Tangan Bee berhenti menggoreskan pinsil di atas kertas ketika mengingat lalu menyadari bila perhatiannya kepada Akbi nampak sangat berlebihan.Bee merasa ia terlalu menghayati perannya sebagai seorang istri.Tapi itu semata-semata ia lakukan untuk menghargai pernikahannya karena telah berjanji kepada Tuhan akan menjadi seorang istri yang baik untuk Akbi.Juga mengingat wejangan sang Bunda di masa lampau yang mengatakan bahwa dirinya harus melayani suami dengan baik.Tapi apakah lelaki itu tidak akan salah sangka dan menganggapnya ingin menjadi istri sebenarnya seperti yang pernah dikatakan Akbi tempo hari di kapal pesiar.Bee menghembuskan nafas kasar, terserah bila Akbi menganggapnya seperti itu hanya yang pasti setelah satu tahun Bee akan membuktikan ucapannya dengan mengajukan perceraian.Biarlah selama menikah dengan Akbi ia melakukan kewajibannya sebagai seorang istri agar ia tidak berdosa nantinya.Bila memang Akbi salah terima, ia akan menjelaskannya.“Bee!!” teriakan Akbi memb
Bee menghirup udara malam yang lembab di taman belakang rumah Beni.Duduk sendirian di gazebo depan kolam ikan besar untuk mencari inspirasi.Buku sketsa dan pinsil ia letakan di sampingnya, masih menikmati bintang yang bertaburan di langit cerah.Makan malam tadi hanya mereka bertiga tanpa Akbi, lelaki itu bilang akan bertemu klien tapi sebetulnya Bee tau bila suaminya akan bertemu Anggit.Bahkan Bee juga ikut andil dalam kebohongan yang menyebutkan bila suaminya bertemu klien ketika Beni bertanya padanya.Jujur Bee merasa bersalah tapi perjanjian adalah perjanjian yang harus ditepatinya.Ia memperbolehkan Akbi bertemu Anggit dan harus membantu lelaki itu berbohong.Menghela nafas, Bee menunduk menatap kakinya yang menggantung.Selain banyak kebohongan, ada sesuatu yang sampai saat ini mengganjal hatinya.Bulan telah berganti tapi ia masih belum bisa mengambil hati Diana.Ingin sekali Bee dekat dengan Diana, menjadikan wanita cantik itu sebagai pengganti mendiang sang Bunda tapi pert
“Masuk!” seru Akbi yang sudah berada di dalam bathub hanya memakai celana dalam. “Enggak!!” “Gue bilang masuk ya masuk! Buka dulu baju lo!” “Udah malem Bi, nanti masuk angin!” “Gue itu suami lo, Bee! Lo harus nurut sama gue jadi kalau sekarang gue bilang lo masuk ke bathub ya lo harus masuk!” Bee mengesah, ucapan Akbi ada benarnya tapi suami seperti apa dulu?Mereka ‘kan hanya melakukan pernikahan sandiwara tapi juga Bee masih ingat ketika berjanji di hadapan Tuhan, Bee memang telah memasrahkan hidupnya pada Akbi.Namun permintaan Akbi kali ini sungguh keterlaluan, lelaki itu menginginkannya masuk bersama ke dalam bathub.Apa Akbi sudah kehilangan akal?Membantah keinginan Akbi pun bukan ide bagus karena lelaki kasar itu pasti akan terus memaksanya.“Aku udah mandi, Bi!” Bee berusaha menolak tapi tentu saja itu akan sia-sia.“Ya udah sekarang mandi lagi, gosokin punggung gue, cepetan!” Betulkan, Akbi akan selalu punya cara untuk memaksa Bee.“Aku gosokin aja punggung kamu tapi
“Gimana rasanya nikah?” tanya Verro dari belakang punggung Bee membuatnya tersentak.Satu pinsilnya jatuh ke lantai tapi dengan sigap Verro memungutnya lalu memberikan kepada Bee.Bee sedang menggambar baju rancangannya sambil menunggu Akbi menjemput ditemani satu gelas orange juice di kantin yang nampak lengang.“Verro!! Seneng banget ngagetin aku,” protesnya dengan nada rendah dan ekspresi wajah yang dibuat-buat kesal.Verro terkekeh lalu duduk di depan Bee. “Jawab donk Bee,” cecar Verro menuntut.Bee terlihat berpikir kemudian menipiskan bibir ketika mengingat kejadian semalam.Kelakuan Akbi yang sedang mabuk sungguh membuatnya kewalahan.Kemudian wajah Bee merona ketika mengingat lelaki itu mengecup keningnya hingga ia berakhir dalam pelukan Akbi semalaman.Beruntung Bee bangun lebih awal lalu bergegas membuat sarapan untuk suaminya dan sang mertua sehingga mereka tidak berada pada keadaan canggung karena Akbi pasti bingung setelah sadar dari pengaruh alkohol ketika mendapati Bee
Akbi memalingkan wajah ketika Cindy menusukan jarum suntik pada luka Bee yang telah menggelembung guna menyedot cairan yang berada di dalamnya.Bee meringis tanpa sadar meremat tangan Akbi yang menopang di atas ranjang.“Kenapa nikah enggak ngundang gue?” Cindy bertanya untuk mengalihkan perhatian Bee tapi tangannya cekatan merawat luka Bee dengan mengoleskan salep membuat Bee semakin kencang meremat tangan Akbi.Perempuan cantik itu telah mendengar kabar dari Zidan mengenai pernikahan Akbi.“Buru-buru,” jawab Akbi singkat.“Hamil duluan?” Cindy bertanya lagi begitu santai seraya membalut luka Bee dengan perban.“Enggak!” Kali ini Bee yang menjawab penuh penekanan.Cindy tersenyum. “Becanda gue! Perbannya diganti setiap habis mandi ya, jangan lupa olesin salep biar lukanya enggak berbekas dan kalian masih bisa melakukan hubungan suami istri,” tutur Cindy menjelaskan di akhiri kerlingan di satu matanya.“Makasih Kak,” Akbi menyaut tanpa menghiraukan kalimat terakhir Cindy.“By the way
Bee menatap kosong ke arah cermin depan wastafel, ia berniat untuk mengganti perbannya namun begitu enggan.Sang Mama mertua yang pernah memprotesnya agar tidak terlambat berada di meja makan menjadikan alasan kenapa Bee tidak buru-buru mengganti perbannya setelah mandi sore tadi.Dan setelah makan malam yang penuh ketegangan karena Beni berniat membalas perbuatan Tasya, Bee jadi lupa mengganti perban dan malah sibuk mengerjakan tugas.Lalu ketika teringat untuk mengganti perban, lagi-lagi Bee harus menundanya karena sang Mama mertua ada di dalam kamar bersama Akbi sedang membicarakannya.Kini, ketikan hampir tengah malam, Bee baru bisa mengganti perban pada lukanya.Bee teringat ucapan Akbi yang secara diam-diam ia dengar, lelaki itu menyebutkan bila dirinya hanya pura-pura baik kepadanya agar mendapat seluruh bagian perusahaan Beni.Pantas saja Akbi tidak sulit ketika diajak bekerjasama dalam perjanjian pernikahan ini karena dirinya pun memang diuntungkan dengan perjanjian tersebut.
“Gue minta maaf,” kata Tasya sambil mengulurkan tangan.Raut wajah gadis itu nampak sangar dan tidak rela meminta maaf dari Bee.Beni pasti sudah melancarkan aksi balas dendamnya sehingga Tasya mendatangi Bee seperti ini.Gadis itu dan para sahabatnya biasanya sangat anti bertemu Bee dan setiap tidak sengaja mereka bertemu, pasti saja ada hal buruk yang dilakukannya kepada Bee tidak seperti saat ini melakukan perbuatan mulia dengan minta maaf.Tanpa curiga Bee menyambut uluran tangan Tasya tapi Tasya langsung menariknya kencang hingga Bee tersungkur ke depan dan terjatuh dengan kepala terlebih dahulu membuat keningnya membentur ujung tembok yang sengaja dibuat pendek untuk mahasiswa duduk-duduk sambil menunggu kelas.Bee memegang kepalanya yang terasa pusing dan terdapat sedikit darah akibat luka lecet yang ditimbulkan dari benturan sudut tembok tersebut.“Sya, kenapa sih kamu jahat banget? Aku salah apa?” Bee bertanya dengan suara tercekat menahan tangis. “Lo salah Bee, hidup lo ter
“Besok kamu enggak usah kuliah dulu, nanti Papa akan bikin surat untuk dosen kamu.” “Bee udah sering bolos Pa, Bee enggak kenapa-kenapa kok.” Beni menghembuskan nafas kasar. “Kamu seperti Ayah kamu, selalu saja memaksakan diri,” kata Beni.“Bee, beneran enggak kenapa-napa ko Pa dan masalah Tasya—“ “Papa udah denger semua dari Akbi.” Bee menoleh kepada suaminya yang nampak sibuk menghabiskan makan malam.“Biar Papa urus dan Papa pastikan mereka semua enggak akan ganggu kamu lagi,” tegas Beni, ada nada kesal dalam suaranya.Sulit sekali Bee menelan apa yang dikunyahnya setelah mendengar ucapan Beni.Apa mengurus yang dimaksud Beni adalah dengan mengancam Ayah dari para mantan sahabatnya?Tapi nada tegas Beni membuat Bee tidak sanggup membantah lagi meskipun ia akan menyesalkan bila Beni atau Akbi sampai merugikan Ayah dari para mantan sahabatnya.Bee memaksakan senyum sambil menatap Beni, tidak tau harus menanggapi dengan kalimat apa karena tidak mungkin juga ia mengucapkan terimaka