Bee keluar dari kamar mandi sudah mengenakan pakaian lengkap setelah sebelumnya ia mengambil pakaiannya terlebih dahulu di koper dengan mengenakan bathrobe.Bulan madu bersama kekasih orang memang merepotkan, meski lelaki itu suaminya yang syah tapi tidak ada cinta dan pernikahan tersebut hanya sandiwara belaka.Maka Bee dan Akbi tidak bisa bebas seperti pasangan suami istri kebanyakan, sebelum mandi semua pakaian lengkap harus dibawa ke dalam kamar mandi.Mereka tidak bisa saling mengumbar tubuh polos di depan satu sama lain.Di balkon sana, Bee bisa mendengar suara kencang penuh kekesalan dari suaminya yang sedang berada dalam panggilan telepon.Sosok tegap itu mondar-mandir di balkon, sesekali menyugar rambutnya kebelakang dan menggerakan tangannya seolah seseorang di sebrang sambungan telepon dapat melihat.Akbi sedang bertengkar dengan kekasihnya, cukup hebat hingga lelaki itu sudah tidak bisa menahannya lagi.Bee mengembuskan nafas kasar, setelah ini pasti dirinya yang akan menj
Apa yang masuk ke dalam mulut Bee saat ini tidak lebih layaknya sebuah ampas, tidak ada rasa.Makian yang Akbi lontarkan masih terngiang dalam benaknya dan rasanya Bee ingin kembali menangis.Bee melihat sekitar, banyak pasangan juga keluarga kecil maupun keluarga besar berkumpul dalam restoran itu.Hanya Bee saja yang sendirian di sana tapi bukannya ia memang sudah terbiasa sendiri.Apalagi saat ini sang Ayah, satu-satunya keluarga Bee di dunia ini telah pergi untuk selamanya.Buru-buru Bee menyelesaikan makan malam, tidak ingin bertemu dengan Akbi yang juga pasti akan mencari makan malam di resto tersebut.Masih ada waktu sebetulnya untuk turun dan menjelajahi kota malam hari di Malaysia tapi di sana kenangan bersama sang Bunda dan Ayahnya masih tertanam jelas di ingatan.Singapura, Malaysia, Thailand hingga Jepang dan Korea Selatan adalah negara-negara yang pernah Bee kunjungi sebelum sang Bunda pergi untuk selamanya dan sang Ayah mengalami kebangkrutan.Dulu Bee pernah menjadi ana
Akbi menatap wajah cantik yang sedang terlelap di atas ranjang.Sengaja tadi ia keluar dari persembunyiannya untuk menjemput Bee dan meminta maaf kepada Staf Captain dan juga awak kapal atas keributan yang dilakukan sang istri.Lalu Akbi membawa Bee ke kamar dan memintanya untuk menaiki tempat tidur.Tidak membahas apapun karena Akbi masih syok atas apa yang dilakukan Bee.Tidak lama sang istri terlelap dengan banyak jejak air mata di wajahnya.Akbi mengusap wajahnya frustasi, bila seperti ini terus lama-lama ia bisa jatuh cinta pada Bee lalu bagaimana dengan Anggit?Ia memiliki kesalahan yang harus ditebusnya dengan menikahi perempuan itu.Tiba-tiba ponselnya bergetar, wajah cantik sang kekasih memenuhi layar.“Ya?” jawab Akbi dingin.“Aku minta maaf, Yank ...,” suara manja di sebrang sana membuat perasaan Akbi semakin kacau balau.Jarang sekali Anggit meminta maaf, bahkan selama ini dirinya lah yang harus meminta maaf meski tidak ada satu pun kesalahan yang diperbuatnya hanya agar d
Bee begitu gelisah ketika mobil yang menjemputnya di bandara melaju kencang menuju rumah mewah Beni.Ia tau akan tinggal bersama Beni dan juga ... istrinya.Istri Beni lah yang membuat perasaan Bee gundah dan gelisah seperti ini.Bee yakin bila Diana tidak menyukainya bahkan ia dilarang memanggilnya Mama lalu bagaimana kehidupannya nanti tinggal satu rumah bersama wanita itu?Berkali-kali Bee menghembuskan nafas pelan namun masih saja bisa terdengar dan dirasakan oleh Akbi yang duduk disebelahnya.Akbi tidak bodoh, ia mengetahui bila Bee sedang tertekan karena akan tinggal bersama dengan Mama mertua yang sangat membencinya.Sudah bisa Akbi bayangkan bagaimana perlakuan Diana yang selalu bisa menjadi pemeran antagonis dalam memperlakukan seseorang.Penderitaan Bee akan dimulai setelah ia menginjakkan kakinya di rumah Beni.Tapi Akbi bisa apa? Perempuan itu sudah berani menerima tawaran Beni berarti juga harus bisa menerima segala konsekuensinya.Akhirnya mobil MPV hitam yang mereka tu
Kaki telanjang Bee menapaki setiap undakan anak tangga menuju ruang makan di lantai dasar.Ia memilih menggunakan tangga untuk melihat-lihat keseluruhan rumah mertuanya yang luar biasa luas namun hanya dihuni oleh sedikit orang.Sampai akhirnya Bee berada di ujung tangga lalu celingukan mencari ruang makan.Sayup-sayup Bee mendengar suara kemudian merasa lega karena dirinya tidak tersesat dan bisa langsung menemukan ruang makan. “Se ... selamat malam Pa ... Tante,” ucap Bee menginterupsi obrolan ringan kedua mertuanya.“Sini Bee, kita makan ... Akbi mana?” “Tuh ‘kan, Papa pasti nyariin Akbi!” gerutu Bee di dalam hati.“Akbi masih tidur Pa, kayanya kecapean ...,” jawab Bee lalu melangkah pelan menuju meja makan.“Ya udah, sekarang kita makan ya!” Beni menatap hangat sambil tersenyum lembut kepada Bee yang dibalas anggukan oleh anak menantunya itu.Lain halnya dengan Diana yang memberikan tatapan dan delikan tajam.“Lain kali makan malam harus tepat waktu, jangan sampai membuat orang
Bee menatap Akbi canggung ketika lelaki itu baru saja masuk ke dalam walk in closet dengan hanya melingkarkan handuk putih di pinggangnya.Tato sayap yang berada di satu sisi punggung Akbi selalu menarik perhatian Bee tapi begitu enggan menanyakan kenapa hanya ada satu sayap di punggung Akbi?Dan kemana sayap satunya lagi?“Mau pake baju yang mana, Bi?” Bee bertanya pelan sambil merapihkan pakaiannya ke dalam lemari yang kosong.“Bawain kemeja putih di sana,” titah Akbi tanpa Bee duga.Bee beranjak mengambil kemeja yang diminta Akbi lalu memberikannya kepada lelaki itu.“Kalau udah selesai, kamu bisa turun duluan.” “Barengan aja sama kamu.” Kening Akbi mengkerut, sudah beberapa hari ini Bee selalu menunggunya ketika akan sarapan atau makan malam.Sepertinya Bee benar-benar takut bertemu Diana sehingga selalu berlindung kepadanya.“Bee, pasangin dong ... ada rapat gue pagi ini,” pinta Akbi sambil memutar-mutar dasinya.Tidak banyak bicara, Bee memasangkan dasi di leher Akbi begitu te
“Bee!!!” teriak Akbi ketika tidak menemukan istrinya di manapun padahal menurut asisten rumah tangga, Bee sudah pulang dari jam tiga sore.“Iya Bi?” Bee menyaut dari ruangan sebelah, setengah berlari menuju kamar.“Kenapa?” tanya Bee dengan kening mengkerut.“Siapin air panas! Gue mau mandi!” Akbi berseru ketus dengan ekspresi kesal.Bukannya menuju kamar mandi, Bee malah menuang air dari dalam gelas yang selalu tersedia di atas nakas.“Minum dulu.” Bee mengangsurkan gelas tersebut yang langsung diambil alih oleh Akbi dan menegaknya hingga tandas.Bee juga membantu melepas dasi Akbi yang sedari tadi berusaha lelaki itu lepaskan secara kasar.Kemudian jemari lentik Bee membuka satu kancing teratas dari kemeja Akbi namun urung melanjutkannya.Akbi memperhatikan apa yang dilakukan Bee dengan raut kebingungan, namun tiba-tiba perempuan itu mendongak membuat mata mereka bertemu.Beberapa saat keduanya saling mengunci tatap hingga akhirnya Bee memutuskan terlebih dahulu tatapan tersebut sam
Beberapa hari terakhir Akbi dipaksa untuk bekerja lebih keras, perusahaannya yang nyaris terpuruk sedang membutuhkan perhatian lebih.Lelaki itu mungkin masih sempat sarapan pagi tapi dengan kesibukannya mencari investor membuat Akbi melupakan asupan gizinya pada siang dan malam hari.Setiap hari Akbi pulang larut dan hanya beberapa jam saja memejamkan mata, keesokan harinya ia harus kembali mengendalikan perusahaan.Saat ini Akbi tidak berharap perusahaan tersebut maju dan berkembang, bisa bertahan saja ia sudah sangat bersyukur tapi ternyata hal itu begitu sulit baginya tanpa bantuan Beni.Akbi tidak sudi mengemis pada sang Papa maka ia memusatkan tenaga dan pikirannya untuk mempertahankan perusahaan.Akbi jadi menyesal sempat menelantarkan perusahaannya.Kerja keras beberapa minggu ini memang membuahkan hasil sesuai keinginannya, perusahaan tersebut bisa bertahan dan Akbi akan berusaha merintis kembali dan membawa perusahaan pada puncak kejayaan.Namun sayang tubuh Akbi yang dipors