Share

2#Teman Baru

Penulis: Lisuni98
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Membalas tatapan dengan kebingungan dan beberapa pertanyaan yang meledak-ledak di 

kepalanya.

Apa? Kenapa? Teriak sampai segitunya. Emangnya dia hantu apa? Tentu saja Kayla 

keberatan atas perilaku lelaki itu. 

Yang berteriak syok. Apa lagi yang diteriakin parno.

Pak Selamet menggebrak meja. "Anak baru, jangan berisik!" celetuknya mengejutkan 

mereka yang saling bertatapan. "Jika terulang lagi, saya tidak akan segan-segan 

mengeluarkan kalian berdua dari kelas!"

"Ba-ik pak," jawab Mexsi ba-bi-bu. Kembali menatap kesamping sebelah kanan, dengan 

tatapan tajam yang dingin dan membunuh.

Kayla pun menarik napas berat, menghembuskannya sekeras mungkin. Membuang 

muka. Tanpa harus menjawab pertanyaan orang yang baru saja dikenalnya, beberapa menit 

kemudian.

Astaga-naga! Gak salah liat? Ini cewek sampai ikut ke sini. Gue gak bisa tinggal diam!

SREEEET!

Menggeser bangku yang Mexsi duduki menjauh dari Kayla, Pak Selamet sudah tak 

mampu menahan amarah lagi. Darah di kepalanya bergejolak, hampir meledak keluar, 

kesabarannya kini mencapai batasan. Ia mendekati tempat duduk anak baru itu, wajahnya 

benar-benar memerah karena marah, sembari membawa penggaris kesayangannya. Untuk 

memukul bokong siswa yang melanggar peraturan dengan itu. Berdiri memelototi Mexsi, 

matanya hampir keluar, mulai mengelus-elus penggaris pelan. Siswa yang berada di sana 

bergidik merinding dan ngeri, sudah mengira-ngira apa yang akan terjadi pada nasib anak 

baru itu.

"Kalau tidak suka pelajaran Bapak... " mengatur pernapasannya. "KELUAAAR!"

Sebelum semua siswa yang berada dalam kelas menutup telinga.

"Bukannya gitu Pak." Mexsi menyipitkan matanya dengan sebaris kernyitan muncul 

dikening. "Saya gak bisa duduk di samping... " mengangkat ringan bahunya menatap tajam 

gadis yang duduk bersebelahan dengannya. "TOA BERJALAN."

Tawa satu kelas meledak. Kayla menundukkan kepala, pipinya memerah menahan malu.

Gila! Dia baru saja panggil gue apa? Toa berjalan? Panggilan semacam apa itu? Malu banget 

gue. Pikirnya sempat mengerjap-ngerjapkan mata.

Pak Selamet menggebrak meja, suasana menjadi hening kembali, menatap ke samping kiri 

paling pojok di barisan ketiga. "Mexsi pindah sana! Ke meja Tino." menunjukkan meja yang 

di maksud dengan memutar bola matanya. "Tina cepat pindah ke sini, mulai sekarang kalian bertukar tempat duduk."

Mereka berpindah posisi duduk. Tino di kenal dengan julukan tukang rusuh alias Raja Jail, 

suka menjaili teman-teman dan dicurigai tukang maling pulpen. Bahkan tukang gosip di 

kelas. Duduk bersebelahan dengan Mexsi, ia tertawa kecil.

Kayanya dengan dia duduk di sini rejeki nomplok. Pikir Tino sambil mengelus-elus dagunya yang mulus, tidak. Ada satu jenggut kecil di sana, jika memakai kacamata pembesar 

mungkin baru bisa terlihat jelas. Ia saudara sepupu dengan Tina, gadis yang terkenal 

super-duper cerewet yang duduk bersebelahan dengan Kayla, mereka saling berkenalan.

***

Teman yang baru Kayla kenal. Mengajaknya menuju ke kantin belakang sekolah. Diikuti Ino dikenal sebagai gadis yang paling pemalu dan pendiam, terkadang Tino suka menggodanya membuat Ino menahan napas sedetik lalu pergi menghindar. Tidak lupa Tina mengajak lelaki yang paling keren di sekolah, Padil ketua kelas yang paling digemari banyak orang, suka menolong siapa pun yang mengalami kesulitan, seratus persen ikhlas, tanpa pamrih, dia juga kandidat ketua OSIS.

Mereka duduk saling berhadapan, di salah satu kantin langganan Tina tidak lain ibu Ino.

"Mau pesan apa? Di sini banyak sekali makanan yang enak-enak, bakso, nasi goreng, pangsit, jus, es mambo masih banyak lagi. Yang paling gue demen di sini, bakso super jumbo dan jus melon yang manis, semanis senyuman gue. Hehehe," kata Tina pada Kayla dan Padil nyerocos, tak henti-hentinya cekikikan.

Lima menit kemudian...

Sampai membuat kedua orang itu bertanya di dalam hati, kapan bisa pesan? Kalau tak ada kata berhenti saat berbicara.

"Gue bakso aja deh," jawab Kayla secepat mungkin. 

"Nasi goreng super pedas," sahut Padil. 

"Oke! Pangeranku," menatap Padil malu-malu. "Pesanan kalian akan segera datang, tunggu aja. Tina yang berhati baik, seperti malaikat tak bersayap ini akan segera membawakan makanan yang kalian pesan." Tina akan pergi memesan.

Sosok lelaki yang berparas paling enek menurut Tina berlari ke arah mereka, duduk sambil mengambil tisu mengelap keringat di dahinya memandang Tina. 

"Gue gak di tanyain," celetuk Tino dengan sebelah kaki yang dilipat ke atas.

Tapi Tina tidak memedulikan saudaranya. 

Kayla dan Padil tertawa kecil membekap mulutnya sendiri.

"Ngeselin banget tuh anak!" lanjutnya.

Beberapa saat Tina kembali membawa bakso dan nasi goreng dibantu Ino. Tino akan bangkit dari tempat duduk. 

"Mau ke mana?" tanya Tina. "Nih udah gue pesenin makanan kesukaan lo. Mangkannya jadi anak tuh yang baik dikit kenapa, jangan bikin onar mulu." 

Menyodorkan semangkuk bakso super jumbo ke hadapan Tino, menatap saudaranya segan.

"Lo emang saudara gue yang paling pengertian," berdiri disamping Tina-"masalah itu biar waktu yang menjawab, udah lo makan aja." lanjutnya akan memeluk saudaranya namun Tina menghindar hanya manggut-manggut patuh, Tino tersenyum malu langsung duduk mengambil garpu dan sendok.

Meski mereka suka berantem gara-gara hal kecil tapi sebenarnya Tina dan Tino saling peduli. Mereka makan pesanan masing-masing.

Tina melontarkan sebuah pertanyaan, "Kayla, kenal ya sama Mexsi?" 

"Hmm... gak ko, baru kenal," ucap Kayla sedikit hati-hati menjawab pertanyaannya, takut dia salah pengertian. 

"Oh gitu, tapi ko dia kelihatannya kaya udah kenal lama sama lo, sampai teriak gitu?" pertanyaan Tina kembali dilontarkan. 

Kayla merasa sedang dipojokkan, ia akan menjawab secara jujur dan benar. "Kalau itu, gue juga gak tahu."

"Ah Tina, gitu aja dibikin repot," kata Tino menepuk pundak Tina pelan. "Ya kali, Mexsi mirip sama gue. Canda dia, gitu aja gak tahu." 

"Oh gitu, lo duduk sama dia. Kenapa gak ajak Mexsi ikut gabung sama kita, gue yakin! Lo pasti dicuekin, ya iyalah orang kaya lo gak mungkin- " 

"Udah Tina, kata nenek. Jangan makan sambil bicara, nanti keselek terus nyesel hahaha." Tino tertawa puas. 

"Udah! Jangan langsung keliatan sifat aneh kalian, malu sama anak baru. Butuh waktu biar paham kalian makhluk seperti apa? Iya kan, Kayla?" tanya Padil melirik ke arahnya. 

"I-iya." Kayla tersenyum kecil.

"Gue mau ke toilet sebentar," ucap Padil memberi tahu temannya. 

"Jangan lama-lama, aku rindu," ucap Tina. 

Padil langsung buang muka, mengambil langkah seribu. Kayla tertawa kecil, Tino menggeleng-gelengkan kepala. 

Segerombolan lelaki datang dari sudut kanan. Kawal, Kiwil dan Kawul. Mereka terkenal pembawa masalah. Berbeda dengan Tino mereka suka menyanyi di mana pun alias tak lihat situasi dan kondisi. Kiwil duduk menggebrak-gebrak meja dan Kawul menabuh galon dengan tangan kananya, mereka memainkan alat musik seadanya. 

Para siswa yang berada di sana tertawa datar secepatnya memakai headset, bahkan ada yang sampai memasukkan tisu makan ke dalam telinganya jika lupa membawa headset. Yang menjadi vokalisnya tidak lain ketua mereka si Kawal, lantunan lagunya mulai terdengar. "Judi tet... merusak keimanan. Judi tet... judi tet... teeet."

Terus saja seperti itu sampai kiamat, hampir semuanya merasa terganggu termasuk Kayla, baru pertama kalinya ia bertingkah seperti ini menutup kedua telinganya menahan kebisingan, menyerang telinganya secara bertubi-tubi. Saat itu pun ia bangkit dari tempat duduk tak tahan melangkah pergi.

Mexsi menuju kantin dan melihat suatu kejadian.

Kayla tak sengaja menabrak gadis yang membawa gelas berisi jus alpuket seketika menumpahi seragamnya. Sarah marah langsung mendorongnya sampai tersungkur di lantai. 

Mexsi terus mengamati. Gue yakin, Toa pasti balas menonjok.

"Lo punya mata gak?" teriak Sarah membuat semua orang yang berada di sana menatapnya. 

Kayla bangkit, Tina dan Ino membantunya berdiri. Sedangkan Tino melirik sebentar dengan tenang melanjutkan makan, sedangkan Padil belum kembali dari toilet. 

"Gue minta maaf, gue gak sengaja," kata Kayla mengatakannya dengan tulus, sambil mengangkat tangan kanannya. 

Mexsi menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak percaya apa yang ia dengar barusan seharusnya tidak pernah terdengar.

Aneh, kok mendadak Toa minta maaf? Kaya bukan Toa yang dia kenal, salah gak salah ya tetap cewek itu paling benar. Tapi kok... batin Mexsi terus mengamatinya. 

Cukup lama tangan Kayla tak disambut baik, ia menurunkan tangannya dengan sedikit sedih. Saat Sarah akan melayangkan telapak tangan ke wajah gadis yang menumpahkan jus kesukaannya. Kayla menutup mata, alis tertekuk takut, menunduk.

Seseorang berteriak. "GILA, TAMPAN BANGET!" 

Spontan Sarah menatap seseorang yang menjerit lalu mengalihkan pandangannya pada Mexsi. "Iiih tampan... "

Hampir saja sebuah tamparan melesat mengenai pipi Kayla. Ia pergi dari sana melewati Mexsi begitu saja tanpa menatapnya, sedangkan lelaki itu menatapnya dengan serius.

Sarah melangkah mendekat dan memegang lengan Mexsi sampai senyum-senyum sendiri tak karuan mirip orang gila. 

"Tampan siapa namanya? Rumahnya di mana? Kelas apa? Udah punya pacar belum? Kalau belum... aku mau kok jadi pacar kamu." 

Mexsi memegang tangannya menghempaskan ke udara. Ia melangkah pergi meninggalkan Sarah, bukannya marah! Sarah semakin penasaran dengan lelaki yang di anggapnya jual mahal. Baginya hal itu sebuah tantangan yang harus gadis itu taklukan, bagaimana pun caranya. 

             ...Flashback On... 

Duduk dengan santai saat Mexsi berada di kantin, tiba-tiba Toa berjalan tak sengaja menabrak gadis yang sedang membawa semangkuk spageti berlumuran saus tomat di atas nampan. Membuat seragamnya kotor terkena saus tomat, gadis yang menabraknya tidak meminta maaf sekali pun. Ia hanya melengos pergi.

Tak terima dia melempar spageti menimpuk kepala Toa, ia mendekat mengepalkan tangan kananya satu pukulan mengenai samping bibirnya. 

Langsung mengeluarkan darah, gadis yang meringis kesakitan membalas tonjokkan Toa. Sehingga mereka berdua saling hantam-menghantam dengan tangan kanannya, Mexsi hanya serius memperhatikan musuh bebuyutannya itu.

Salah satu penjaga kantin menghentikkan mereka, tetap saja Si Toa masih mengambil kesempatan menonjoknya. 

             ...Flashback Off...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lisuni98
Suka gak sama ceritanya?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jangan Mencintaiku   3#Siapa Yang Menolong?

    Menaiki tangga lantai tiga menuju atap gedung, Mexsi sampai di sana mendengar suara tangisan dari ujung samping sebelah kanan. Menjulurkan kepalanya, menengok dan memeriksa, dari kejauhan melihat sosok gadis berambut panjang hitam lebat meneteskan air mata. Matanya membulat, tatapan berubah menjadi terenyuh saat mengetahui siapa yang menangis hingga tersedu-sedu. Gadis yang selama ini ia benci, dan terkenal tukang pembuat masalah bisa-bisanya menangis. Terlintas dalam pikirannya, apakah tadi tanpa sengaja dia jadi penolong Toa? Tidak benar. Berdecih malas ia turun dari sana dengan wajah kesal, satu-satunya tempat yang paling hening di sekolah kini tak ada bedanya. Duduk memikirkannya, ba

  • Jangan Mencintaiku   4#Orang Aneh

    Terbaring di atas tempat tidur, kedua tangan tertekuk, telapak tangan tertindih kepala, menatap langit-langit atap rumah. Memikirkan kejadian tadi sore. Setahu Mexsi, Toa itu tidak akan mungkin minta maaf. Hal yang aneh baru saja terjadi, tak seperti biasanya gadis yang ia benci bersikap mengalah. Bukan hanya itu saja, ia memeluk gadis itu karena refleks."Ck," ucap Mexsi berdecak heran tubuhnya bergidig merinding, mencium aroma tubuhnya sendiri. "Oweee! Bau Toa!"Ia langsung bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi.Tiga kali Mexsi bulak-balik ke kamar mandi, tiga kali mandi, dan tiga kali memakai aroma sabun yang berbeda-beda. Tetap saja, ia merasa masih mencium bau Toa, akhirnya memutuskan mencari tahu di mbah Google. 'Cara menghilangkan aroma makhluk astral di tubuh', Searching. Meski terbilang lelaki pintar, jika mengenai tentang musuh bebuyutannya. Hilang sudah kata pintar itu dari gelarnya. Segala cara i

  • Jangan Mencintaiku   5#Ayah Yang Entah Kapan Kembali

    Mexsi duduk di atas tempat tidur memandangi meja belajarnya. Bukan, bukan meja belajar yang ia pandang. Tapi foto anak gadis yang sedang tersenyum manis menunggingkan gigi putihnya, ia tempelkan di ujung toa. Siapa lagi kalau bukan musuh bebuyutannya?Yang paling Mexsi sukai dari foto itu sebuah kumis hitam tebal menempel sempurna di bawah lubang hidungnya. Memakai kacamata bulat, dan tahi lalat besar di bawah mata sebagai pelengkap.Terkadang Mexsi memuji dirinya sendiri, hanya dengan satu spidol hitam ia menciptakan sebuah karya. Hasil dari tangannya sendiri yang luar biasa, dari mana ia mendapatkan foto itu?Entahlah...Jika Mexsi marah atau kesal. Foto itulah yang akan menjadi korbannya, mengingat kejadian masa lalunya saat pertama kali mengenal Toa membuatnya kembali mematung."Gue gak percaya, dia bilang apa barusan," kata Mexsi ngedumel sendiri. Menggeleng-gele

  • Jangan Mencintaiku   6#Check Up

    Sampai di rumah sakit Kayla dan ibunya memasuki ruang pemeriksaan, putrinya di bius tanpa sepengetahuan Kayla. Memeriksa dan melakukan pengobatan dalam beberapa jam saat semuanya sudah selesai. Ibunya bicara berdua dengan dokter yang baru saja melakukan pengobatan pada putrinya, keluar dari ruangan dokter dengan wajah sedih. Putrinya sadar memanggil ibunya. "Mama," ucap Kayla suaranya terdengar lemas dan serak. "Sayang kamu udah bangun." tanya ibunya dari kejauhan berlari kecil ke arahnya. Memegang tangan kanan Kayla. "Kapan kita pulang, aku gak betah lama-lama di rumah sakit Mah." ia ingin turun dari ranjang. "Sekarang sudah boleh pulang, ayo sini Mama bantu." ibunya memegang tangan Kayla perlahan mereka pergi keluar dari depan pintu rumah sakit.

  • Jangan Mencintaiku   7#Teman Jail

    Semua siswa IPA mau pun IPS berkumpul di tengah lapangan, terdengar suara gemuruh bisikan dari berbagai sudut. Bertanya-tanya ke teman-temannya, mengapa mereka di kumpulkan? Tidak lama kemudian pak Selamet mengumumkan menggunakan toa. "Siswa XI IPA yang bernama Tino suka isengin temannya. Kali ini benar-benar keterlaluan, coba lihat ke atas atap lantai tiga di belakang kalian." pak Selamet menunjuk dengan telunjuk jari. Semua siswa dengan kompak menengok mengikuti telunjuk jari tangan pak Selamet. "Dia akan di hukum mengambil sepatu teman-temannya yang sengaja di lempar ke atas genteng, ini adalah contoh anak bader jangan kalian tiru. Tugas kalian, awasi dia sebagai pembelajaran bagi siswa yang suka mengerjai temannya." pak Selamet pergi ke ruang guru. Tidak lama kemudian.

  • Jangan Mencintaiku   8#Masalah Diantara Kita

    Teeet, teeet, teeet. Suara bel istirahat baru saja terdengar Tina bergegas membereskan buku dan pulpennya, seperti biasa mengajak teman sebangkunya ke kantin. Tapi Kayla menolak ajakannya kali ini. Kapok mendengar suara Kawal, Kiwil, Kawul. Tina memakluminya ia mengajak Ino, dan tidak akan pernah lupa pada Padil sang pangeran pujaannya. Kayla memilih mengelilingi sekolah sendirian, saat menuju kelas ujung paling pojok. Tak sengaja melihat pemandangan yang jarang terjadi, ketiga lelaki yang suka nanyi-nyanyi tidak jelas berada di depan matanya sekarang, mereka mengganggu salah satu siswa. Menarik kerah siswa itu didorong hingga tersungkur di atas tanah, Kawal mengepalkan tangan kanannya menonjok wajah lelaki yang terlihat pasrah. Kayla terkejut tanpa sadar kakinya berlari ke depan lelaki yang sedang di kroyok habis-habisan sama mereka, melentangkan kedua tangannya sembari menutup mata.

  • Jangan Mencintaiku   9#Asal-asalan Menjadi Penyesalan

    Mexsi menyadari dari tadi mereka tatapan cukup lama. "Biasa aja kali liatnya, entar suka lagi... bisa jadi ribet masalahnya.""Idih!" Kayla bergidik merinding membelakanginya. "Sorry-Sorry aja deh, jangan ke GR-an." melipat kedua tangannya.Lelaki itu menatapnya."Gue gak mungkin suka sama lo, orang yang gak bisa menilai seseorang baik atau buruk." melanjutkan perkataannya."Apa!" meringis kesakitan saat mencoba berteriak. "Harusnya kata-kata itu buat lo, bukan buat gue."Merasa kesal Kayla pergi dari hadapannya."Sialan! Dia pergi gitu aja. Tapi... sifatnya udah mulai berubah, Toa kayanya bener-bener kepentok becak terus hilang ingatan." tertawa sendiri, lalu memegang bagian kiri bibirnya menahan sakit.***Satu masalah lagi dalam beberapa hari Kayla masuk sekolah, Tino memasang ember kecil di atas pintu kelas

  • Jangan Mencintaiku   10#Jika Mengerti Kenapa Tidak Patuh?

    "Tunggu!" ucap Mexsi mengejar tak sengaja memegang lengannya. Mendadak jantung Kayla berdegup dahsyat, langkahnya terhenti. Ia menatap Mexsi dengan berani, berharap dia tak mendengar detak jantungnya yang hampir copot. "Gue... g-gue," jawabnya terdengar sulit mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, menarik napas berat menghembuskan dengan keras. Kayla menatapnya. "Gue gak tahu caranya bersihin toilet." melepaskan tangan Kayla. "Apa?! Hahaa... " ia tertawa geli, memegang perutnya lalu tak sengaja menepuk-nepuk bahu Mexsi sampai terdorong lemah. "Pantesan dari tadi diam aja, cemberut aja, ternyata lo." Mexsi mengangkat wajahnya dengan sedikit suram. "Lo gak tahu caranya bersih-bersih... hahaha." tertawanya kembali terdengar. Membuat Mexsi melempar kain pel dan sikat, ia akan segera pergi saat melangkah kesamping gadis itu.

Bab terbaru

  • Jangan Mencintaiku   123#Aku Masih Mencintaimu

    Kepala Keyla sulit sekali bergerak, ia tak mampu menengok ke belakang. Ia berjanji tidak akan menangis lagi, tetapi sulit baginya berhenti. Lelaki itu melingkarkan tangannya pada tubuh Keyla, lalu mendekapnya tanpa ragu dari belakang."Kau jahat sekali, kenapa berpura-pura tidak mengenaliku?" tanya Mexsi menopang dagunya di atas pundak Keyla. "Kau tahu aku begitu menderita, setiap hari harus meminum obat dan melupakan semua hal tentangmu." "Ba .. gaimana mungkin, kau mengingatku kembali. Harusnya kau tetap melupakanku, Mexsi!" Jerit Keyla dengan wajah sedih."Itu kah maumu?" tanya Mexsi mundur selangkah. Keyla tetap tidak berani berbalik, apalagi menatap wajahnya. "Baik kalau begitu, aku pergi .... "Keyla tiba-tiba saja memegang lengannya sambil menunduk, tangannya bergerak sendiri tanpa meminta izin pada pemiliknya. "Aku ... Aku takut menembakmu, aku sangat takut kehilanganmu.""Tatap mataku, Keyla," kata Mexsi. Gadis itu hanya dapat menggeleng. "Kubilang tatap mataku, Keyla!" Teri

  • Jangan Mencintaiku   122#Keputusan Bersama

    Tina dan Ino terdiam sesaat, mereka berharap kalau Keyla tidak memikirkan perkataan Tino. Mereka meyakini jika sampai percaya maka apa yang akan terjadi pada sahabatnya, tiba-tiba saja Keyla berdiri, menatap segan ke arah Tino. "Keyla mau ke mana?" tanya Ino pelan."Keyla, di sini aja ya. Gak usah dengerin apa yang barusan Tino bilang, kita kan tahu kalau dia suka bercanda. Dan selalu membangkitkan emosi kita, iya kan Ino?" kata Tina melirik pelan ke arah Ino."Oh iya haha." Ino sedikit tertawa sambil memukul pelan pundak Tino.Selama ini Mexsi yang menemani Kayla dalam keadaan sesulit apapun, bahkan sampai detik-detik terakhirnya saja. Mexsi mampu membuat bahagia di masa sulitnya, apakah Keyla menyadari hal itu. Tentu saja, Keyla sangat memahami hubungan mereka berdua. Satu hal lagi yang belum Keyla tahu. "Gue sama Mexsi udah saling benci pada saat usia kanak-kanak."Tina langsung bertanya. "Apa penyebab kalian saling membenci?"Ino dan Tino hanya menatap ke dalam mata Keyla sambil m

  • Jangan Mencintaiku   121#Pesan

    Hanyut dalam dekapan ibu Ino membuat Keyla semakin tak sanggup menahan air matanya. Cukup lama ia menahannya, terbendung sudah hampir meluap keluar. Air matanya mengalir deras turun melewati pipinya yang kini memerah, ia tidak tahu kalau selama ini ia butuh dipeluk oleh seseorang dalam keadaannya yang sedang mencari informasi terkait kematian kakaknya.Ibu Ino berniat menceritakan sedikit tentang semasa hidup Kayla, waktu itu di mana geng Sarah menghancurkan usahanya. Sebagai ibu pemilik kantin di sekolah Ino dulu, Ibu Ino melepaskan pelukannya. Menatap Keyla yang saat ini sedang mengusap air matanya. "Kakakmu Kayla adalah gadis yang sangat baik, dia sangat berjasa bagi kami." Tiba-tiba saja ibu Ino membahas tentang kakaknya."Benarkah?" Kedua bola mata Keyla berbinar-binar saat mengatakannya."Tentu saja, Kayla maju digaris paling depan. Saat kantin kami sedang diobrak-abrik oleh Sarah dan teman-temannya, Kayla sempat terluka dia tidak menyerah sedikit pun. Demi membantu kami, dia sa

  • Jangan Mencintaiku   120#Keputusan Yang Tepat

    Ibunya mendongak ke atas menatap wajah putranya. "Aku tahu betul, jika tangan Bunda bergetar seperti ini. Artinya Bunda berbohong, apakah sangat sulit bagi Bunda memberitahuku yang sebenarnya?" tanya Mexsi masih tetap memegang tangan ibunya."Bunda sudah memesan tiketnya, lebih baik kita bergegas. Nanti ketinggalan pesawat.""Cukup Bunda!" Mexsi sedikit meninggikan suaranya, tapi masih dalam batas wajar. Ia melangkah pergi ke depan pintu."Mau kemana?" tanya ayahnya yang baru saja sampai di depan pintu."Ayah, cegah dia Yah. Mexsi kita mau pergi, dia tidak ingin ikut bersama kita kembali ke Singapura. Ayo Ayah cegah dia," kata istrinya merasa ketakutan yang amat sangat dalam.Suaminya menggeleng. "Biarkan saja.""Apa maksud Ayah?""Biarkan saja Mexsi tinggal dan melanjutkan studynya di sini."Mexsi berhenti melangkah, membulatkan matanya, menengok ke arah ayahnya sedang bicara. Ternyata ayahnya malah memilih membela dirinya ketimbang ibunya sendiri. Selama ini, ayahnya selalu tunduk d

  • Jangan Mencintaiku   119#Terlihat Mencurigakan

    Puk. Sekotak kecil menimpa kepalanya, sampai Mexsi mengelus kepalanya beberapa kali tanpa bersuara. Kotak kecil itu patah, sehingga terlihat isinya sedikit. Ia memegang kotak itu lalu memperhatikannya dengan seksama, nampak tidak asing baginya. Ia mengambil buku diary ingin membuka selembar kertas. "Mexsi!" Jerit ibunya dari luar kamar. Mexsi sampai menjatuhkan buku diary milik kakaknya, ia jongkok mengambil buku diary itu. Ibunya langsung merebut buku itu darinya, ia mengangkat kedua alisnya."Bunda kembalikan, buku diary itu milikku." Pinta Mexsi merengek dengan sedikit bergurau."Nggak, mulai detik ini, buku diary ini. Milik Bunda," jawab ibunya tersenyum masam."Kenapa begitu?" Mexsi menaikan sebelah alisnya karena tak terima buku itu tiba-tiba diambil ibunya."Gak usah banyak tanya, kalau kamu mau buku diary ini. Maka kembalilah ke Singapura, Bunda pasti memberikannya padamu." Ibunya melangkah pergi dari sana setelah mengatakannya.Mexsi hanya terdiam sambil memikirkan segala ke

  • Jangan Mencintaiku   118#Rumah Tak Terhuni

    "Biar gue tarik kata-kata gue waktu itu, beres kan?" jawab Keyla lalu bertanya padanya."Bisa gak, jangan egois. Ambil keputusan secara sepihak begitu, kita.""Kenapa, kenapa, nyawa kalian bisa dalam bahaya jika terus bareng gue. Kalian tahu sendiri kan, ayah gue udah jadi korban. Dan gue gak mau kehilangan lagi, gue mohon sama kalian jangan pedulikan untuk kali ini saja, jangan menoleh. Cukup berpaling aja," ungkap Keyla yang bersungguh-sungguh takut kehilangan lagi.Tina dan Ino terdiam sesaat, lalu Tina maju selangkah menujunya. "Terus lo pikir kita juga mau gitu kehilangan sahabat kita lagi?""Kenapa kalian sampai segitunya, harusnya kalian gak usah melakukan hal ini.""Karena kita ini sahabat," jawab Ino dengan tersenyum sambil menutup matanya."Huaaaa!" Keyla menangis sejadi-jadinya di tempat itu. Tina dan Ino kembali saling pandang, mereka memeluk Keyla bersamaan. Mereka menumpahkan kesedihan, kerinduan, serta persahabatan menangis bersama di sana. Beberapa saat Ino menghapus a

  • Jangan Mencintaiku   117#Seperti Aku Mengenalimu Dahulu

    Para pelayan itu kembali setelah beberapa saat, Mexsi mulai bingung dengan dirinya sendiri. Terkejut dengan apa yang baru saja ia pesan, ternyata makanan itu sama dengan apa yang dipesan gadis itu. Tapi makanan itu sangat familiar untuknya, rasanya ia sudah pernah memberikan makanan itu pada seseorang tetapi siapa?Keyla bukan tanpa sebab memilih berada di lestoran itu, ia merindukan sahabatnya yaitu Ino berada di sana. Tanpa gadis itu sadari Ino telah berada dihadapannya, duduk di sana sembari terus memperhatikannya.Mexsi sedang mengunyah makanannya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Ia menoleh dengan santai, setelah mengetahui siapa orang itu ia tetap melanjutkan makan. "Gue cari lo kemana-mana ternyata lo ada di sini, lagi enak makan lagi. Bla, bla." Dito ngedumel dengan seribu bahasanya.Dirasa cukup lelah membacot sendirian, akhirnya ia memilih duduk memesan minum. Kembali menatap wajah Mexsi. "Udah makannya kan?" tanya Dito sambil menyeruput segelas kopi hangat."Iya,"

  • Jangan Mencintaiku   116#Jangan Jauhi Aku

    "Iya Keyla, maksudku kanker itu kantong kering," jawab Dito sedikit membekap mulutnya sendiri. Terdengar cekikikan kecil di sana. Keyla mengerutkan keningnya. "Aku mau beli bunga buat dimakam, masalahnya aku gak bawa uang. Gimana ya?" lanjutnya kembali melirik Keyla dengan penuh harap.Tanpa berpikir panjang Keyla langsung mengambil dompetnya dari dalam tas selempangnya. Ia mengeluarkan beberapa sejumlah uang dari sana, memberikannya pada lelaki itu tentu saja sudah mengerti Dito tak mau mengambilnya. "Apa lagi, masalahnya?" tanya Keyla sedikit geram.Dito malah melangkah dengan cepat memegang tangan Keyla. Entah kenapa Mexsi merasa kesal setengah mati, ketika melihat Dito memegang tangan gadis itu. "Bisa tolong pilihkan, aku gak paham caranya memilih bunga yang bagus. Aku mohon banget sama kamu. Bantu aku untuk kali ini aja ya, ya." Dito mengatakannya dengan penuh harap. Dengan amat sangat terpaksa Keyla mengangguk. "Emang kamu mau ziarah ke makam siapa?""Kak Morgan, terus aku sam

  • Jangan Mencintaiku   115#Jangan Tanya Mengapa

    Dito meraih daun pintu mobilnya, lalu menyuruh Mexsi masuk ke dalam. Ia langsung tancap gas, ditengah perjalanan menancap rem sampai tubuh Mexsi sedikit terpental ke depan. Lelaki itu menatapnya sinis, sedangkan Dito menoleh ke belakang dengan mengerutkan keningnya. "Ada apa?" tanya Mexsi sedikit kesal dibuatnya."Gue baru inget Mexsi," selorohnya dengan nada sombongnya."Inget apaan?" Kembali bertanya dengan menaikan sebelah alisnya."Mau pergi ke mana?""Ck," Mexsi berdecak heran. "Mangkannya tanya dulu, cari aja di Maps. Makam terdekat taman indah buana," katanya melipat kedua tangannya di atas dada."Oke!" Mereka kembali melanjutkan perjalanannya.Sesampainya mereka di tempat tujuan. Dito turun dari balik pintu mobil, ia mulai sigap membukakan pintu mobil untuk Mexsi. Kenapa demikian? Mexsi berpikir jika Dito tak membukakannya pintu nanti akan disuruh masuk kembali. Seperti kejadian di waktu yang lalu, saat mereka berada di Singapura. Ingatan Mexsi tajam mengenai hal itu, tapi ia

DMCA.com Protection Status