"Tapi aku tetap cinta!" Balas Arman cepat.
Hening"Aku cinta padamu, Mayang!""Aku jatuh CINTA, pada pandangan pertama denganmu! Saat aku melihatmu, Otak dan pikiranku membeku! Di mana, hanya ada KAMU! KAMU! Dan KAMU!""Ingat! Sampai kapan pun, dan di mana pun kamu berada, aku akan tetap menjadi Bayangan Hitam buatmu! Dan, aku akan selalu mengikutimu!""Kamu, akan menyesali atas keputusanmu hari ini!""Dan, ingat! Aku akan menghancurkan, orang-orang yang ada di sekelilingmu!Sama seperti kamu, yang menghancurkan dan memporak-porandakan hati dan perasaanku saat ini!""Ingat, itu, Mayang!"Seketika, kata-kata yang terdengar olehnya beberapa tahun yang lalu, kini kembali terngiang-ngiang di pikiran dan otak Mayang. Membuat tubuhnya sedikit ambruk dan menggigil. Sehingga, laki-laki yang berdiri di hadapannya itu, tersenyum senang. Sambil menyerigai, Arman bertanya kepada Mayang,"Apa yang kamu pikirkan, kakak ipar? Apa, kamu mengingat sesuatu? Hhmm," tanya Arman dengan santainya.Mendengar suara lelaki tersebut, membuat Mayang kembali tersadar dari lamunannya. Dia sempat teringat, tentang beberapa serpihan masa lalu, sehingga membuat dada Mayang menjadi sesak.Orang yang ada di depannya sekarang, adalah seseorang yang seharusnya dia hindari. Tetapi siapa sangka takdirlah yang mempertemukan mereka kembali, di dalam sebuah pernikahan, yang menjadikan Arman adik iparnya sendiri.Dengan mengumpulkan semua keberanian, agar tidak dipandang lemah, Mayang pun berucap kepada adik iparnya itu."Apa yang kamu inginkan?!" Tanya Mayang cepat."Dirimu!" Balas Arman."Kau, gila!" Bentak Mayang."Ya! Dan aku tergila-gila padamu!" Jawab Arman dengan sorot mata yang sangat tajam. Sorot mata, yang pernah dilihat Mayang berapa tahun yang lalu. Sorot mata, yang penuh ambisi."Ingat, Arman. Ada, Dinda, istrimu! Adik, kandungku! Apa kamu tega, menyakitinya?! Dia sangat mencintaimu!" Tanya Mayang penuh emosi."Kenapa, tidak! Aku, tak mencintainya. Rasa ini tetap sama, dan itu hanya untukmu!" Balas Arman dengan tegas. " Ikutlah denganku! Hiduplah denganku! Dan, aku akan menyayangi anakmu, seperti anakku sendiri." Ucap Arman, yang mengulurkan tangannya ke hadapan Mayang.Dengan tersenyum sinis, Mayang pun membalas ucapan Arman tersebut,"Kalau kamu tak mencintai Dinda, kenapa kamu menikahinya?! Hah!" Tanya Mayang lagi, yang mendengar perkataan Arman tadi. Mayang tidak menyangka, kalau Arman bisa mengucapkan hal seperti itu."Apa aku harus memberitahukan alasannya kepadamu? Sedangkan, kamu sendiri sudah tahu, apa alasanku menikahi adikmu?!" Tanya Arman dingin."Saya tidak tahu. Dan, tak mau tahu! Dan saya, tidak peduli dengan semua ucapan, kamu itu!" Teriak Mayang yang membalas ucapan dari Arman."Benarkah?" Tanya Arman dengan tersenyum sinis."Terkadang, aku heran denganmu Mayang. Masih juga, kamu memikirkan adikmu itu. Masih juga, kamu memedulikan dirinya. Sementara, dirinya sendiri, tidak pernah peduli dan memikirkan kalian sama sekali," sentak Arman kepada kakak iparnya itu."Dinda itu, merupakan adik yang sangat durhaka, Mayang. Adik yang tidak tahu balas budi dan berterima kasih kepada kakaknya sendiri. Apa dia ingat, dengan semua pengorbanan dan perjuangan kamu selama ini?! Bukankah, dulu kamu bekerja hanya untuk, dia?! Tapi lihat sekarang, kamu malah dihina dan dicaci! Dan, lebih parahnya lagi, kamu malah dijadikan budak di rumah ini. Sungguh miris!" Sentak Arman emosi. Membuat Mayang tiba-tiba terdiam, mendengar penuturan dari Arman, suami adiknya itu.Sebenarnya, Mayang juga membenarkan ucapan adik iparnya itu, di hatinya. Tetapi, Mayang tidak memperlihatkannya. Melihat Mayang terdiam, Arman melanjutkan ucapannya itu."Dan, kamu tetap peduli terhadapnya, setelah apa yang dilakukan padamu selama ini! Ayolah Mayang, jangan terlalu bodoh, begitu" sindir Arman sambil mengejek kakak iparnya itu."Cukup, Arman! Bagaimana pun, Dinda tetap adik kandung, saya! Dan, saya, sebagai kakaknya, wajib menjaga dan melindungi dirinya, dari orang-orang yang tidak tulus dan suka memanfaatkannya selama ini." Sindir Mayang pula.Bukannya tersinggung, Arman malah tertawa mendengar ucapan Mayang."Aku tahu, kalau kamu itu, wanita yang sangat baik, Mayang. Makanya, aku sangat mencintai, kamu. Dan, aku, tidak pernah bisa melupakan dirimu di hati ini. Dan dirimu, tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun!" Ucap Arman melunak sambil menunjuk hatinya sendiri."Tapi saya, tak mencintai kamu, Arman! Dulu ataupun sekarang! Cinta itu tak pernah ada untuk kamu!" Bentak Mayang dengan cepat.Karena, Mayang tidak ingin mendengar semua isi hati Arman untuk dirinya."Cinta itu akan, ada! Kalau kamu hidup dengan aku, Mayang!" Balas Arman lagi dengan lebih tegas. Membuat Mayang, bergidik ngeri mendengarnya. "Tolong lepaskan saya, Arman. Jangan seperti ini. Biarkan saya dengan putra saya pergi. Saya ingin, hidup damai berdua dengan anak saya," Ucap Mayang, yang mulai menangis. Dia memohon kepada adik iparnya itu, dengan menangkupkan kedua tangannya di dada."Tidak akan! Aku tidak akan pernah melepaskan kamu, Mayang. Ingat! Kalau sampai kamu kabur dari sini. Jangan salahkan aku, untuk menyakiti adikmu, Dinda!" Balas Arman tegas dengan sorot mata tajam dan juga dingin ke arah Mayang.Mendengar ancaman dari Arman, membuat Mayang merinding dan merasa ketakutan. Sebab, siapapun kalau melihat sorot mata seperti itu, pasti akan merasakan ngeri.Dan, tanpa mereka sadari, tiba-tiba..."Kalian sedang apa?!" Ucap seseorang yang baru saja datang.Mendengar pertanyaan seseorang yang berasal dari belakang tubuhnya, Arman. Membuat mereka berdua, sontak mengalihkan pandangan kepada orang tersebut."Eh, sayang, kenapa balik lagi?" Tanya Arman dengan tenang kepada istrinya, Dinda. Se'akan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Sementara Mayang, cepat-cepat menghapus air mata yang sempat terjatuh di pipinya."Iya nih, sayang. Ada dokumen penting yang ketinggalan. Makanya, aku buru-buru balik ke rumah. Terus, kalian sedang apa di sini?" Tanya Dinda dengan sorot mata tajam."Apa kalian berselingkuh?!" tiba-tiba saja kata itu keluar dari mulut Dinda."Ada-ada saja kamu sayang. Mana mungkin, aku selingkuh dari kamu. Aku mau ambil air minum, lihat ini, " jawab Arman cepat yang memperlihatkan gelas kosong di tangannya."Ouh, kirain, " sindir Dinda dengan sewot. Sedangkan Mayang buru-buru melanjutkan mencuci piringnya, se'akan-akan tidak melihat mereka berdua."Kira'in apa? Hhmm," Tanya Arman sambil mencubit hidung, Dinda. "Sudahlah. Tapi katanya, mau ambil dokumen, terus kenapa masih berdiri di sini?" Tanya Arman kepada Dinda dengan senyuman di bibirnya."Haus, sayang. Pengen minum. Soalnya, sempat berlari tadi, saat ke dalam rumah. Dan melihat kamu di sini." Balas Dinda sedikit manja."Ouh, ya sudah. Aku ke kamar dulu, mau siap-siap berangkat kerja," ucap Arman yang tersenyum ke arah istrinya itu."Hhmm," balas Dinda, dan dia langsung mengambil gelas dan air yang ada di sampingnya.Setelah minum, Dinda tidak langsung pergi. Tetapi, dia malah berdiri memperhatikan Mayang. Dan dengan muka dingin, Dinda pun berkata kepada kakaknya itu."Jangan suka cari perhatian pada suami orang! Jangan coba jadi pelakor!" Sindir Dinda cepat.Mendengar sindiran adiknya itu. Mayang dengan cepat berbalik badan, untuk melihat Dinda."Apa maksud kamu, Dinda? Siapa yang jadi pelakor?" Tanya Mayang terkejut."Hahhff, Jangan Naif atau pura-pura polos begitu!" Sentak Dinda dengan tersenyum sinis."Maksud kamu?!" Tanya Mayang tidak mengerti."Tak ada!" Balas Dinda dingin yang langsung beranjak pergi.Setelah kepergian Dinda, Mayang berbicara pada dirinya sendiri, seolah-olah dia bertanya kepada sang adik."Apa maksud dari perkataan kamu itu, Dinda? Apa kamu berpikir, kalau kakak adalah pelakor di dalam rumah tanggamu," tutur Mayang sedih.💦Siang ini, Mayang kedatangan tamu. Tamu itu, merupakan sahabat lama Mayang, yang sangat jarang bertemu sekarang, Nurma namanya. Dan Mereka berteman sudah sangat lama, semenjak dari kecil.Dan, Nurma baru tahu, kalau sahabatnya ini sudah menjadi janda. Karena suami Mayang yang bernama Devandi Narendra, sudah lama meninggal akibat kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Ditambah lagi, melihat keadaan Fikry, anak lelakinya itu, makin bertambah kesedihan yang diderita sahabatnya itu.💔💔💔Setahun yang lalu, merupakan hari terkelam buat Mayang, sesudah suaminya meninggal dunia. Di mana, Fikry, anak lelakinya mengalami kecelakaan saat bermain di depan kontrakannya sendiri. Na'asnya, waktu itu, Fikry yang berumur 2 setengah tahun ditabrak oleh mobil. Yang mengakibatkan, salah satu kakinya harus diamputasi.Mayang selalu merutuki dirinya, atas apa yang menimpa putranya itu. Seandainya, kalau dia tidak teledor, untuk tidak lupa menutup pintu gerbang waktu itu. Mungkin Fikry tidak akan mengalami kecelakaan. Dan pastinya, masih bisa berjalan dan berlari hingga saat ini.Waktu itu, Fikry lagi asik bermain bola di dalam perkarangan kontrakan. Sedangkan Mayang sendiri, asik menyapu halaman. Tanpa sadar, kalau pintu gerbang belum terkunci. Dan, saat bola yang dimainkan Fikry, terlempar keluar dari perkarangan, dan menuju ke arah jalan raya, yang berada di depan kontrakan mereka. Dan dengan berlari, Fikry keluar dan mengambil bola itu dengan cepat. Tapi, tiba-tiba saja, dari arah depan, datang mobil dengan kecepatan tinggi. Sehingga menabrak tubuh kecil Fikry, kemudian mobil itu berlalu pergi melarikan diri, tanpa mau membantu bocah malang tersebut.Mendengar bunyi yang sangat keras, Mayang jadi kaget dan terkejut, melihat anaknya di luar gerbang yang sudah bersimbah darah."Fikryyyyyyyyyy!!!" BersambungMendengar dentuman yang begitu keras, Mayang langsung berbalik dan melihat ke arah jalan. Dan, betapa terkejutnya Mayang, saat melihat putranya sudah tersungkur ke tanah dengan tubuh bersimbah darah. "Fikryyyyyyyyyy!!!" Mayang berlari seperti orang kesetanan memanggil nama anak lelakinya itu. Dan, segera merangkul tubuh kecil yang sudah tak berdaya itu. Mayang meminta tolong kepada orang-orang yang ada di sekitar tempat kejadian, untuk menolong putranya. Dengan cepat mereka membawa Fikry ke rumah sakit, dengan menggunakan sepeda motor yang di bonceng oleh tetangga. Dan, Mayang menggendong tubuh mungil Fikry, yang sudah bersimbah darah, yang sudah tidak sadarkan diri.Sesampainya di rumah sakit, Mayang langsung menuju UGD untuk memeriksa keadaan anaknya. Setelah memasuki ruangan tersebut, perawat mempersilahkan Mayang untuk menunggu di luar. Sedangkan dokter dan perawat tersebut sibuk memeriksa tubuh Fikry. Saat ini, penampilan Mayang sunggung sangat memprihatinkan. Mata yang sembab
POV DindaHati dan perasaanku saat ini benar-benar hancur. Bagaimana tidak, laki-laki yang namanya, selama ini aku sebut dalam setiap doaku, sudah resmi menjadi milik orang lain. Yang lebih menyakitkan lagi adalah, dia menjadi kakak iparku sendiri. Kalian, mungkin, tidak akan tahu rasa sakitnya seperti apa? Kami sangat dekat, tetapi, tak bisa aku sentuh. Tak bisa aku raih. Apa lagi, memilikinya. Kenapa?! Kenapa kamu lebih memilih dirinya?! Kenapa kamu lebih memilih, menjadi kakak iparku?! Kenapa kamu tak memilih aku?! Kenapa?!Harusnya, aku yang ada di sampingmu! Harusnya, aku yang tersenyum bersamamu! Harusnya, aku yang bersanding bersamamu! Harusnya, aku yang menggenggam jemarimu!Harusnya, aku yang jadi istrimu! Aku!! Bukan, Dia!Tapi, kenapa kamu malah memilih kakakku?! Kenapa? Kenapa, DEVANDI NARENDRA?!Bukankah, aku yang pertama kali mengenalmu,Bukankah, aku yang pertama kali, yang berbicara kepadamu,Bukankah, aku yang pertama kali, yang menikmati senyum hangatmu,Dan,A
POV Dinda 2Saat memasuki toko kue Cempaka, mata ini disuguhi oleh beraneka ragam macam kue. Mulai dari kue tart, bolu, brownies, cake dan yang lainnya. Mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran yang besar, yang pasti harganya juga bervariasi.Bagi orang berduit, mungkin mereka tinggal ambil kue yang mana mereka inginkan, tanpa harus melihat harga. Sedangkan kami, yang hanya berekonomi rendah. Ya, harus pikir-pikir dulu, kue mana yang cocok untuk di kantong.Dan, pada saat lagi asik melihat harga brownies, yang hendak mau aku beli. Tiba-tiba saja, ada seseorang yang memanggil aku dari belakang. "Anak Ayam, kamu sedang apa di sini?"Mendengar panggilan seperti itu. Aku merasa, kalau yang memanggil aku adalah... Dan, saat aku berbalik, ternyata benar kalau dia adalah Pak Dosen jutek itu, hhmm."Eh! Pak Dosen. Ini, aku mau beli brownies, he," ucapku sambil nyengir. "Bapak sendiri lagi apa disini?" Tanyaku balik kepada Pak Devan, yang sudah berdiri di hadapanku."Ya, sama dengan kamu
FlashBackBeberapa tahun sebelumnya,Sore itu, Dinda baru saja selesai mengikuti pelajaran. Tiba-tiba henphonenya berbunyi, setelah dilihat ternyata tertulis 'my sister'. "Assalamu'alaikum. Ya kak," ucap Dinda saat menjawab telepon dari kakaknya."Apa?! Di rumah sakit mana?!" Tanya Dinda yang berteriak karena terkejut mendengar penuturan kakaknya didalam telpon, hingga air mata Dinda menetes keluar. "Iya. Iya, kak. Aku akan segera kesana secepatnya. Tunggu, aku, kak!" Tutur Dinda yang mulai panik dan langsung mematikan teleponnya."Ada apa, Din? Kok, kamu tiba-tiba menangis, setelah menerima telepon," tanya Rani sahabatnya, yang terkejut melihat Dinda yang sudah berurai air mata."Ran, tolong antar aku ke rumah sakit Sekar Asih. Kakak aku kecelakaan, Ran! Dia ditabrak mobil!" Sentak Dinda yang menangis sambil memegang tangan sahabatnya itu."Astagfirullah! Yang sabar ya, Din. Tapi, keadaan kak Mayang, tidak apa-apa kan?" Tanya Rani yang juga terkejut mendengar berita yang disampaika
Setelah kepergian dosennya itu, Dinda tersenyum-senyum sendiri. Membuat Mayang jadi penasaran. Sehingga Mayang bertanya kepada adiknya itu,"Perasaan dari tadi kakak lihat, kamu tersenyum terus menerus, Dinda? Apalagi, semenjak mengantarkan dosen kamu itu. Apa kamu menyukainya? Hhmm," tanya Mayang kepada adiknya itu."Apa'an sih kak, tidak ada, kok. Siapa, juga yang suka sama dosen killer seperti itu. Sudah killer, dingin lagi kayak kulkas dua pintu," celetuk Dinda yang mencoba menutupi perasaannya kepada kakaknya sendiri."Ah, yang benar. Tapi kok, mukanya jadi merah begitu. Hhmm," sindir Mayang, sambil menggoda adiknya itu, dengan menaik turunkan alisnya."Apa'an sih, kak. Tidak ada waktu, untuk mengurus hal begituan. Mendingan, aku mengurus kakakku yang cantik ini, biar cepat sembuh," timpal Dinda lagi, sambil memeluk tubuh Mayang.Mendapat perlakuan seperti itu dari sang adik, Mayang jadi terharu."Doain kakak ya, biar cepat sembuh. Biar kakak bisa kerja lagi. Agar kamu tidak pus
POV MayangUmurku waktu itu, baru memasuki 14 tahun. Tapi, takdir sudah memaksaku, untuk menjadi tulang punggung dan kepala keluarga. Kepergian kedua orang tuaku, membuat aku, harus dewasa diumur yang masih muda.Sebagai seorang kakak, aku harus bertanggung jawab, atas kehidupan adikku, Dinda. Dan, demi kebutuhan dan kehidupan kami berdua, aku harus mengorbankan masa kecilku untuk mencari sesuap nasi.Ya, waktu itu, aku, harus rela berhenti sekolah untuk bekerja. dikarenakan juga, tidak ada biaya. Ayah dan ibuku tidak meninggalkan harta warisan atau barang berharga, apapun. Karena, kami memang bukan dari kalangan orang berada. Tetapi, beliau masih meninggalkan sepetak rumah. Walaupun, rumah itu, sudah tak layak huni.Dan, demi memenuhi isi perut kami, akupun bekerja jadi tukang cuci piring, disalah satu warung bakso. Meski, diupahi tidak seberapa, tetapi, alhamdulilah bisa membuat kami untuk makan.Seminggu aku bekerja di warung bakso, kejadian buruk hampir mengenaiku. Malam itu, aku
Pov Mayang (2)"Kamu telah mencuri hati, saya!" Sentak Pak Arman dengan tegas."Hah?!" Ucapku syok.Aku, yang mendengar penuturan dari Pak Arman, yang begitu tiba-tiba, malah menjadi syok dan terkejut."Maksud Bapak, apa, ya? Saya kurang mengerti?" Ucapku yang tidak paham atas ucapan beliau yang begitu tiba-tiba itu."Baiklah. Saya, akan ulangi ucapan saya sekali lagi. Tapi tolong, dengarkan baik-baik. Saya, suka sama kamu, Mayang. Kamu mau, jadi kekasih, saya?" Ucap Pak Arman to the poin."Apa?! Bapak lagi bercanda sama, saya, ya?" Tanyaku lagi dengan tersenyum canggung."Apa, saya kelihatan bercanda?!" Tanya Pak Arman dengan serius melihat ke arah mata ini.Mendengar ucapan Pak Arman, aku pun menggeleng cepat, "tidak, Pak.""Saya serius, Mayang. Kalau saya, benar-benar suka sama, kamu. Dan saya, ingin mengenal kamu lebih dekat." Pak Arman yang menjelaskan maksud dari ucapannya itu."Tapi, apa Bapak tidak salah, suka sama saya? Saya, cuma wanita rendahan lho, yang menjadi bawahan da
"Tidak akan ada yang menangisi kematian saya!""Ada! Aku!"Sejenak, Mayang tersadar dari lamunannya, Mayang baru ingat, kalau dia pernah mengucapkan 'kata' seperti itu kepada Arman. Saat menolong sang manager setahun yang lalu. Padahal waktu itu, Mayang hanya refleks mengucapkan kata seperti itu. Karena melihat situasi dari diri Arman itu sendiri, yang sudah tidak ada semangat lagi. Dan, Mayang merasa, kalau Arman butuh dorongan dan kepedulian seseorang, agar semangatnya tumbuh kembali.Dan, Mayang juga berfikiran, kalau waktu itu, Sang Manager kemungkinan mempunyai masalah serius dengan keluarganya. Sehingga beliau tak mempunyai semangat untuk tetap bertahan dan lebih memilih menyerah. Sehingga Mayang menjadi iba dan kasihan. Jadi, untuk mengembalikan semangat Arman, tanpa sengaja Mayang berucap seperti itu. Sehingga, hasilnya, Arman jadi kembali berjuang untuk hidupnya lagi.Tapi siapa sangka, kepedulian dan keceplosan yang diucapkan Mayang waktu itu. Membuat Arman, malah menyuka
Suasana di meja makan tiba-tiba saja terasa panas malam ini, tubuh Dinda memanas saat Arman menyebut nama Mayang di hadapan dirinya. Meski AC sudah dari tadi hidup, tetapi tidak bisa mendinginkan hati Dinda yang mulai terbakar amarah. Sehingga membuat selera makan Dinda hilang seketika dan sendok makan yang ada di tangan wanita tersebut, diletakkan begitu saja di atas piring. Meski makanan tersebut masih tertinggal separuh.Dengan menyeruput habis air putih yang ada di dalam gelas minumnya, Dinda terlihat menahan kekesalan. Saat sang suami menyebut nama wanita lain disaat mereka makan berdua. Meskipun, itu adalah kakaknya sendiri. Apalagi, Arman juga menyarankan kepada Dinda untuk menjemput Mayang kembali untuk tinggal bersama mereka.Dinda sendiri tidak bisa memungkiri kalau dirinya merasa cemburu, saat Arman menyebut nama Mayang di bibirnya. Apalagi status mereka sekarang adalah suami istri, yang mana, Arman hanya boleh memikirkan dirinya sendiri bukan yang lain. Bohong kalau dia
Anton yang begitu mempunyai hasr4t yang begitu dalam kepada Mayang, tiba-tiba saja matanya fokus menatap ke arah bibir merah alami yang dimiliki oleh perempuan berhidung mancung tersebut. Dengan dibantu dorongan yang begitu kuat dari dalam dirinya sendiri, Anton tanpa sadar berbicara ke arah Mayang. Seakan-akan dirinya memang sedang berbicara berdua dengan perempuan yang tak sadarkan diri tersebut.Dengan makin mendekat ke arah Mayang, Anton lalu berucap di depan Mayang, yang hanya berjarak 3 langkah saja,"Bolehkah saya mencium bibir ranum kamu itu, duhai perempuan cantik? Karena bibirmu itu sangatlah menggoda saya!" Sentak Anton dengan jakunnya yang sudah naik turun.Setelah berkata seperti itu, Anton mulai mendekat ke arah Mayang. Sehingga laki-laki tersebut, berjongkok di depan Mayang sambil tetap menatap wajah wanita tersebut. Dengan cepat Anton mulai memajukan wajahnya ke arah bibir Mayang, sehingga memutus jarak di antara mereka berdua. Saat bibir Anton mulai menyentuh bibir Ma
Karena mendapatkan sebuah kabar gembira, membuat Dinda yang sedang berbicara dengan seseorang di dalam telpon, tak menyadari kalau seseorang sudah mendengar semua pembicaraan mereka."Iya, Ma. Semuanya beres. Perempuan br3ngsek itu sudah tertangkap. Mama tenang saja, aku akan membalas semua sakit hati kita. Dia harus membayar semua, atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita selama ini! Aku tidak akan melepaskannya begitu saja, karena dia harus menderita! Seperti apa yang sudah diperbuat oleh orang tuanya dulu." Dinda yang tersenyum senang berbicara dengan seseorang yang dipanggil dengan sebutan mama.Tanpa dirinya sadari, di balik dinding, seseorang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras mendengar ucapannya."Kurang 4jar! Jadi kamu yang sudah menipu dan menculik Mayang, Dinda! Tak disangka, kamu benar-benar wanita ular berhati kejam. Apa kata kamu tadi, Mama? Orang tuanya? Apa maksud dari perkataan kamu itu? Sebenarnya rahasia apa yang terjadi dalam hubungan keluarga kalian?" Bisi
"Br3ngsek! Ternyata mereka menemukan keberadaan Mayang. Kenapa aku begitu bodoh dan teledor seperti ini! Gara-gara kebodohan aku, mereka akhirnya menemukan keberadaan mereka. Dan sekarang, mereka juga membawa Mayang pergi entah kemana.Harusnya tadi, aku tak melanjutkan ke sana untuk menemui Mayang dan Fikry. Sehingga kejadian ini tidak akan terjadi." Arman yang menyesali perbuatannya yang berujung dengan penculikan Mayang."Kenapa kamu percaya sekali dengan ucapan mereka, May. Aku harus mencari kemana kamu sekarang," lirih Arman dengan sedikit frustasi. "Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk menemukan kamu sampai kapanpun. Aku akan mencari kamu sampai ketemu, Mayang. Tidak akan aku biarkan kamu disakiti oleh mereka. Awas saja, kalau sampai kamu terluka sedikitpun, aku tidak akan melepaskan orang-orang yang telah menyakiti kamu. Termasuk dengan adik kamu sendiri, Dinda!" Arman yang terlihat sangat marah dan emosi setelah dirinya menyuruh seluruh anak buahnya untuk menca
"Terus, apa sebenarnya yang kamu pikirkan, May?" Tanya Sari lagi, karena dirinya menjadi penasaran.Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Mayang mendesah pelan."Sebenarnya, aku memikirkan ucapan Arman tadi siang, ia mengatakan kepadaku kalau orang yang ingin mencelakai kami itu adalah Dinda." Mayang yang mencoba menjawab pertanyaan Sari. Mendengar jawaban Mayang, Sari tampak terkejut."Apa?! Benarkah, May? Kok bisa Pak Arman mengatakan, kalau Dinda, adik kamu sendiri yang ingin mencelakai kalian?" Balas Sari dengan terkejut."Aku juga tidak tahu, kenapa Arman malah menuduh Dinda pelakunya," tutur Mayang bingung."Kalau begitu, pasti ada alasan yang kuat, kenapa Pak Arman menuduh Dinda pelakunya. Mungkin juga Pak Arman mengetahui sesuatu tentang adik kamu itu, secara kan mereka suami istri. Siapa tahu, tanpa sengaja, Pak Arman pernah memergoki atau mendengar Dinda berbicara kepada seseorang untuk mencelakai kamu, mungkin. Makanya, Pak Arman sekarang, mewanti-wanti dan melarang kamu unt
Setelah kepergian Arman, Mayang duduk termenung di sofa ruang tamu. Dia mendesah pelan, mengingat ucapan yang dilontarkan oleh Arman tentang adiknya, Dinda. Dia sempat berpikir, apakah yang diucapkan Arman tadi, adalah kebenaran. Kalau orang yang ingin melenyapkan dirinya dan Fikry adalah adiknya sendiri, yaitu Dinda. Disaat hati dan pikiran Mayang mulai saling bertentang, dengan cepat Mayang menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak! Tidak mungkin, Dinda tega melakukan hal itu. Dinda itu, adik aku. Dia sayang dengan aku, karena aku adalah kakaknya. Kami itu saudara, mana mungkin, Dinda mau melenyapkan kami. Aku tahu, kalau selama ini, Dinda sangat menyayangi aku dan Fikry. Meski, beberapa tahun terakhir, Dinda sedikit cuek dan kasar. Aku yakin, kalau di hatinya masih ada cinta dan sayang untuk aku dan Fikry. Karena, bagaimanapun, kami adalah saudara. Kami satu keluarga. Didalam kekeluargaan, wajar kalau ada pertengkaran dan perseteruan kecil. Justru, karena adanya konflik didalam sebu
"Ada apa, May? Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Arman kepada Mayang, yang saat ini mereka sama-sama duduk di teras belakang rumah, sambil melihat Fikry yang asik bermain kembali. Sementara Sari, sahabat dari Mayang itu, sengaja tak mau keluar untuk bergabung dengan mereka. Karena Sari sadar diri, untuk membiarkan mereka lebih leluasa berbicara. Karena Sari sendiri, tidak mau ikut campur dengan hubungan mereka."Saya hanya penasaran saja, siapa sebenarnya orang yang ingin mencelakakan saya dan Fikry? Selama ini, saya merasa tidak mempunyai musuh pada siapapun. Siapakah gerangan yang begitu membenci kami, sehingga menginginkan kematian saya dan Fikry?" Tanya Mayang dengan mata menerawang ke arah depan. Tiba-tiba saja, Mayang mengingat kejadian kemarin malam. Saat dirinya dan Fikry melintasi jalan raya, tiba-tiba saja datang mobil dengan kecepatan tinggi, ingin menabrak mereka. Beruntung, dengan sangat cepat, Arman menolongnya tepat waktu. Sehingga kejadian naas itu, tidak terjadi.Mende
"Hanya untuk ditinggali, bukan pemilik!" Tegas Mayang kepada Arman.Membuat Arman mendesah mendengarnya. "Terserah saja, apa namanya. Yang jelas, rumah ini sudah ada yang menempati," tutur Arman lagi, yang tak mau memperpanjang perdebatan dengan Mayang."Oh, ya Sari mana?" Tanya Arman kepada Mayang."Sari sedang berada di dapur, dia sedang membersihkan area dapur. Karena tadi kami sengaja membagi tugas untuk membersihkan rumah ini. Sari yang bertugas membersihkan area dapur, saya yang membersihkan area depan ini," tutur Mayang."Kalau begitu, saya ke dapur dulu, untuk memindahkan semua makanan ini, sekalian membuatkan minum untuk kamu," ucap Mayang yang hendak beranjak ke dalam."Buat yang seperti biasa, ya, May," terang Arman seketika."Teh hangat dengan sedikit gula, karena kamu tak suka manis," sentak Mayang seketika."Bukannya tak suka manis, May. Tapi, manisnya akan terasa saat meminumnya lihatin kamu, hhmm," goda Arman dengan menyunggingkan senyum manis ke arah Mayang.Membuat pi
Saat ini, Arman sudah berada di jalan. Lelaki tersebut hendak menemui Mayang dan Fikry di tempat tinggal barunya. 20 menit lagi, dia akan sampai. Tetapi, saat ingin membeli oleh-oleh untuk mereka, tanpa sengaja Arman melihat ke arah kaca spion. Tiba-tiba saja, Arman mengumpat dengan sangat kesal."Br3ngsek! Ternyata mereka masih membuntuti aku!" Sentak Arman dengan sangat emosi."Ternyata, dari tadi mereka mengikuti mobilku. Ku kira mereka sudah pergi, tapi ternyata...," ucap Arman dengan menggeletupkan giginya menahan amarah."Ternyata, kalian mau main-main denganku, rupanya! Baiklah, kalau begitu!" Sentak Arman dengan menyeringai.Dengan menambah kecepatan mobilnya, Arman melaju kencang membelah jalan beraspal tersebut. Membuat pengendara mobil hitam yang membuntutinya menjadi terkejut dan ikut menambah kecepatan mobilnya, agar tak kehilangan jejak.Arman yang mencoba nyelipkan mobilnya dengan kendaraan lain, membuat orang yang berada di mobil warna hitam tersebut kewalahan.Apalag