Share

Bab 2 : Sepotong Ayam

Penulis: Embusan Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Satu jam kemudian,,

"Bagaimana, kak? Apa semuanya sudah selesai? Ini sudah se-jam, lho," tanya Dinda yang tiba-tiba saja, sudah berada di dapur.

Dengan sedikit terkejut, Mayang menjawab pertanyaan dari adiknya itu. Meski, keringat sudah membasahi sebagian baju yang dia pakai.

"Su-sudah, Din. Yang tinggal, cuma sayur asemnya saja lagi. Dan mungkin, sebentar lagi sudah matang," tutur Mayang, yang sedikit ngos-ngosan kepada Dinda, karena lelah.

Karena waktu yang diberikan adiknya itu, sungguh sangatlah sedikit. Tetapi, mengingat tentang, Fikry. Mayang, harus bisa membagi dan menggunakan waktu yang setengah jam itu, dengan sebaik-baiknya. Alhasil, sekarang masakannya 99% masak.

"Bagus! Ini yang aku suka dari kakak. Karena semua pekerjaan selalu terselesaikan dengan sangat baik. Kakak, adalah tipe orang yang sangat bisa diandalkan. Dan juga, tipe orang yang tepat waktu. Mantap! Tak salah dan sia-sia, aku memungut kakak untuk tinggal di sini. Seenggaknya, aku tidak susah payah mencari pembantu dan mengeluarkan uang banyak untuk menggajinya,"tutur Dinda dengan sinis.

"Hhmm, lagian gak rugi-rugi amat, untuk membiarkan kakak dan anak kakak itu tetap tinggal di rumah ini," ucap Dinda dengan tersenyum sumbang ke arah Mayang.

Mendengar ucapan Dinda, Mayang cuma bisa menelan salivanya dengan sedikit kasar. Agar air matanya tidak menetes lagi.

Mayang sudah bertekat dan berjanji, kepada dirinya sendiri, untuk tidak menangisi atas sikap dan kelakuan adiknya itu. Dan, Mayang, tidak mau mengeluarkan air mata, hanya untuk meratapi nasibnya sendiri. Dia ingin bangkit dan tetap sabar untuk masa depan dan kehidupan Fikry, anaknya sendiri.

Dengan sedikit tenang, Mayang pun menjawab perkataan Dinda.

"Iya, Din. Kakak akan usahakan, untuk mendengar dan melakukan semua perkataan kalian. Karena kakak sangat membutuhkan tempat tinggal untuk, Fikry," Ucap Mayang datar.

"Baguslah kalau begitu. Jadi, kakak sudah faham, apa fungsi dan kegunaan kakak di sini, bukan? Dan, aku, tidak mau lagi, mendengar alasan-alasan yang tak masuk akal dari kakak. Mengerti!" Ucap Dinda pongah.

"Kakak, mengerti. Dan, sangat mengerti adikku!" Balas Mayang datar, dengan memegang erat kain yang ada ditangannya.

"Bagus!" Celetuk Dinda dengan sangat cuek.

Dia tidak memperdulikan perasaan kakaknya itu. Baginya sekarang, Mayang hanya seperti orang luar, yang tidak perlu dikasihani. Semua rasa itu, sudah habis terbuang, semenjak dia tahu semuanya.

☘️☘️☘️

" Oh, ya kak, apa kakak sudah meletakkan dan merapikan semua masakannya di atas meja makan? soalnya sebentar lagi Bang Arman, suamiku tercinta, a-dik i-pa-r kakak yang tampan itu, akan segera pulang. Jadi, aku tidak mau membuatnya menunggu lama, karena makanan yang belum selesai," sinis Dinda dengan intonasi menjeda.

"Iya, Din. Kakak ngerti," ucap Mayang yang menjawab pertanyaan adiknya, sambil meletakkan dan merapikan sayur asem yang baru matang ke meja makan.

"Oh, ya. Mana anak kakak yang tampan itu? Tumben, tidak kelihatan. Biasanya, akan terdengar bunyi 'Tak Tik Tok' kalau dia nongol," cela Dinda, yang mengejek keponakannya itu.

"Hhmm, Fikry mungkin ketiduran, Din. Dia mungkin lelah habis menangis tadi," ucap Mayang menunduk, dengan memainkan kain lap yang ada di tangannya itu.

"Emang kenapa lagi, anak manja kakak itu menangis? Bikin ribet saja!" Sentak Dinda sambil mengerutu.

"Kan sudah, aku bilang. Mendingan, kakak masukkan saja, dia ke panti asuhan. Atau, kakak buang saja, dia ke jalanan sana. Biar tidak menyusahkan lagi hidupnya. Seenggaknya, kalau gak ada dia, kerjaan kakak tidak akan lelet dan berantakan. Dan, lebih penting lagi, pengeluaran aku jadi berkurang lah." Ucap Dinda lagi, yang lagi-lagi tidak memikirkan perasaan Mayang.

"Astagfirullah, Dinda! Istigfar kalau kamu ngomong! Fikry itu anak kakak! Darah daging kakak! dan keponakan kamu juga! Jangan pernah lagi kamu ngomong seperti itu, terhadap anak, kakak. Kakak bertahan di sini, itu juga mengingat Fikry! Kalau tidak, mungkin sudah lama, kakak pergi dari sini!" Sentak Mayang, dengan sangat emosi. Karena, anaknya direndahkan dan disepelekan seperti itu.

Dengan masih menahan emosi karena kesal dengan adiknya itu, Mayang berkata lagi,

"Lagian, Fikry di sini. Juga tidak menyusahkan siapa-siapa, terutama kamu! Kakak sangat bersyukur memiliki Fikry. Kakak ikhlas menjaga dan mengasuhnya. Seperti kakak, yang mengasuh dirimu dulu!" Sentak Mayang lagi, dengan menatap mata Dinda. Dan, Mayang juga mengingatkan kembali kepada Dinda. Kalau dia lah yang selama ini, mengasuh dan menjaga dirinya.

Tetapi, mungkin karena watak dan sikap angkuh dari Dinda sendiri. Sehingga, menganggap ucapan kakaknya itu, seperti angin lalu saja. Dan, malahan dengan sengaja menyepelekan semua ucapan kakaknya itu.

"Uuhh takutttt," cela Dinda, yang memasang exspresi pura-pura takut.

"Serius amat, sih, kak. Jangan marah-marah kenapa,sih. Jelek tahu, kalau kakak seperti itu. Udah jelek, nanti makin jelek lho. Emang ada, uang untuk perawatan?" Ejek Dinda kepada Mayang.

"Kakak bilang, apa tadi? Tidak menyusahkan aku? Begitu! Hei, dengar ya, kakakku sayang. Terus yang ngasih makan kalian itu siapa?! Yang biayain kalian itu siapa?! Terus, yang membayar operasi anak kakak itu, siapa? Hhmm. Siapa kak?!" Tanya Dinda, yang menghardik kakaknya, Mayang.

"Aku! Aku kan! DIN-DA MA-HA-RA-NI! Ingat itu!" Bentak Dinda, yang menyombongkan dirinya di hadapan Mayang.

"Kalau bukan aku, yang bayarin operasi Fikry saat itu, mungkin dia sudah Ma-ti kale kak, nyusul bapaknya." Sindir Dinda, kepada Mayang.

"Dan, satu lagi. Aku tau kok, kalau kakak yang menjaga dan mengasuh aku sejak dulu. Maka dari itu, aku sangat berterima kasih banyak-banyak kepada kakak. Yang sudah rela menjaga aku," ucap Dinda yang menangkupkan kedua telapak tangannya, di dada, lalu baru berucap lagi,

"Tapi'kan itu emang tanggung jawab kamu sebagai seorang kakak. Dan juga, janji kakak kepada ibu. Kalau kakak, akan menjaga aku dengan sangat baik. Ingatkan!" Sentak Dinda. "Atau selama ini, kakak tidak ikhlas ya, untuk jaga aku? Hhmm," ucap Dinda yang berpura-pura sedih, agar Mayang merasa bersalah.

"Bukan begitu, Dinda. Kakak ikhlas, dan sangat ikhlas menjaga kamu, karena kamu satu-satunya saudara, kakak. Jangan pernah kamu ngomong seperti itu sama kakak. Apapun, yang kakak lakukan dahulu, itu semata-mata hanya untuk kamu, Dinda," ucap Mayang sedih, mendengar ucapan dari adiknya itu, yang meragukan atas ketulusannya selama ini.

"Kalau begitu, OK, baiklah. Aku jadi capek, kalau mengingat tentang yang dulu. Lebih baik aku mandi saja, karena, sebentar lagi suamiku akan pulang. Aku tidak mau, dia sampai melihat, kalau istrinya yang cantik ini, masih seperti ba bu," sindir Dinda, dengan tersenyum sinis

"Lagian, Makanan sudah beres kan, kak. Ya sudah, aku beranjak dulu, ya. Dadah, kakakku sayang," ucap Dinda yang melambaikan tangannya ke arah kakaknya itu, yang hendak mau berlalu.

"Hhmm, tunggu dulu, Din," ucap Mayang, dengan cepat.

"Apa, lagi?" Tanya Dinda ketus.

"Hhmm gini Din, kakak mau mi--,"

"Apa sih kak? Oh, ya aku sampai lupa. Ingat kan, kak. Kalau aku sama suami aku, kalau lagi makan, kakak dan anak kakak itu harus apa?" Ucap Dinda yang bertanya sambil mengingatkan kepada Mayang, tentang kebiasaan mereka kalau sedang makan.

"Ingat, Din. Kakak sama Fikry, tidak boleh mendekati atau berkeliaran di sekitar ruangan tempat makan," ucap Mayang yang menjawab pertanyaan adiknya itu, dengan menunduk.

"Bagus! Karena, kalau kalian terlihat, terutama melihat anak kakak si Fikry itu, bisa-bisa suamiku akan mual dan hilang nafsu makannya," ejek Dinda yang menyunggingkan senyum sinis di bibirnya.

"Iya, Din. Kakak, ngerti. Tapi, kakak mau minta sesuatu sama, kamu?" Ucap Mayang lagi.

"Apa?!"

"Hhmm, bolehkah, kakak minta sepotong ayam goreng untuk, Fikry? Tadi, sebenarnya, Fikry menangis karena meminta ayam goreng," jawab Mayang sedikit ragu.

"Tidak, boleh!" Jawab Dinda dengan cepat. "Ayam itu, untuk Bang Arman. Karena dia, sangat suka dengan ayam goreng. Kakak sama Fikry, kan bisa makan dengan tahu tempe. Lebih banyak gizinya dan lebih cocok buat kalian. Lagian jangan dibiasakan memberi makanan mewah kepada, Fikry. Nanti akan kebiasaan. Dan kakak, tidak akan mampu membelinya, " sinis Dinda, yang lagi-lagi merendahkan Mayang.

"Kakak mohon, Din! Buat sekali ini, saja! Kakak kasihan lihat, Fikry. Sudah lama dia tidak makan ayam," keluh Mayang, dengan sedih. Mengingat anaknya yang menangis dari tadi meminta sepotong ayam.

"Lihat nanti saja, kalau ada sisa!" Sinis Dinda yang berlalu pergi, dengan meninggalkan Mayang, dalam perasaan sedih.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dhesu Nurill
Terus semangat, Thor!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 3 : Ancaman

    Saat Mayang lagi asik, membereskan area dapur, serta mencuci peralatan sehabis memasak tadi. Tidak lupa juga, Mayang mempel lantai di area dapur tersebut. Agar tidak kotor dan licin. Dan, pekerjaannya hari ini cepat selesai. Karena, Mayang merasa tubuhnya sudah sangat lengket oleh keringat. Yang tadi, harus tergesa-gesa untuk membersihkan rumah dan memasak untuk adik dan suaminya itu. Karena Dinda sang adik, hanya memberikan waktu dalam waktu satu jam saja, dan semua harus selesai tepat waktu. Kalau tidak, entah apa yang terjadi. Mungkin, Mayang akan menerima kembali, amukan dari adiknya itu.Dan, sekarang, Mayang merasa tubuh dan hatinya hari ini, benar-benar sangat lelah dan juga sangat capek. Mungkin, dengan cara mandi dan menuntaskan kewajibannya kepada sang pencipta, akan mengurangi rasa lelah dan kekecewaan yang dia rasakan kepada sang adik, akan berkurang. Ya, Mayang hanya akan mengadukan gundah gulananya selama ini, hanya kepada sang pencipta. Dan tidak lupa pula, Mayang sela

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 4 : Kecolongan

    Tepat jam 00.00 WIB, Mayang terbangun. Dan, dia merasa sangat haus. Tetapi ternyata, Mayang malah lupa membawa segelas air ke dalam kamarnya. Sudah menjadi kebiasaan Mayang yang selalu minum, disaat dia terbangun pada malam hari. Dan, karena kebiasaannya itu lah. Mayang selalu membawa air ke dalam kamar disaat dia akan tidur. Agar, saat akan merasakan haus begini, dia dengan mudahnya untuk minum. Tanpa harus pergi ke dapur lebih dulu. Dan mungkin, saat menidurkan Fikry tadi, Mayang malah lupa membawanya ke dalam kamar.Dan, dengan sedikit malas, Mayang harus bangun secara berlahan dari tempat tidur. Agar, pergerakannya tidak membuat anaknya itu terganggu dari tidur nyenyaknya. Ya, setelah Mayang menyuapi Fikry tadi, Mayangpun mengajak anaknya itu, untuk tidur lebih awal dari biasanya. Karena kerjaan yang dia lakukan seharian tadi, membuat tubuh Mayang benar-benar letih. Sehingga saat menidurkan Fikry, tanpa sadar, dia pun ikut tertidur di samping anaknya itu.Saat menuju dapur, Mayan

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 5 : Orang Masa Lalu

    "Tapi aku tetap cinta!" Balas Arman cepat.Hening"Aku cinta padamu, Mayang!""Aku jatuh CINTA, pada pandangan pertama denganmu! Saat aku melihatmu, Otak dan pikiranku membeku! Di mana, hanya ada KAMU! KAMU! Dan KAMU!""Ingat! Sampai kapan pun, dan di mana pun kamu berada, aku akan tetap menjadi Bayangan Hitam buatmu! Dan, aku akan selalu mengikutimu!""Kamu, akan menyesali atas keputusanmu hari ini!""Dan, ingat! Aku akan menghancurkan, orang-orang yang ada di sekelilingmu! Sama seperti kamu, yang menghancurkan dan memporak-porandakan hati dan perasaanku saat ini!""Ingat, itu, Mayang!"Seketika, kata-kata yang terdengar olehnya beberapa tahun yang lalu, kini kembali terngiang-ngiang di pikiran dan otak Mayang. Membuat tubuhnya sedikit ambruk dan menggigil. Sehingga, laki-laki yang berdiri di hadapannya itu, tersenyum senang. Sambil menyerigai, Arman bertanya kepada Mayang,"Apa yang kamu pikirkan, kakak ipar? Apa, kamu mengingat sesuatu? Hhmm," tanya Arman dengan santainya.Mendenga

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 6 : Mayang Tersulut Emosi

    Mendengar dentuman yang begitu keras, Mayang langsung berbalik dan melihat ke arah jalan. Dan, betapa terkejutnya Mayang, saat melihat putranya sudah tersungkur ke tanah dengan tubuh bersimbah darah. "Fikryyyyyyyyyy!!!" Mayang berlari seperti orang kesetanan memanggil nama anak lelakinya itu. Dan, segera merangkul tubuh kecil yang sudah tak berdaya itu. Mayang meminta tolong kepada orang-orang yang ada di sekitar tempat kejadian, untuk menolong putranya. Dengan cepat mereka membawa Fikry ke rumah sakit, dengan menggunakan sepeda motor yang di bonceng oleh tetangga. Dan, Mayang menggendong tubuh mungil Fikry, yang sudah bersimbah darah, yang sudah tidak sadarkan diri.Sesampainya di rumah sakit, Mayang langsung menuju UGD untuk memeriksa keadaan anaknya. Setelah memasuki ruangan tersebut, perawat mempersilahkan Mayang untuk menunggu di luar. Sedangkan dokter dan perawat tersebut sibuk memeriksa tubuh Fikry. Saat ini, penampilan Mayang sunggung sangat memprihatinkan. Mata yang sembab

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 7 : POV Dinda ( perasaan hati Dinda )

    POV DindaHati dan perasaanku saat ini benar-benar hancur. Bagaimana tidak, laki-laki yang namanya, selama ini aku sebut dalam setiap doaku, sudah resmi menjadi milik orang lain. Yang lebih menyakitkan lagi adalah, dia menjadi kakak iparku sendiri. Kalian, mungkin, tidak akan tahu rasa sakitnya seperti apa? Kami sangat dekat, tetapi, tak bisa aku sentuh. Tak bisa aku raih. Apa lagi, memilikinya. Kenapa?! Kenapa kamu lebih memilih dirinya?! Kenapa kamu lebih memilih, menjadi kakak iparku?! Kenapa kamu tak memilih aku?! Kenapa?!Harusnya, aku yang ada di sampingmu! Harusnya, aku yang tersenyum bersamamu! Harusnya, aku yang bersanding bersamamu! Harusnya, aku yang menggenggam jemarimu!Harusnya, aku yang jadi istrimu! Aku!! Bukan, Dia!Tapi, kenapa kamu malah memilih kakakku?! Kenapa? Kenapa, DEVANDI NARENDRA?!Bukankah, aku yang pertama kali mengenalmu,Bukankah, aku yang pertama kali, yang berbicara kepadamu,Bukankah, aku yang pertama kali, yang menikmati senyum hangatmu,Dan,A

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 8 : POV Dinda 2 ( Sebuah Rahasia )

    POV Dinda 2Saat memasuki toko kue Cempaka, mata ini disuguhi oleh beraneka ragam macam kue. Mulai dari kue tart, bolu, brownies, cake dan yang lainnya. Mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran yang besar, yang pasti harganya juga bervariasi.Bagi orang berduit, mungkin mereka tinggal ambil kue yang mana mereka inginkan, tanpa harus melihat harga. Sedangkan kami, yang hanya berekonomi rendah. Ya, harus pikir-pikir dulu, kue mana yang cocok untuk di kantong.Dan, pada saat lagi asik melihat harga brownies, yang hendak mau aku beli. Tiba-tiba saja, ada seseorang yang memanggil aku dari belakang. "Anak Ayam, kamu sedang apa di sini?"Mendengar panggilan seperti itu. Aku merasa, kalau yang memanggil aku adalah... Dan, saat aku berbalik, ternyata benar kalau dia adalah Pak Dosen jutek itu, hhmm."Eh! Pak Dosen. Ini, aku mau beli brownies, he," ucapku sambil nyengir. "Bapak sendiri lagi apa disini?" Tanyaku balik kepada Pak Devan, yang sudah berdiri di hadapanku."Ya, sama dengan kamu

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 9 : Mayang Kecelakaan ( pertemuan pertama, Mayang dengan Devandi )

    FlashBackBeberapa tahun sebelumnya,Sore itu, Dinda baru saja selesai mengikuti pelajaran. Tiba-tiba henphonenya berbunyi, setelah dilihat ternyata tertulis 'my sister'. "Assalamu'alaikum. Ya kak," ucap Dinda saat menjawab telepon dari kakaknya."Apa?! Di rumah sakit mana?!" Tanya Dinda yang berteriak karena terkejut mendengar penuturan kakaknya didalam telpon, hingga air mata Dinda menetes keluar. "Iya. Iya, kak. Aku akan segera kesana secepatnya. Tunggu, aku, kak!" Tutur Dinda yang mulai panik dan langsung mematikan teleponnya."Ada apa, Din? Kok, kamu tiba-tiba menangis, setelah menerima telepon," tanya Rani sahabatnya, yang terkejut melihat Dinda yang sudah berurai air mata."Ran, tolong antar aku ke rumah sakit Sekar Asih. Kakak aku kecelakaan, Ran! Dia ditabrak mobil!" Sentak Dinda yang menangis sambil memegang tangan sahabatnya itu."Astagfirullah! Yang sabar ya, Din. Tapi, keadaan kak Mayang, tidak apa-apa kan?" Tanya Rani yang juga terkejut mendengar berita yang disampaika

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 10 : Perjuangan Seorang Kakak

    Setelah kepergian dosennya itu, Dinda tersenyum-senyum sendiri. Membuat Mayang jadi penasaran. Sehingga Mayang bertanya kepada adiknya itu,"Perasaan dari tadi kakak lihat, kamu tersenyum terus menerus, Dinda? Apalagi, semenjak mengantarkan dosen kamu itu. Apa kamu menyukainya? Hhmm," tanya Mayang kepada adiknya itu."Apa'an sih kak, tidak ada, kok. Siapa, juga yang suka sama dosen killer seperti itu. Sudah killer, dingin lagi kayak kulkas dua pintu," celetuk Dinda yang mencoba menutupi perasaannya kepada kakaknya sendiri."Ah, yang benar. Tapi kok, mukanya jadi merah begitu. Hhmm," sindir Mayang, sambil menggoda adiknya itu, dengan menaik turunkan alisnya."Apa'an sih, kak. Tidak ada waktu, untuk mengurus hal begituan. Mendingan, aku mengurus kakakku yang cantik ini, biar cepat sembuh," timpal Dinda lagi, sambil memeluk tubuh Mayang.Mendapat perlakuan seperti itu dari sang adik, Mayang jadi terharu."Doain kakak ya, biar cepat sembuh. Biar kakak bisa kerja lagi. Agar kamu tidak pus

Bab terbaru

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 72 Emosi

    Suasana di meja makan tiba-tiba saja terasa panas malam ini, tubuh Dinda memanas saat Arman menyebut nama Mayang di hadapan dirinya. Meski AC sudah dari tadi hidup, tetapi tidak bisa mendinginkan hati Dinda yang mulai terbakar amarah. Sehingga membuat selera makan Dinda hilang seketika dan sendok makan yang ada di tangan wanita tersebut, diletakkan begitu saja di atas piring. Meski makanan tersebut masih tertinggal separuh.Dengan menyeruput habis air putih yang ada di dalam gelas minumnya, Dinda terlihat menahan kekesalan. Saat sang suami menyebut nama wanita lain disaat mereka makan berdua. Meskipun, itu adalah kakaknya sendiri. Apalagi, Arman juga menyarankan kepada Dinda untuk menjemput Mayang kembali untuk tinggal bersama mereka.Dinda sendiri tidak bisa memungkiri kalau dirinya merasa cemburu, saat Arman menyebut nama Mayang di bibirnya. Apalagi status mereka sekarang adalah suami istri, yang mana, Arman hanya boleh memikirkan dirinya sendiri bukan yang lain. Bohong kalau dia

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 71 Karma?

    Anton yang begitu mempunyai hasr4t yang begitu dalam kepada Mayang, tiba-tiba saja matanya fokus menatap ke arah bibir merah alami yang dimiliki oleh perempuan berhidung mancung tersebut. Dengan dibantu dorongan yang begitu kuat dari dalam dirinya sendiri, Anton tanpa sadar berbicara ke arah Mayang. Seakan-akan dirinya memang sedang berbicara berdua dengan perempuan yang tak sadarkan diri tersebut.Dengan makin mendekat ke arah Mayang, Anton lalu berucap di depan Mayang, yang hanya berjarak 3 langkah saja,"Bolehkah saya mencium bibir ranum kamu itu, duhai perempuan cantik? Karena bibirmu itu sangatlah menggoda saya!" Sentak Anton dengan jakunnya yang sudah naik turun.Setelah berkata seperti itu, Anton mulai mendekat ke arah Mayang. Sehingga laki-laki tersebut, berjongkok di depan Mayang sambil tetap menatap wajah wanita tersebut. Dengan cepat Anton mulai memajukan wajahnya ke arah bibir Mayang, sehingga memutus jarak di antara mereka berdua. Saat bibir Anton mulai menyentuh bibir Ma

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 70 Permainan

    Karena mendapatkan sebuah kabar gembira, membuat Dinda yang sedang berbicara dengan seseorang di dalam telpon, tak menyadari kalau seseorang sudah mendengar semua pembicaraan mereka."Iya, Ma. Semuanya beres. Perempuan br3ngsek itu sudah tertangkap. Mama tenang saja, aku akan membalas semua sakit hati kita. Dia harus membayar semua, atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita selama ini! Aku tidak akan melepaskannya begitu saja, karena dia harus menderita! Seperti apa yang sudah diperbuat oleh orang tuanya dulu." Dinda yang tersenyum senang berbicara dengan seseorang yang dipanggil dengan sebutan mama.Tanpa dirinya sadari, di balik dinding, seseorang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras mendengar ucapannya."Kurang 4jar! Jadi kamu yang sudah menipu dan menculik Mayang, Dinda! Tak disangka, kamu benar-benar wanita ular berhati kejam. Apa kata kamu tadi, Mama? Orang tuanya? Apa maksud dari perkataan kamu itu? Sebenarnya rahasia apa yang terjadi dalam hubungan keluarga kalian?" Bisi

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 69 Mayang Mencoba Kabur

    "Br3ngsek! Ternyata mereka menemukan keberadaan Mayang. Kenapa aku begitu bodoh dan teledor seperti ini! Gara-gara kebodohan aku, mereka akhirnya menemukan keberadaan mereka. Dan sekarang, mereka juga membawa Mayang pergi entah kemana.Harusnya tadi, aku tak melanjutkan ke sana untuk menemui Mayang dan Fikry. Sehingga kejadian ini tidak akan terjadi." Arman yang menyesali perbuatannya yang berujung dengan penculikan Mayang."Kenapa kamu percaya sekali dengan ucapan mereka, May. Aku harus mencari kemana kamu sekarang," lirih Arman dengan sedikit frustasi. "Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk menemukan kamu sampai kapanpun. Aku akan mencari kamu sampai ketemu, Mayang. Tidak akan aku biarkan kamu disakiti oleh mereka. Awas saja, kalau sampai kamu terluka sedikitpun, aku tidak akan melepaskan orang-orang yang telah menyakiti kamu. Termasuk dengan adik kamu sendiri, Dinda!" Arman yang terlihat sangat marah dan emosi setelah dirinya menyuruh seluruh anak buahnya untuk menca

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 68 Mayang DiCulik

    "Terus, apa sebenarnya yang kamu pikirkan, May?" Tanya Sari lagi, karena dirinya menjadi penasaran.Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Mayang mendesah pelan."Sebenarnya, aku memikirkan ucapan Arman tadi siang, ia mengatakan kepadaku kalau orang yang ingin mencelakai kami itu adalah Dinda." Mayang yang mencoba menjawab pertanyaan Sari. Mendengar jawaban Mayang, Sari tampak terkejut."Apa?! Benarkah, May? Kok bisa Pak Arman mengatakan, kalau Dinda, adik kamu sendiri yang ingin mencelakai kalian?" Balas Sari dengan terkejut."Aku juga tidak tahu, kenapa Arman malah menuduh Dinda pelakunya," tutur Mayang bingung."Kalau begitu, pasti ada alasan yang kuat, kenapa Pak Arman menuduh Dinda pelakunya. Mungkin juga Pak Arman mengetahui sesuatu tentang adik kamu itu, secara kan mereka suami istri. Siapa tahu, tanpa sengaja, Pak Arman pernah memergoki atau mendengar Dinda berbicara kepada seseorang untuk mencelakai kamu, mungkin. Makanya, Pak Arman sekarang, mewanti-wanti dan melarang kamu unt

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 67 Salah Sangka

    Setelah kepergian Arman, Mayang duduk termenung di sofa ruang tamu. Dia mendesah pelan, mengingat ucapan yang dilontarkan oleh Arman tentang adiknya, Dinda. Dia sempat berpikir, apakah yang diucapkan Arman tadi, adalah kebenaran. Kalau orang yang ingin melenyapkan dirinya dan Fikry adalah adiknya sendiri, yaitu Dinda. Disaat hati dan pikiran Mayang mulai saling bertentang, dengan cepat Mayang menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak! Tidak mungkin, Dinda tega melakukan hal itu. Dinda itu, adik aku. Dia sayang dengan aku, karena aku adalah kakaknya. Kami itu saudara, mana mungkin, Dinda mau melenyapkan kami. Aku tahu, kalau selama ini, Dinda sangat menyayangi aku dan Fikry. Meski, beberapa tahun terakhir, Dinda sedikit cuek dan kasar. Aku yakin, kalau di hatinya masih ada cinta dan sayang untuk aku dan Fikry. Karena, bagaimanapun, kami adalah saudara. Kami satu keluarga. Didalam kekeluargaan, wajar kalau ada pertengkaran dan perseteruan kecil. Justru, karena adanya konflik didalam sebu

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 66 Keraguan

    "Ada apa, May? Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Arman kepada Mayang, yang saat ini mereka sama-sama duduk di teras belakang rumah, sambil melihat Fikry yang asik bermain kembali. Sementara Sari, sahabat dari Mayang itu, sengaja tak mau keluar untuk bergabung dengan mereka. Karena Sari sadar diri, untuk membiarkan mereka lebih leluasa berbicara. Karena Sari sendiri, tidak mau ikut campur dengan hubungan mereka."Saya hanya penasaran saja, siapa sebenarnya orang yang ingin mencelakakan saya dan Fikry? Selama ini, saya merasa tidak mempunyai musuh pada siapapun. Siapakah gerangan yang begitu membenci kami, sehingga menginginkan kematian saya dan Fikry?" Tanya Mayang dengan mata menerawang ke arah depan. Tiba-tiba saja, Mayang mengingat kejadian kemarin malam. Saat dirinya dan Fikry melintasi jalan raya, tiba-tiba saja datang mobil dengan kecepatan tinggi, ingin menabrak mereka. Beruntung, dengan sangat cepat, Arman menolongnya tepat waktu. Sehingga kejadian naas itu, tidak terjadi.Mende

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 65 Tamu

    "Hanya untuk ditinggali, bukan pemilik!" Tegas Mayang kepada Arman.Membuat Arman mendesah mendengarnya. "Terserah saja, apa namanya. Yang jelas, rumah ini sudah ada yang menempati," tutur Arman lagi, yang tak mau memperpanjang perdebatan dengan Mayang."Oh, ya Sari mana?" Tanya Arman kepada Mayang."Sari sedang berada di dapur, dia sedang membersihkan area dapur. Karena tadi kami sengaja membagi tugas untuk membersihkan rumah ini. Sari yang bertugas membersihkan area dapur, saya yang membersihkan area depan ini," tutur Mayang."Kalau begitu, saya ke dapur dulu, untuk memindahkan semua makanan ini, sekalian membuatkan minum untuk kamu," ucap Mayang yang hendak beranjak ke dalam."Buat yang seperti biasa, ya, May," terang Arman seketika."Teh hangat dengan sedikit gula, karena kamu tak suka manis," sentak Mayang seketika."Bukannya tak suka manis, May. Tapi, manisnya akan terasa saat meminumnya lihatin kamu, hhmm," goda Arman dengan menyunggingkan senyum manis ke arah Mayang.Membuat pi

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 64 Murka

    Saat ini, Arman sudah berada di jalan. Lelaki tersebut hendak menemui Mayang dan Fikry di tempat tinggal barunya. 20 menit lagi, dia akan sampai. Tetapi, saat ingin membeli oleh-oleh untuk mereka, tanpa sengaja Arman melihat ke arah kaca spion. Tiba-tiba saja, Arman mengumpat dengan sangat kesal."Br3ngsek! Ternyata mereka masih membuntuti aku!" Sentak Arman dengan sangat emosi."Ternyata, dari tadi mereka mengikuti mobilku. Ku kira mereka sudah pergi, tapi ternyata...," ucap Arman dengan menggeletupkan giginya menahan amarah."Ternyata, kalian mau main-main denganku, rupanya! Baiklah, kalau begitu!" Sentak Arman dengan menyeringai.Dengan menambah kecepatan mobilnya, Arman melaju kencang membelah jalan beraspal tersebut. Membuat pengendara mobil hitam yang membuntutinya menjadi terkejut dan ikut menambah kecepatan mobilnya, agar tak kehilangan jejak.Arman yang mencoba nyelipkan mobilnya dengan kendaraan lain, membuat orang yang berada di mobil warna hitam tersebut kewalahan.Apalag

DMCA.com Protection Status