“Belum pulang?” “Astaga Gio, aku pikir siapa!” Bee berseru tapi nada suaranya terdengar lembut.Perempuan itu juga memegang dadanya dengan mata melebar sempurna saking terkejutnya.Di rumah produksi ini hanya dirinya yang belum pulang karena harus membuat list bahan dan perlengkapan penunjang lainnya untuk membuat pakaian hasil rancangannya sendiri.Dari sekian banyak sketsa yang dibuat Bee, ada satu yang sangat menarik perhatian Ibu Aneu dan beliau berniat untuk mewujudkannya.Besok adalah hari berbelanja dan Bee diminta untuk membuat daftar yang harus dibeli sebelum pulang.Gio terkekeh melihat ekspresi Bee yang pucat pasi.“Sebentar lagi aku pulang, masih ada yang harus aku kerjakan terlebih dahulu.” Gio menghampiri Bee yang sedang duduk di kursi meja kerja, ia berdiri tepat di samping Bee untuk melihat apa yang sedang perempuan cantik itu kerjakan.Sementara Bee tidak terpengaruh dan melanjutkan pekerjaannya dengan tekun.“Kamu enggak takut berada di sini malam-malam dengan semu
“Bi,” Bee mengguncang tubuh suaminya.Lelaki dengan sejuta pesona namun tempramental itu memejamkan mata sambil melipat tangan di dada dengan tubuh terbaring pada jok yang telah bersandar sedikit ke belakang. Akbi tidak bergerak ketika panggilan dan sentuhan pertama Bee berikan membuat perempuan itu enggan mengganggu tidurnya.Bee berpikir bila Akbi sudah masuk terlalu jauh ke dalam alam mimpi.Lelaki itu pasti akan marah besar karena dua alasan.Yang pertama adalah karena telah menunggunya berjam-jam dan yang kedua karena Bee telah membangunkannya.Double amarah yang akan Bee dapatkan dan ia harus menyiapkan ekstra mental untuk itu.Bee menatap lamat-lamat suaminya, terdapat kerutan di antara alis Akbi, sepertinya lelaki itu memang sedang sangat marah hingga terbawa dalam mimpi.Tapi mereka harus pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sama lelah setelah satu hari penuh bekerja, apalagi besok pagi-pagi sekali Bee harus kembali bekerja begitupun dengan suaminya.“Bi,” panggil Bee
“Bi, aku pergi duluan ya ... hari ini sebelum belanja, Ibu Aneu ngajak karyawannya olah raga pagi dulu ... aku udah bikin sarapan di bawah, jangan lupa sarapan ya,” tutur Bee sambil mengikat rambutnya membelakangi Akbi tanpa mau menatap suaminya.Jantung Bee masih berdebar semenjak ia mendapati dirinya bangun dengan posisi memeluk Akbi di atas ranjang.Akan tetapi bukan posisi itu yang membuat Bee canggung sampai saat ini tapi keadaan dirinya yang hanya memakai pakaian dalam saja.Bee benar-benar tidak ingat bagaimana ia bisa berakhir seperti itu.Namun ia juga tidak ingin bertanya meski telah menduga bila Akbi yang menggendongnya ke kamar lalu melepas semua pakaiannya.Berhubung Bee yakin mereka tidak melakukan apa-apa, jadi ia pikir bila suaminya hanya ingin membuat dirinya nyaman saja dengan membuka pakaiannya.Akbi yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya memakai bathrobe, menatap Bee tanpa jeda.Istrinya pura-pura merapihkan pakain lalu mengecek isi tas, terlihat jelas bila B
“Kita makan siang dulu Gio,” kata Ibu Aneu kepada anaknya yang hari ini bertugas sebagai driver.Mau bagaimana lagi, semua supir dan mobil operasional butik dikerahkan untuk mengantar beberapa karyawan membeli bahan dan keperluan menjahit.Ada juga yang mendatangi beberapa pengrajin manik-manik yang menjadi bahan penunjang membuat maha karya Ibu Aneu.Hari ini sengaja Ibu Aneu membawa Bee bersamanya untuk membeli beberapa bahan agar bisa meminta pendapatnya mengenai bahan yang cocok untuk mewujudkan kebaya hasil rancangan Bee.“Kita makan di Mall aja ya, Mom?” Gio memberi saran.“Jauh parkirnya, kita cari restoran aja ... .” “Oke, Mom ...,” Gio menyaut memutar kemudi menuju sebuah restoran favourite Mommynya.“Kamu tadi pagi udah sarapan ‘kan Bee? Soalnya udah hampir sore ini dan saya baru sadar kalau kita belum makan siang.” Ibunda dari Gio itu merasa bersalah setelah mengajak Bee berbelanja seharian hingga lupa mengisi perut mereka.“Udah Bu, tadi pagi aku udah sarapan sama karyaw
Rahang Akbi mengetat dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya.Sorot mata lelaki itu begitu tajam di wajahnya yang murka ketika menatap ke arah meja di mana Bee sedang duduk berdua bersama seorang pria.Akbi tau siapa pria itu dan semakin mengenalinya setelah mengingat ucapan Bee tadi pagi yang menceritakan bila anak dari Ibu Aneu adalah staf kapten yang menyelamatkan Bee dari kebodohannya yang berniat ingin bunuh diri di kapal pesiar.Dan pria itu adalah pria yang sama yang keluar bersama Bee dari rumah produksi milik Ibu Aneu tadi malam.Bisa-bisanya mereka makan berdua sementara ia menunggu balasan pesan dari istrinya yang tidak bisa dihubungi karena ponselnya mati.Akbi beranggapan bila ponsel Bee sudah usang dengan daya batre yang rendah sehingga sering mati dan sulit dihubungi, maka dari itu setelah meeting bersama klien tadi Akbi mengajak Aldo ke mall khusus elektronik membeli ponsel untuk Bee.Lelaki itu sampai turun tangan membeli sendiri ponsel tersebut agar bisa disesu
Bila dulu ketika Bee menjemput suaminya dari aparteman Anggit dan Akbi langsung menjelaskan duduk permasalahannya dalam perjalanan pulang, Bee bisa langsung percaya.Tapi kini berbalik, Akbi yang mendapati istrinya bersama pria lain dan Bee memilih untuk diam sampai emosi suaminya mereda.Bee sudah sangat mengenal Akbi, lelaki itu tidak akan menerima penjelasan apapun bila sedang tersulut emosi.Lihat saja bagaimana cara Akbi mengendarai mobil, lelaki itu mengemudi seperti membawa ambulan yang sedang mengantar pasien sekarat.Bagian tengah stirpun tidak lepas dari hantaman tangannya sehingga bunyi klakson mengudara selama perjalanan disertai umpatan kekesalannya ditengah-tengah jam macet sepulang kerja.Bee menelan saliva beberapa kali, hanya bisa menunduk menatap jemarinya yang sibuk saling meremat.Entah apa yang akan dihadapi Bee nanti tapi setidaknya sang suami telah selamat dari perbuatan yang mungkin akan disesalinya kelak.Bukannya kesal karena lelaki itu telah berbuat kasar, B
Akbi mengerjap beberapa kali lalu menurunkan kedua lutut yang tadi menjadi tumpuan tubuhnya ketika berada di atas Bee.Ia juga menarik tangannya dari rahang Bee kemudian merutuki kekasaran yang baru saja ia lakukan kepada Bee.Emosi sempat menghilangkan akal sehatnya hingga nyaris menyakiti tubuh istrinya.Akbi memutar badan membelakangi Bee, ia bergerak gelisah dengan menyugar rambutnya kebelakang. “Tadi aku belanja sama Ibu diantar Gio, sebelum masuk restoran sempet ketemu sama Mbak Yuni bahkan Mbak Yuni kenal sama Ibu dan mereka saling tegur sapa, kamu bisa tanya Mbak Yuni kalau enggak percaya ... tadi aku enggak hanya berdua sama Gio,” tutur Bee dengan jelas disertai penekanan pada akhir kalimat.Akbi berpikir kenapa Bee tidak merasa takut sama sekali dan dengan lantang menjelaskan kesalah pahaman ini padahal beberapa detik yang lalu hampir saja ia menganiayanya.Sesungguhnya Bee sangat takut bahkan saat ini tubuhnya masih gemetar tapi ia harus menceritakan semuanya agar Akbi tid
Sesampainya di rumah produksi Ibu Aneu, Bee langsung disibukkan dengan pekerjaan.Membuat pola dan menjahit yang dimentori langsung oleh Ibu Aneu.Melupakan niatnya untuk menghubungi Akbi sebentar saja hanya untuk mengucapkan rasa terimakasih.Ada rasa bahagia yang membuncah di dada Bee karena bisa langsung belajar membuat kebaya dari ahlinya selain itu kasih sayang dan perhatian Ibu Aneu yang seperti seorang Ibu membuat Bee nyaman berada di dekat wanita paruh baya itu.Bee lupa waktu dan lupa segalanya bila sudah bersama Ibu Aneu.“Ladies!!” Gio berseru ketika masuk ke ruang kerja Ibu Aneu.Bee mengerjap, tubuhnya menegang saat matanya bertemu dengan mata hazel lelaki itu.Ia masih belum meminta maaf tentang kejadian semalam tapi nampaknya Gio tidak mempermasalahkan, terlihat dari senyum lebar yang Gio tunjukan sambil menatapnya.“Kita makan dulu,” sambungnya sambil mengangkat tiga bungkusan dus bermerk restoran terkenal.“Kebetulan Mommy laper banget,” ujar Ibu Aneu riang.Lagi-lagi