan ikut kami. Jelaskan semua di kantor polisi.” “Korban penculikannya saja ada di sini aman dan terjaga. Bagaimana bisa dikatakan penculikan?” Kean masih mengelak. “Sebaiknya, Anda jelaskan saja di kantor polisi.” Polisi yang melihat Kean terus menjawab, akhirnya menangkap paksa Kean. “Lepaskan dia? Saya tidak merasa diculik.” Kenaya yang berada di belakang, menerobos ke depan. Mencegah apa yang dilakukan polisi. Dia menarik tangan Kean. “Silakan melakukan pembelaan di pengadilan.” Polisi tetap tidak peduli dengan apa yang dilakukan Kenaya. “Tenanglah, aku akan keluar. Kamu harus disini dan jangan ke mana-mana. Tetaplah bersama kelua
Saat sampai, Kenaya langsung disambut oleh Mommy Freya dan Daddy El. Mereka meminta Kenaya untuk beristirahat di kamar yang pernah ditempatinya.Kenaya pun memanfaatkan waktu untuk beristirahat. Tubuhnya belum benar-benar sembuh. Bekas luka prosesi kuret masih terasa sakit sesekali.Di saat Kenaya beristirahat, Kean dan Daddy El mengobrol di ruang keluarga. Mereka membahas apa yang akan mereka lakukan jika proyek ini jadi sasaran walikota. “Mereka tidak akan mengusik sebenarnya karena kita punya surat tanah dan izin yang kuat. Lagi pula sebelum dibangun, kita sudah cek di tata kota. Jadi harusnya mereka tidak akan sejauh itu.” Daddy El memberikan pendapatnya tentang proyek yang sedang dikerjakan anaknya itu.Kean memahami apa yang dikatakan sangat daddy. Dia juga berpikir, jika walikota tidak mungkin bisa mengusik proyeknya. Apalagi dia sudah sangat berhati-hati dengan masalah legalitas. Saat sedang mengobrol, pengacara menghubungi Kean. Dengan segera Kean mengangkat sambungan telep