Bila dulu ketika Bee menjemput suaminya dari aparteman Anggit dan Akbi langsung menjelaskan duduk permasalahannya dalam perjalanan pulang, Bee bisa langsung percaya.Tapi kini berbalik, Akbi yang mendapati istrinya bersama pria lain dan Bee memilih untuk diam sampai emosi suaminya mereda.Bee sudah sangat mengenal Akbi, lelaki itu tidak akan menerima penjelasan apapun bila sedang tersulut emosi.Lihat saja bagaimana cara Akbi mengendarai mobil, lelaki itu mengemudi seperti membawa ambulan yang sedang mengantar pasien sekarat.Bagian tengah stirpun tidak lepas dari hantaman tangannya sehingga bunyi klakson mengudara selama perjalanan disertai umpatan kekesalannya ditengah-tengah jam macet sepulang kerja.Bee menelan saliva beberapa kali, hanya bisa menunduk menatap jemarinya yang sibuk saling meremat.Entah apa yang akan dihadapi Bee nanti tapi setidaknya sang suami telah selamat dari perbuatan yang mungkin akan disesalinya kelak.Bukannya kesal karena lelaki itu telah berbuat kasar, B
Akbi mengerjap beberapa kali lalu menurunkan kedua lutut yang tadi menjadi tumpuan tubuhnya ketika berada di atas Bee.Ia juga menarik tangannya dari rahang Bee kemudian merutuki kekasaran yang baru saja ia lakukan kepada Bee.Emosi sempat menghilangkan akal sehatnya hingga nyaris menyakiti tubuh istrinya.Akbi memutar badan membelakangi Bee, ia bergerak gelisah dengan menyugar rambutnya kebelakang. “Tadi aku belanja sama Ibu diantar Gio, sebelum masuk restoran sempet ketemu sama Mbak Yuni bahkan Mbak Yuni kenal sama Ibu dan mereka saling tegur sapa, kamu bisa tanya Mbak Yuni kalau enggak percaya ... tadi aku enggak hanya berdua sama Gio,” tutur Bee dengan jelas disertai penekanan pada akhir kalimat.Akbi berpikir kenapa Bee tidak merasa takut sama sekali dan dengan lantang menjelaskan kesalah pahaman ini padahal beberapa detik yang lalu hampir saja ia menganiayanya.Sesungguhnya Bee sangat takut bahkan saat ini tubuhnya masih gemetar tapi ia harus menceritakan semuanya agar Akbi tid
Sesampainya di rumah produksi Ibu Aneu, Bee langsung disibukkan dengan pekerjaan.Membuat pola dan menjahit yang dimentori langsung oleh Ibu Aneu.Melupakan niatnya untuk menghubungi Akbi sebentar saja hanya untuk mengucapkan rasa terimakasih.Ada rasa bahagia yang membuncah di dada Bee karena bisa langsung belajar membuat kebaya dari ahlinya selain itu kasih sayang dan perhatian Ibu Aneu yang seperti seorang Ibu membuat Bee nyaman berada di dekat wanita paruh baya itu.Bee lupa waktu dan lupa segalanya bila sudah bersama Ibu Aneu.“Ladies!!” Gio berseru ketika masuk ke ruang kerja Ibu Aneu.Bee mengerjap, tubuhnya menegang saat matanya bertemu dengan mata hazel lelaki itu.Ia masih belum meminta maaf tentang kejadian semalam tapi nampaknya Gio tidak mempermasalahkan, terlihat dari senyum lebar yang Gio tunjukan sambil menatapnya.“Kita makan dulu,” sambungnya sambil mengangkat tiga bungkusan dus bermerk restoran terkenal.“Kebetulan Mommy laper banget,” ujar Ibu Aneu riang.Lagi-lagi
Langkah Aldo menuju garasi terhenti ketika melewati gazebo di pinggir kolam renang dan menemukan Akbi di sana.Ia berbelok untuk sekedar menyapa anak bosnya yang sedang galau selama satu minggu ini.Di antara jemari Akbi terselip satu batang rokok, Aldo yang sudah sangat mengenal Akbi semakin yakin bila anak muda itu sedang frustasi.Lelaki itu hanya merokok ketika sedang stress, sedangkan perusahaannya sudah stabil jadi hanya satu yang menyebabkan lelaki itu dilanda kegelisahaan yaitu karena melihat sang istri bersama pria lain di sebuah restoran beberapa hari lalu.“Enggak usah nungguin Bee, dia menginap di rumah produksi Ibu Aneu ... besok malam acara fashion shownya, kamu udah liat karyanya?” celoteh Aldo yang sudah membuka sepatu lalu duduk di depan Akbi.Akbi berdecak sambil memutar bola matanya jengah.Tadi Bee juga menghubunginya tapi ia enggan menjawab panggilan tersebut sampai akhirnya Bee mengirim pesan singkat yang memberi tau bila akan menginap di rumah Ibu Aneu.Akbi se
Bee menangis hingga tersedu, sesekali menahan raungannya tidak dapat meredam rasa sakit dan kecewa di hati.Dosa apa yang dilakukannya di kehidupan yang lalu sehingga cobaan bertubi-tubi datang menghampiri.Kenapa orang-orang selalu berbuat jahat dan seperti senang membuatnya menderita padahal dirinya selalu berusaha tidak menyakiti siapapun termasuk hewan sekalipun.Baik dengan ucapan apalagi dengan perbuatan karena ia tau bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu.Apa yang harus dilakukannya saat ini agar karyanya masih tetap bisa ditampilkan?Bagaimana perasaan Ibu Aneu bila mengetahui hasil karya buatannya yang telah dibeli hancur seperti ini?Ini salahnya, seharusnya ia bisa menjaga gaun kebaya itu dengan baik.“Bee! Ada apa?” Jessie yang baru saja membuka pintu langsung berhamburan memeluk Bee yang sedang menangis sambil memeluk lutut di lantai.Matanya kemudian menatap ngeri gaun yang berada di depan Bee dan langsung mengerti kenapa Bee menangis.Yang tidak ia mengerti adalah
Jantung Bee berdetak kencang, ia berdiri di balik panggung, mengintip para tamu di depan catwalk sana.Banyak sosialita dan istri para pejabat di negrinya ikut hadir menyaksikan fashion show bergengsi itu.Tidak ketinggalan istri presiden beserta istri para mentri menjadi tamu kehormatan pada acara yang digelar malam hari tersebut. Beni di temani Aldo berada di kursi paling depan bersama para pengusaha sukses lainnya yang mengantar istri mereka menghadiri undangan dari Ibu Aneu.Bee bergerak gelisah mondar-mandir ketika para model satu persatu mulai naik ke atas panggung memamerkan karya Ibu Aneu.Ia sampai lupa dengan Akbi yang tadi pergi begitu saja setelah melihat luka di tangannya.Lelaki itu pasti marah karena lagi-lagi ia membantahnya ketika menolak untuk diobati.Melupakan itu sejenak, ada hal penting yang menguras perasaannya saat ini yaitu tentang gaunnya yang akan dipamerkan dalam urutan terakhir di mana setiap gaun yang dipamerkan di bagian akhir adalah gaun masterpiece ya
Bee menggeliatkan tubuh untuk meregangkan ototnya yang terasa kaku.Masih dengan mata terpejam membalikkan tubuh lalu merentangkan tangan untuk memeluk guling namun benda keras yang ia rasakan.Bee tersenyum sangat cantik sebelum membuka matanya karena tau bila yang sedang ia peluk saat ini adalah Akbi.“Lo mimpi apa sampe senyum-senyum gitu?” bisik Akbi kemudian menghadiahkan sebuah kecupan singkat di bibir Bee.Bee membuka mata dan langsung mendapati netra pekat itu menatapnya dari atas.“Mimpi indah banget, aku jadi designer yang karyanya di beli sama istri presiden,” balas Bee lalu tertawa geli.“Itu bukan mimpi ... itu kenyataan, baby!” ujar Akbi gemas sambil menjawil hidung Bee.“Oh kenyataan ya?” Bee tergelak sampai memejamkan mata.Ya ampun, gemesin banget sih istrinya kalau lagi manja gini.“Baby?” “Ya, Bi?” Bee memiringkan tubuhnya agar bisa menatap wajah Akbi yang tampan dengan rambut acak-acakan bangun tidur.Beruntung hari ini adalah hari minggu jadi mereka bisa melaku
“Bi, aku ke toilet sebentar ya ... kamu duluan ke ruang tunggu.” “Gue anterin!” “Enggak usah, tunggu aja di sana ... temen-temen kamu udah di dalem ... nanti aku nyusul.” “Beneran kamu enggak apa-apa?” Ya ampun Akbi, ya enggak mungkin juga Bee kenapa-kenapa.Bee cuma mau pergi ke toilet di bandara yang terjamin keamanannya karena di jaga ketat di setiap penjuru, bukan mau pergi perang.“Ya udah, kalau ada apa-apa telepon gue!” Kalimat perhatian itu lagi yang pernah Bee dengar diucapkan untuk Anggit dan kini ia sering mendapatkannya.“Iya ... sayang,” balas Bee melirih kemudian buru-buru pergi.Kedua sudut bibir Akbi tertarik ke atas membentuk sebuah lengkung senyum.Perempuan itu munafik, selalu mengatakan yang sebaliknya dari apa yang ia rasakan.Bangun tidur tadi Bee memintanya untuk tidak merubah apapun termasuk memberi panggilan sayang dan mengatakan lebih baik hubungan mereka mengalir apa adanya tapi hari masih siang sudah dua kali Bee memanggilnya dengan sebutan sayang.Bag