“Bee!!!” teriak Akbi ketika tidak menemukan istrinya di manapun padahal menurut asisten rumah tangga, Bee sudah pulang dari jam tiga sore.“Iya Bi?” Bee menyaut dari ruangan sebelah, setengah berlari menuju kamar.“Kenapa?” tanya Bee dengan kening mengkerut.“Siapin air panas! Gue mau mandi!” Akbi berseru ketus dengan ekspresi kesal.Bukannya menuju kamar mandi, Bee malah menuang air dari dalam gelas yang selalu tersedia di atas nakas.“Minum dulu.” Bee mengangsurkan gelas tersebut yang langsung diambil alih oleh Akbi dan menegaknya hingga tandas.Bee juga membantu melepas dasi Akbi yang sedari tadi berusaha lelaki itu lepaskan secara kasar.Kemudian jemari lentik Bee membuka satu kancing teratas dari kemeja Akbi namun urung melanjutkannya.Akbi memperhatikan apa yang dilakukan Bee dengan raut kebingungan, namun tiba-tiba perempuan itu mendongak membuat mata mereka bertemu.Beberapa saat keduanya saling mengunci tatap hingga akhirnya Bee memutuskan terlebih dahulu tatapan tersebut sam
Beberapa hari terakhir Akbi dipaksa untuk bekerja lebih keras, perusahaannya yang nyaris terpuruk sedang membutuhkan perhatian lebih.Lelaki itu mungkin masih sempat sarapan pagi tapi dengan kesibukannya mencari investor membuat Akbi melupakan asupan gizinya pada siang dan malam hari.Setiap hari Akbi pulang larut dan hanya beberapa jam saja memejamkan mata, keesokan harinya ia harus kembali mengendalikan perusahaan.Saat ini Akbi tidak berharap perusahaan tersebut maju dan berkembang, bisa bertahan saja ia sudah sangat bersyukur tapi ternyata hal itu begitu sulit baginya tanpa bantuan Beni.Akbi tidak sudi mengemis pada sang Papa maka ia memusatkan tenaga dan pikirannya untuk mempertahankan perusahaan.Akbi jadi menyesal sempat menelantarkan perusahaannya.Kerja keras beberapa minggu ini memang membuahkan hasil sesuai keinginannya, perusahaan tersebut bisa bertahan dan Akbi akan berusaha merintis kembali dan membawa perusahaan pada puncak kejayaan.Namun sayang tubuh Akbi yang dipors
“Bi, ganti baju dulu ya ... aku bantuin,” cetus Bee yang baru saja selesai membuka sepatu dan kaos kaki Akbi.Lelaki itu langsung terbaring setelah berhasil masuk ke dalam kamar dibantu Pak Wawan.“Akbiiii, sakit apa sayang?” Belum sempat Akbi menjawab, Diana masuk tanpa mengetuk pintu memburu sang anak.“Demam Ma ... Mama jangan deket-deket dulu takut nular nanti Mama sakit trus enggak bisa jalan-jalan sama temen-temen Mama ...,” kata Akbi menakut-nakuti membuat Diana yang sudah sangat dekat ke tempat tidur, menjadi mundur beberapa langkah.“Gitu ya Bi? Duuuh, mana Mama ada rencana ke Thailand, besok.” “Ya udah Mama keluar dari kamar Akbi, takut ketularan nanti ... doain aja Akbi cepet sembuh.” Bee yang berdiri di sisi lain ranjang merasa heran melihat interaksi Ibu dan anak itu.Akbi seolah anti mendapat perhatian Diana sementara Diana nampak tidak tulus memberi perhatian kepada anaknya.“Kamu!” Diana berseru membuat Bee mendongak terkejut.“Urus anak saya! Jangan mau enaknya aja
Tangan Bee berhenti menggoreskan pinsil di atas kertas ketika mengingat lalu menyadari bila perhatiannya kepada Akbi nampak sangat berlebihan.Bee merasa ia terlalu menghayati perannya sebagai seorang istri.Tapi itu semata-semata ia lakukan untuk menghargai pernikahannya karena telah berjanji kepada Tuhan akan menjadi seorang istri yang baik untuk Akbi.Juga mengingat wejangan sang Bunda di masa lampau yang mengatakan bahwa dirinya harus melayani suami dengan baik.Tapi apakah lelaki itu tidak akan salah sangka dan menganggapnya ingin menjadi istri sebenarnya seperti yang pernah dikatakan Akbi tempo hari di kapal pesiar.Bee menghembuskan nafas kasar, terserah bila Akbi menganggapnya seperti itu hanya yang pasti setelah satu tahun Bee akan membuktikan ucapannya dengan mengajukan perceraian.Biarlah selama menikah dengan Akbi ia melakukan kewajibannya sebagai seorang istri agar ia tidak berdosa nantinya.Bila memang Akbi salah terima, ia akan menjelaskannya.“Bee!!” teriakan Akbi memb
Bee menghirup udara malam yang lembab di taman belakang rumah Beni.Duduk sendirian di gazebo depan kolam ikan besar untuk mencari inspirasi.Buku sketsa dan pinsil ia letakan di sampingnya, masih menikmati bintang yang bertaburan di langit cerah.Makan malam tadi hanya mereka bertiga tanpa Akbi, lelaki itu bilang akan bertemu klien tapi sebetulnya Bee tau bila suaminya akan bertemu Anggit.Bahkan Bee juga ikut andil dalam kebohongan yang menyebutkan bila suaminya bertemu klien ketika Beni bertanya padanya.Jujur Bee merasa bersalah tapi perjanjian adalah perjanjian yang harus ditepatinya.Ia memperbolehkan Akbi bertemu Anggit dan harus membantu lelaki itu berbohong.Menghela nafas, Bee menunduk menatap kakinya yang menggantung.Selain banyak kebohongan, ada sesuatu yang sampai saat ini mengganjal hatinya.Bulan telah berganti tapi ia masih belum bisa mengambil hati Diana.Ingin sekali Bee dekat dengan Diana, menjadikan wanita cantik itu sebagai pengganti mendiang sang Bunda tapi pert
“Masuk!” seru Akbi yang sudah berada di dalam bathub hanya memakai celana dalam. “Enggak!!” “Gue bilang masuk ya masuk! Buka dulu baju lo!” “Udah malem Bi, nanti masuk angin!” “Gue itu suami lo, Bee! Lo harus nurut sama gue jadi kalau sekarang gue bilang lo masuk ke bathub ya lo harus masuk!” Bee mengesah, ucapan Akbi ada benarnya tapi suami seperti apa dulu?Mereka ‘kan hanya melakukan pernikahan sandiwara tapi juga Bee masih ingat ketika berjanji di hadapan Tuhan, Bee memang telah memasrahkan hidupnya pada Akbi.Namun permintaan Akbi kali ini sungguh keterlaluan, lelaki itu menginginkannya masuk bersama ke dalam bathub.Apa Akbi sudah kehilangan akal?Membantah keinginan Akbi pun bukan ide bagus karena lelaki kasar itu pasti akan terus memaksanya.“Aku udah mandi, Bi!” Bee berusaha menolak tapi tentu saja itu akan sia-sia.“Ya udah sekarang mandi lagi, gosokin punggung gue, cepetan!” Betulkan, Akbi akan selalu punya cara untuk memaksa Bee.“Aku gosokin aja punggung kamu tapi
“Gimana rasanya nikah?” tanya Verro dari belakang punggung Bee membuatnya tersentak.Satu pinsilnya jatuh ke lantai tapi dengan sigap Verro memungutnya lalu memberikan kepada Bee.Bee sedang menggambar baju rancangannya sambil menunggu Akbi menjemput ditemani satu gelas orange juice di kantin yang nampak lengang.“Verro!! Seneng banget ngagetin aku,” protesnya dengan nada rendah dan ekspresi wajah yang dibuat-buat kesal.Verro terkekeh lalu duduk di depan Bee. “Jawab donk Bee,” cecar Verro menuntut.Bee terlihat berpikir kemudian menipiskan bibir ketika mengingat kejadian semalam.Kelakuan Akbi yang sedang mabuk sungguh membuatnya kewalahan.Kemudian wajah Bee merona ketika mengingat lelaki itu mengecup keningnya hingga ia berakhir dalam pelukan Akbi semalaman.Beruntung Bee bangun lebih awal lalu bergegas membuat sarapan untuk suaminya dan sang mertua sehingga mereka tidak berada pada keadaan canggung karena Akbi pasti bingung setelah sadar dari pengaruh alkohol ketika mendapati Bee
Akbi memalingkan wajah ketika Cindy menusukan jarum suntik pada luka Bee yang telah menggelembung guna menyedot cairan yang berada di dalamnya.Bee meringis tanpa sadar meremat tangan Akbi yang menopang di atas ranjang.“Kenapa nikah enggak ngundang gue?” Cindy bertanya untuk mengalihkan perhatian Bee tapi tangannya cekatan merawat luka Bee dengan mengoleskan salep membuat Bee semakin kencang meremat tangan Akbi.Perempuan cantik itu telah mendengar kabar dari Zidan mengenai pernikahan Akbi.“Buru-buru,” jawab Akbi singkat.“Hamil duluan?” Cindy bertanya lagi begitu santai seraya membalut luka Bee dengan perban.“Enggak!” Kali ini Bee yang menjawab penuh penekanan.Cindy tersenyum. “Becanda gue! Perbannya diganti setiap habis mandi ya, jangan lupa olesin salep biar lukanya enggak berbekas dan kalian masih bisa melakukan hubungan suami istri,” tutur Cindy menjelaskan di akhiri kerlingan di satu matanya.“Makasih Kak,” Akbi menyaut tanpa menghiraukan kalimat terakhir Cindy.“By the way