Jay kemudian pergi meninggalkan mereka yang masih berada di sana. Saat ini, dirinya terlihat sedang terburu-buru dan kemudian Theresia bersama dengan Alice kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke kelas. Mereka kemudian memasuki kelas dan duduk bersebelahan. Tidak lama setelahnya, kelas pun di mulai. Kali ini di tempatnya Rona. Dirinya sedang berada di sebuah restoran bersama dengan temannya itu dan mereka mulai membicarakan sesuatu. Rona yang selama ini tertarik kepada Marchell akhirnya dirinya mendapatkan sebuah jawaban yang membuatnya merasakan perasaan yang sama dengan cuaca hari ini. Temannya itu kemudian bertanya kepadanya mengenai apa yang terjadi dan tentu saja dengan suka rela Rona mengatakannya. Di hari itu, ketika dirinya setelah selesai melaksanakan kelas pagi dan rupanya dirinya bertemu dengan Marchell. Rona merasa itu seperti sebuah takdir di mana mereka berdua saling bertemu secara tidak sengaja di sebuah cafe. Rona yang sedang memesan kopi itu kemudian dia melihat
Mereka berdua kemudian berangkat menuju suatu tempat yang tidak lain adalah tempat makan baru yang selama ini menjadi destinasi orang-orang. Di sana mereka berdua sedang mengobrol dan terus membicarakan banyak hal. Rona kemudian mulai kepikiran akan perasaannya itu. dan tidak lama setelahnya, rupanya Adeline menyadari akan apa yang di rasakan olehnya itu. dia kemudian mengatakan sesuatu kepadanya dan mereka berdua terlihat mengobrol lagi.“Apa terjadi sesuatu?” tanya Adeline kepada Rona“Tidak. Bukan apa-apa.”“Jika ada masalah certitakan saja. Kau tidak seharunya menyimpan semua itu sendirian.”“Kau benar. tapi ini sungguh aku tidak apa-apa.”“Baiklah. Jika itu mau mu.”Pembicaraan mereka terus berlanjut dan mulai membicarakan hobi mereka yang ternyata bertolak belakang. Tidak lama setelahnya, mereka kemudian pulang ke rumahnya masing-masing. Saat ini, Adeline merasakan ada sesuatu
“Kau sudah mulai merasa baikan?” tanya Alice kepadanya.“Ah, iya. Terimakasih tisuenya. Kau baik sekali.”“Tidak usah di pikirkan. Ngomong-ngomong, apa terjadi sesuatu?”“Tidak. Bukan apa-apa.”“Sungguh?”“Iya. Aku baik-baik saja. Ini hanya kemasukan debu saja. Oh iya, apa yang kau lakukan di sini?”“Aku sedang mencari udara segar.”“Oh, begitu rupanya.”“Kau kan Rona?”“Benar. itu namaku. Dan lagi aku sering mendengar semua hal tentangmu dari orang-orang.”“Benarkah?”“Tentu saja. Mereka tidak habis pikir selalu membicarakanmu. Apa pun itu dan tentunya sangat mengganggu sekali. kenapa kau hanya diam saja?”“Aku tidak peduli. Semua yang mereka katakan tentangku, aku sama sekali tidak peduli.”“Bagaimana mungkin? Apa kau sama sekali ti
“Bagaimana interviewnya? Apa berjalan lancar?” tanya Grace kepada Alice dengan wajah penasaran.“Iya. Interviewnya berjalan dengan lancar. Aku hanya tinggal menunggu jawabannya di email.”“Baguslah. Sekarang kau punya kesibukan yang baru. Aku jadi ikut senang.”“Terimakasih. Oh iya, aku juga ingin menanyakan sesuatu kepadamu.”“Iya? Tanyakan saja.”“Bagaimana dengan liburan musim panas nanti? Apa kau ada libur?”“Oh, tentu saja. Aku ada libur selama tiga hari. Jadi kita bisa berkemah dalam kurun waktu itu.”“Syukurlah.”“Bagaimana denganmu?”“Aku juga kebetulan sedang tidak ada jadwal. Dan untuk kerja di toko itu ku rasa masih harus menunggu email konfirmasi kira-kira lumayan lama itu yang di katakan salah satu penjaga toko kepadaku sebagai pengalamannya dulu ketika dia juga masih melamar menjadi pekerja paru
“Alice,” ucap Marchell“Iya? Ada apa? kenapa kau berlarian seperti terburu-buru?”“Ah, sebenarnya... ada yang ingin ku katakan.”“Apa?”“Mungkin ini terdengar mengerikan. Tapi, aku sudah memikirkan ini cukup lama.”“Apa yang akan kau katakan itu?” ucap Alice yang terdengar datar itu.“Kau tahu? Kalau kita pernah bertemu sebelumnya secara tidak sengaja di toko buku? Saat itu kita masih sekolah menengah. Apa kau mengingatnya?”“Ah, aku ingat. Dan tidak ku sangka ternyata akau bisa bertemu lagi denganmu di kampus. apakah ini kebetulan?”“Entahlah. Tapi, saat itu aku....”‘Entah kenapa rasanya aku tidak ingin mendengarnya. Ucapannya selanjutnya entah kenapa perasaanku mengatakan sesuatu akan memjadi bencana,’ batin Alice“Kau akan bilang apa? ini sudah sore. Aku harus segera kembali.”
‘Sial. Apa-apaan ini?’ batin MarchellPenolakan yang ada dalam dirinya itu kemudian muncul secara perlahan dan mulai membantah perasaannya yang sebenarnya. Dia kemudian mencoba untuk tetap tenang walau ternyata itu menyiksanya. Hari demi hari membuatnya merasa nyaris gila dan dia akhirnya mengakuinya. Semakin lama semakin kuat hingga membuatnya seakan berada di ujung jalan penetuan. Marchell mulai menerima apa yang terjadi kepadanya dan dia dengan santai mencoba untuk menyembunyikannya dari orang lain. semakin lama dirinya menyembunyikan hal tersebut dan kemudian dia mulai menyadari akan sesuatu semenjak dia berpapasan dengan orang itu. dia tidak menyangkan bahwa orang itu akan kembali ke kota ini secepat itu.“Ah, sial. Aku bisa gila,” gumam Marchell“Apa yang kau bicarakan?” tanya temannya yang baru saja mendengar ucapannya secara tidak sengaja dan membuatnya terkejut.“Astaga. Mengagetkanku saja.”
Mereka berdua terdiam dan di saat yang bersamaan, rupanya Grace harus kembali bekerja. Dia kemudian pergi dari hadapan mereka berdua dan mulai kembali melanjutkan pekerjaannya itu. Alice yang kemudian melihat ke arah Theresia yang terlihat terkejut itu dan mereka berdua dengan terpaksa harus kembali melanjutkan pengerjaan proyeknya itu hingga mendekati selesai. Mereka berdua terlihat sibuk dan akhrnya pekerjaan mereka sudah mulai selesai. Alice menghembuskan nafasnya dan kemudian meregangkan tangannya karena semua tugasnya itu telah selesai, sekarang dia mencoba untuk beristirahat sebentar sambil menunggu bagian Theresia juga sudah mulai selesai. Dan sekarang mereka berdua terlihat bersantai.“Ini sungguh di luar dugaan,” ucap Alice“Apa aku tidak salah dengar? Kenapa mereka sebegitunya ingin menghancurkannya?” gerutu Theresia“Aku juga tidak mengerti dengan pola pikir mereka yang sedangkal itu.”“Oh iya, apa dia
Alice dan Theresia kemudian pulang dari cafe tersebut dan sekarang mereka sedang menuju ke rumahnya masing-masing. Di dalam perjalanan, Alice kemudian merasakan sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman dan dia terus menerus memperlihatkan wajah yang sedang merasa risih. Beberapa saat kemudian, dia sudah sampai di rumahnya dan sekarang sedang menuju ke kamarnya. Saat ini, Antoni juga kebetulan sudah pulang dan dia sedang duduk di sofa sambil menonton film. Di saat yang bersamaan, Antoni kemudian menanyakan sesuatu kepadanya yang baru saja pulang itu. “Alice. Apa kerabat yang lain menghubungimu?” “Apa? tidak.” “Jangan berbohong, apa mereka sungguh menghubungimu juga?” Alice kemdian teringat akan saat itu, di mana orang itu terus menghubunginya namun dia tidak pernah sekali pun meresponnya dan langsung mematikan ponselnya. Dengan tatapan yang terlihat meyakinkan, dia kemudian mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Antoni dan dia langsung menden
Hari ini, situasi di luar sana terlihat sedang tidak baik-baik saja. Mereka yang sudah mengetahui beberapa informasi yang saat ini hanya sebatas kabar burung saja. Alice kemudian bangun dari tidurnya dan berusaha untuk mengecek jam. Dia melihat hari sudah pagi namun dia masih baru bangun dari tidurnya. Semalam dia tidak bisa tidur karena harus mengerjakan beberapa proyeknya yang saat ini sedang dalam tahap penyelesaian untuk di serahkan kepada professor. Dia dengan perlahan bergerak ke kamar mandi hingga selama 30 menit lamanya di dalam sana, dia kemudian keluar dan akan bersiap untuk kegiatan pagi ini yang terbilang sibuk sekali baginya. Alice sudah harus duduk di depan monitor dan melakukan pekerjaannya itu lagi. Tidak lama setelahnya, dia mengingat bahwa minggu ini adalah awal musim panas sehingga membuatnya merasa terbebani karena harus dengan cepat menyelesaikan ini semua. Alice memulainya dan sekarang dia sedang fokus sekali mengerjakan proyeknya itu. Semua datanya sudah terku