“Kamu pucet banget, Bee ... udah makan?” Ibu Aneu bertanya dengan kerutan di keningnya.Ia usap kepala si bungsu yang tidak lahir dari rahimnya itu.Peluh membanjiri kening Bee, wajahnya pun tampak pucat padahal Ibu Aneu yakin bila Bee sedang memakai lipstik.“Iya Bu, Bee pusing banget dari tadi pagi ...,” keluh Bee sambil menghapus peluh di keningnya.“Udah sarapan belum?” Bee menggelengkan kepala lemah, ia baru ingat kalau belum memakan apapun pagi tadi, terlalu fokus dengan gaun kebaya untuk akad nikah Zeline Gunadhya.Gara-gara Aura yang memesan kebaya kepadanya, Zeline dan Mama Rena termasuk beberapa keluarga yang lain jadi ikut minta dibuatkan.Seperti pada acara pesta pertunangan Zeline, keluarga Gunadhya menyerahkan semua padanya mulai dari model, pemilihan bahan hingga kebaya siap dipakai.Semua itu membuatnya kewalahan ditambah beberapa hari ini ia merasa tubuhnya lemas.Apa karena ia mengetahui perselingkuhan Anggit dan wanita itu sedang mengandung anak pria lain?Sementar
Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Bee, tidak perlu bertanya siapa yang melakukannya karena aroma parfum itu begitu familiar di hidung Bee.“Akbiiii, ngapain di sini?” Bee menggeram kesal tapi sekesal-kesalnya ekspresi Bee malah tampak menggemaskan di mata Akbi.Sebetulnya Bee menggeram dan menunjukan tampang kesal untuk menutupi rasa bahagia karena bertemu pria itu sekaligus tersipu karena Akbi mengecup pipinya.“Sadar Bee sadar ... dia udah mau nikah sama Anggit,” batin Bee mengingatkan.Ia belum mengetahui drama yang terjadi antara Anggit dan Akbi, memang sengaja Akbi meminta semua orang yang telah mengetahui masalah ini untuk tidak memberitau Bee karena dirinya sendiri yang akan menceritakan semuanya secara langsung.Hanya Bee yang belum mengetahui ini, bahkan Ibu Aneu saja sudah mendapat informasi tersebut dari Gio dan ikut merasa bahagia jika Bee bisa kembali rujuk dengan Akbi, pria yang dicintai anak angkatnya.Semestinya Ibu Aneu lebih bahagia bila Bee bercerai dengan Akbi s
“Jangan nangis donk, By ... aku mau tanggung jawab, kok!” Kata Akbi sambil menyerongkan tubuhnya menghadap Bee yang sedang terisak.Beberapa pasien bersama keluarga yang mengantar di ruang tunggu farmasi, melirik ke arah mereka dengan pemikiran beragam.Diantara mereka pasti ada yang mengira bila saat ini Bee sedang hamil di luar nikah dan pria yang memohon di sampingnya itu adalah pelakunya.Tapi kalau dipikir-pikir, Bee memang mengandung ketika tidak sedang menjalani pernikahan dengan siapapun.Dan Akbi memang Ayah dari janin yang ada di dalam perutnya.Bee baru ingat bila malam sebelum ketuk palu putusan cerai, mereka sempat bercinta.Dan malam-malam sebelumnya pun mereka rutin melakukan itu setelah Bee menyelesaikan masa nifas.Jadi pasti ada satu benih Akbi yang tumbuh dengan subur di rahimnya.Harusnya Bee meminum pil penunda kehamilan tapi kenapa hal sepenting itu sampai tidak terpikir olehnya.“Apaan sih, Bi ... diliatin orang tuh, nanti mereka ngira yang enggak-enggak,” tegur
Bee kesal sekesalnya karena mungkin hanya dirinya yang terakhir tau di muka bumi ini mengenai pembatalan pernikahan Akbi dengan Anggit.Bahkan Ibu Aneu dan Jessie sudah mengetahuinya dari Gio dan mereka terlihat biasa tanpa berinisiatif memberitaunya sementara dirinya diserang gundah gulana beberapa hari ke belakang.Begitu juga Aldo, pantas saja pria itu menarik orang suruhan untuk menjaganya karena memang benar ancaman yang dimaksud Aldo sudah tidak ada lagi. Kehamilan Anggit menjadi kesalahan terbesar yang membuat wanita itu tidak akan pernah menjadi Nyonya Marthadidjaya.“Bee kenapa?” tanya Ibu Aneu kepada Akbi ketika membuka pintu rumahnya. Dari dalam ruang tamu ia melihat Bee langsung turun dari mobil kemudian masuk ke dalam rumah tidak seperti biasa yang pasti menjemput si kembar terlebih dahulu.“Akbi baru kasih tau dia kalau Akbi enggak jadi nikah sama Anggit beserta alasannya,” jawab Akbi sambil mengikuti Ibu Aneu ke dalam rumah.“Lalu?” “Dia ngambek karena dia yang terak
Kesal, sedih juga bahagia bercampur menjadi satu terkungkung dalam hati Bee.Entah bagaimana ia harus menghadapi semua orang pagi ini, Akbi pasti dengan puasnya memberi tau orang-orang terdekat Bee bila ia telah mengetahui berita besar antara pria itu dengan Anggit.Belum lagi rasa sedih yang tak kunjung hilang karena si kembar tidak mau menyusu padanya secara langsung meski kini perasaan Bee sedang bertabur bahagia menanti kehadiran si bungsu yang mungkin tahun depan akan lahir ke dunia menambah ramai hidupnya.“Selamat pagi cucu-cucu Oma ...,” Diana berteriak dari ambang pintu yang menghubungkan area rumah dengan halaman membuat Bee yang sedang menjemur si kembar menoleh.Senyum si kembar melebar sambil menendang-nendangkan kakinya sebagai suatu bentuk rasa bahagia mereka bertemu sang Oma.“Kamu udah sarapan, Bee?” tanya Diana sambil menggendong Aarash.“Udah Tante ...,” balas Bee yang kemudian menggendong Aarav agar mereka bisa duduk di sun lounger.“Mual enggak pagi ini? Tante sen
Tidak membutuhkan waktu lama, Bee sudah kembali keluar dengan mini dress berlengan pendek model balon, sepatu kitten heels dan sling bag.Rambut yang dulu sebahu dan berponi, kini sudah panjang namun poni cantik itu masih ada.Bee tidak seperti seorang wanita beranak dua, tapi lebih mirip seorang mahasiswa.“Bi ... mulutnya jangan mangap terus,” kata Beni menginterupsi Akbi yang sedang menikmati maha karya sang pencipta di depannya.Akbi mendecakan lidah, mendelik tajam kepada sang Papa yang menggodanya.“Yuk, nanti keburu malem ...,” ujar Bee.“Bee, kamu santai aja ya ... pulang malem juga enggak masalah, nanti Tante nginep di sini buat nemenin si kembar.” Diana mencoba membuat Bee tenang agar kencan malam minggu mereka dihantui dengan kekhawatiran mengenai si kembar.“Nanti Papa juga nginep di sini biar kamu enggak usah keburu-buru pulang,” Beni menimpali.“Papa mah emang pengennya, biar bisa berduaan sama Mama,” sindir Akbi membalas Papanya.“Bee enggak akan sampe nginep kok, sebel
Cemberut adalah ekspresi yang tercetak di wajah Bee semenjak bangun pagi ini.Bagaimana tidak, dari beberapa hari lalu seluruh keluarganya mendukung ide Akbi yang ingin mengajaknya beserta si kembar menghabiskan long weekend di Bali.Mereka tidak pernah mau mengerti bila pekerjaan Bee tidak terbatas waktu, bila seluruh orderan kebaya belum selesai di jait itu berarti ia tidak bisa memiliki waktu libur baik itu akhir minggu ataupun tanggal merah.Meski enggan bercampur kesal kepada Daddynya si kembar, akhirnya dengan sangat terpaksa ia harus pergi demi menghargai keinginan Beni, Diana juga Ibu angkatnya.Kali ini mereka pergi bukan hanya berempat tapi dua Baby sitter si kembar juga ikut serta.Aldo, Jessie dan Gio tidak ingin ketinggalan meramaikan liburan yang tidak diharapkan Bee tersebut.“Baby, tolong bibirnya dikondisikan sebelum aku lumat habis bibir kamu di sini ... di depan mereka semua,” ancam Akbi ketika Bee yang wajah dan bibirnya mengerucut hanya duduk mengawasi si kembar y
Bee mengerjap menyesuaikan retinanya dengan sinar matahari yang memaksa masuk melewati kaca jendela.Menegakkan tubuhnya, ia merasa segar mungkin karena tidurnya cukup lama juga nyenyak.Kain tipis jatuh ke lantai membuat kening Bee berkerut, seingatnya ia tertidur tanpa menggunakan selimut lalu menoleh ke arah ranjang karena baru tersadar memiliki dua bayi yang butuh perhatiannya.Bee mengembuskan nafas ketika melihat tiga lelaki sedang tertidur pulas di atas ranjang dengan posisi absurd.Bibirnya melengkungkan sebuah senyum secerah mentari pagi saat sudah berdiri di samping tempat tidur, melipat tangannya di dada mengawasi Akbi dan si kembar yang masih terlelap.Tumben si kembar tidak bangun tengah malam, apa karena tidurnya nyenyak bersama sang Dady atau kelelahan karena Akbi tidak berhenti membuat mereka tertawa.Yang pasti hati Bee seketika dipenuhi oleh rasa bahagia yang tidak terhingga.Tadinya ia khawatir tinggal besama Akbi dalam satu Villa karena pria itu tidak dapat menahan