Jarum pendek hampir menyentuh angka dua belas ketika Akbi pulang dan tidak menemukan istrinya di dalam kamar.Sudah beberapa hari mereka tidak bertegur sapa semenjak konfrontasi Akbi yang memaksa Bee agar tidak magang di butik lain selain butik langganan keluarganya.Lelaki itu terlalu egois untuk menghentikan perang dingin ini terlebih dahulu sementara Bee terlalu takut menjadi yang pertama memulai pembicaraan dengan Akbi. Apalagi Akbi seakan tidak sudi meminta bantuan Bee menyimpul dasi atau menautkan kancing pada lengan kemeja.Bee lebih memilih menunggu sampai suasana hati Akbi kembali tenang.Selain itu pekerjaan Bee yang kian padat mempersiapkan pagelaran fashion show tunggal dari karya Ibu Aneu membuat mereka semakin sulit mencari waktu untuk bicara.Bee dipercaya Ibu Aneu membuat sketsa yang akan di persembahkan pada fashion show tersebut.Bila karyanya masuk dalam kategori yang diingkan Ibu Aneu maka sketsa tersebut akan Ibu Aneu beli untuk ia wujudkan dalam bentuk nyata dan
“Hai ... sayang!” Anggit menyapa dengan suara merdu dan manja ketika membuka pintu apartemen, kebetulan hari ini ia tidak memiliki jadwal syuting atau pemotretan sehingga meminta kekasihnya berkunjung.Hanya untuk mengetes apakah lelaki itu masih menganggapnya.Tanpa sedikitpun ia berharap, nyatanya Akbi mau memenuhi undangannya.Setelah pagi tadi menemukan foto-foto yang dibuat-dibuat mesra bersama Anggit di ponsel Bee, tentu saja dengan senang hati Akbi mendatangi perempuan itu karena memang ada yang harus ia tegaskan kepadanya.“Kok ketemu aku, muka kamu cemberut gitu?” basa-basi Anggit bertanya demikian padahal akhir-akhir ini setiap mereka bertemu, bibir lelaki itu selalu melengkung ke bawah.Akbi mengembuskan nafas kasar sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa.“Kalau kamu pikir dengan mengirim foto-foto mesra kita akan membuat Bee sakit hati, kamu salah!” To the point, Akbi mengungkapkan kekesalannya.“Perempuan jalang itu lagi!” Anggit menggeram di dalam hati.Sudah bisa menangk
“Belum pulang?” “Astaga Gio, aku pikir siapa!” Bee berseru tapi nada suaranya terdengar lembut.Perempuan itu juga memegang dadanya dengan mata melebar sempurna saking terkejutnya.Di rumah produksi ini hanya dirinya yang belum pulang karena harus membuat list bahan dan perlengkapan penunjang lainnya untuk membuat pakaian hasil rancangannya sendiri.Dari sekian banyak sketsa yang dibuat Bee, ada satu yang sangat menarik perhatian Ibu Aneu dan beliau berniat untuk mewujudkannya.Besok adalah hari berbelanja dan Bee diminta untuk membuat daftar yang harus dibeli sebelum pulang.Gio terkekeh melihat ekspresi Bee yang pucat pasi.“Sebentar lagi aku pulang, masih ada yang harus aku kerjakan terlebih dahulu.” Gio menghampiri Bee yang sedang duduk di kursi meja kerja, ia berdiri tepat di samping Bee untuk melihat apa yang sedang perempuan cantik itu kerjakan.Sementara Bee tidak terpengaruh dan melanjutkan pekerjaannya dengan tekun.“Kamu enggak takut berada di sini malam-malam dengan semu
“Bi,” Bee mengguncang tubuh suaminya.Lelaki dengan sejuta pesona namun tempramental itu memejamkan mata sambil melipat tangan di dada dengan tubuh terbaring pada jok yang telah bersandar sedikit ke belakang. Akbi tidak bergerak ketika panggilan dan sentuhan pertama Bee berikan membuat perempuan itu enggan mengganggu tidurnya.Bee berpikir bila Akbi sudah masuk terlalu jauh ke dalam alam mimpi.Lelaki itu pasti akan marah besar karena dua alasan.Yang pertama adalah karena telah menunggunya berjam-jam dan yang kedua karena Bee telah membangunkannya.Double amarah yang akan Bee dapatkan dan ia harus menyiapkan ekstra mental untuk itu.Bee menatap lamat-lamat suaminya, terdapat kerutan di antara alis Akbi, sepertinya lelaki itu memang sedang sangat marah hingga terbawa dalam mimpi.Tapi mereka harus pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sama lelah setelah satu hari penuh bekerja, apalagi besok pagi-pagi sekali Bee harus kembali bekerja begitupun dengan suaminya.“Bi,” panggil Bee
“Bi, aku pergi duluan ya ... hari ini sebelum belanja, Ibu Aneu ngajak karyawannya olah raga pagi dulu ... aku udah bikin sarapan di bawah, jangan lupa sarapan ya,” tutur Bee sambil mengikat rambutnya membelakangi Akbi tanpa mau menatap suaminya.Jantung Bee masih berdebar semenjak ia mendapati dirinya bangun dengan posisi memeluk Akbi di atas ranjang.Akan tetapi bukan posisi itu yang membuat Bee canggung sampai saat ini tapi keadaan dirinya yang hanya memakai pakaian dalam saja.Bee benar-benar tidak ingat bagaimana ia bisa berakhir seperti itu.Namun ia juga tidak ingin bertanya meski telah menduga bila Akbi yang menggendongnya ke kamar lalu melepas semua pakaiannya.Berhubung Bee yakin mereka tidak melakukan apa-apa, jadi ia pikir bila suaminya hanya ingin membuat dirinya nyaman saja dengan membuka pakaiannya.Akbi yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya memakai bathrobe, menatap Bee tanpa jeda.Istrinya pura-pura merapihkan pakain lalu mengecek isi tas, terlihat jelas bila B
“Kita makan siang dulu Gio,” kata Ibu Aneu kepada anaknya yang hari ini bertugas sebagai driver.Mau bagaimana lagi, semua supir dan mobil operasional butik dikerahkan untuk mengantar beberapa karyawan membeli bahan dan keperluan menjahit.Ada juga yang mendatangi beberapa pengrajin manik-manik yang menjadi bahan penunjang membuat maha karya Ibu Aneu.Hari ini sengaja Ibu Aneu membawa Bee bersamanya untuk membeli beberapa bahan agar bisa meminta pendapatnya mengenai bahan yang cocok untuk mewujudkan kebaya hasil rancangan Bee.“Kita makan di Mall aja ya, Mom?” Gio memberi saran.“Jauh parkirnya, kita cari restoran aja ... .” “Oke, Mom ...,” Gio menyaut memutar kemudi menuju sebuah restoran favourite Mommynya.“Kamu tadi pagi udah sarapan ‘kan Bee? Soalnya udah hampir sore ini dan saya baru sadar kalau kita belum makan siang.” Ibunda dari Gio itu merasa bersalah setelah mengajak Bee berbelanja seharian hingga lupa mengisi perut mereka.“Udah Bu, tadi pagi aku udah sarapan sama karyaw
Rahang Akbi mengetat dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya.Sorot mata lelaki itu begitu tajam di wajahnya yang murka ketika menatap ke arah meja di mana Bee sedang duduk berdua bersama seorang pria.Akbi tau siapa pria itu dan semakin mengenalinya setelah mengingat ucapan Bee tadi pagi yang menceritakan bila anak dari Ibu Aneu adalah staf kapten yang menyelamatkan Bee dari kebodohannya yang berniat ingin bunuh diri di kapal pesiar.Dan pria itu adalah pria yang sama yang keluar bersama Bee dari rumah produksi milik Ibu Aneu tadi malam.Bisa-bisanya mereka makan berdua sementara ia menunggu balasan pesan dari istrinya yang tidak bisa dihubungi karena ponselnya mati.Akbi beranggapan bila ponsel Bee sudah usang dengan daya batre yang rendah sehingga sering mati dan sulit dihubungi, maka dari itu setelah meeting bersama klien tadi Akbi mengajak Aldo ke mall khusus elektronik membeli ponsel untuk Bee.Lelaki itu sampai turun tangan membeli sendiri ponsel tersebut agar bisa disesu
Bila dulu ketika Bee menjemput suaminya dari aparteman Anggit dan Akbi langsung menjelaskan duduk permasalahannya dalam perjalanan pulang, Bee bisa langsung percaya.Tapi kini berbalik, Akbi yang mendapati istrinya bersama pria lain dan Bee memilih untuk diam sampai emosi suaminya mereda.Bee sudah sangat mengenal Akbi, lelaki itu tidak akan menerima penjelasan apapun bila sedang tersulut emosi.Lihat saja bagaimana cara Akbi mengendarai mobil, lelaki itu mengemudi seperti membawa ambulan yang sedang mengantar pasien sekarat.Bagian tengah stirpun tidak lepas dari hantaman tangannya sehingga bunyi klakson mengudara selama perjalanan disertai umpatan kekesalannya ditengah-tengah jam macet sepulang kerja.Bee menelan saliva beberapa kali, hanya bisa menunduk menatap jemarinya yang sibuk saling meremat.Entah apa yang akan dihadapi Bee nanti tapi setidaknya sang suami telah selamat dari perbuatan yang mungkin akan disesalinya kelak.Bukannya kesal karena lelaki itu telah berbuat kasar, B