“Aku juga tidak ingin terus terjerat dalam kerja sama dengan pria gila itu, Kak. Tapi aku harus bersabar demi mendapatkan bukti yang aku inginkan,” ujar Regita memberitahu alasan sebenarnya dia terus menuruti keinginan Recky.Dia berbicara berdua dengan Leonardo di kamar mayat. Dia merasa itu adalah satu-satunya tempat di rumah sakit yang cukup aman untuk mengobrol sebab apa yang dia bicarakan adalah sebuah rahasia besar. Dia meminta Seravina menunggu di luar ruangan dan memastikan tidak ada yang datang. Regita sangat berhati-hati karena dia tahu Recky seringkali menyuruh orang untuk mengawasinya.Regita pun menjelaskan pada Leonardo bahwa sebenarnya dia tidak hanya memikirkan keselamatan Marvin dari ancaman Recky. Dia juga menyimpan rencana sendiri untuk membalikkan kondisi. Namun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, dia harus tetap berada di sisi Recky dan dipercaya oleh pria itu.“Bukti apa yang kau maksud?” tanya Leonardo tak mengerti saat Regita mengungkit tentang bukti.“Buk
Regita merasa miris setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Susan. Gadis itu tidak pernah ingin terjerumus dalam kehidupan Recky. Tapi sayangnya Recky sudah merusak masa depan Susan dengan merenggut kehormatannya secara paksa. Sejak saat itu pula Susan harus selalu tunduk padanya.“Kau adalah korban. Harusnya kau angkat bicara agar Recky mendapatkan balasannya. Kenapa kau justru mau diperbudak oleh nafsu pria bejat itu?” tanya Regita tak habis pikir setelah mendengar cerita Susan.Gadis itu akhirnya mau terbuka pada Regita. Dia mengakui bahwa dirinya dan Recky sudah melakukan hubungan itu berkali-kali. Dia harus datang dan mau disetubuhi saat Recky menginginkannya.“Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Recky begitu licik. Dia merekam aktivitas renjang yang kami lakukan tanpa sepengetahuanku. Dia mengancamku akan menyebarkan video asusila itu jika aku tidak menurutinya. Coba bayangkan apa yang akan terjadi padaku jika sampai hal itu terjadi? Hidupku akan hancur. Semua orang akan
“Brengsek kau, Marvin!” ujar Leonardo disertai satu pukulan mengenai wajah Marvin hingga hidung pria itu berdarah.“Tega-teganya kau melaporkan adikku ke polisi,” imbuh Leonardo dengan emosi. Dia tidak menyangka bahwa Marvin akan membawa orang untuk meringkus adiknya. Sekarang Regita sudah dibawa oleh dua pria berseragam polisi itu dan Leonardo tidak bisa melakukan apa pun untuk mencegahnya.“Regita memang layak mendapatkan hal itu setelah kejahatan yang dia lakukan padaku,” balas Marvin sembari mengusap darah di hidungnya.“Regita memang bersalah. Tapi kau begitu tega menahannya saat dia sedang mengandung anakmu sendiri. Kau benar-benar pria tidak punya hati,” kata Leonardo.“Aku hanya menegakkan keadilan,” balas Marvin dengan santainya. Dia bahkan tidak berniat untuk membalas pukulan Leonardo.“Persetan dengan keadilan! Sialan kau, Marvin. Lihat saja, aku pasti akan membebaskan adikku kembali,” kata Leonardo kemudian keluar dari ruangan itu begitu saja.Setibanya di depan pintu, dia
“Aku sudah menyebar teman-teman untuk mencari Regita. Kami sudah mengecek ke kantor polisi dan memeriksa semua tahanan di sana. Tapi Regita tidak ada di antara mereka.”“Apa? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?”Leonardo kebingungan saat mendapat laporan dari Joe, orang yang dia tugaskan untuk mencari keberadaan sang adik. Laporan dari Joe membuat Leonardo sangat heran. Dia tahu benar setiap orang yang ditangkap karena suatu kasus akan ditahan di sana untuk sementara waktu. Tapi ada yang aneh dengan apa yang terjadi pada Regita.Akhirnya Leonardo memutuskan untuk turun tangan sendiri. Dia langsung pergi ke kantor polisi. Sesampainya di sana, dia bertanya pada pihak kepolisian yang sedang bertugas. Anehnya lagi, mereka mengatakan tidak melakukan penangkapan apa pun di hari itu.“Jangan mencoba untuk mempermainkan saya, Pak. Anda tahu betul siapa saya ‘kan? Saya bisa mencopot jabatan anda sekarang juga kalau saya mau,” ujar Leonardo mengancam dengan kekuasaannya. Dia punya banyak relasi
“Jangan mencoba untuk membohongiku atau kau akan tahu akibatnya,” ancam Leonardo dengan nada serius. Dia masih berpikir bahwa Recky hanya sedang mengelak.“Aku tidak tahu di mana keberadaan adikmu,” tegas Recky dengan jawaban yang sama.Leonardo yang kehilangan kesabaran akhirnya memberi kode panggilan pada para polisi yang dia bawa. Recky tampak terkejut saat melihat para petugas itu. Dia masih belum mengerti kenapa para polisi itu mengepungnya.“Sialan! Kau pikir kau bisa menangkapku dengan membawa mereka?” ujar Recky dengan nada menantang. Leonardo hanya tersenyum sinis karena dia bisa membaca ekspresi getir yang berusaha Recky sembunyikan.“Kalian tidak bisa menangkap seseorang tanpa alasan. Bahkan hanya dengan tuduhan penculikan yang tak berdasarkan bukti,” kata Recky masih merasa tenang. Dia belum mengerti karena permasalahan apa dia akan ditangkap. Dia masih berpikir Leonardo melaporkannya atas tuduhan penculikan terhadap Regita.“Kata siapa mereka tidak punya bukti? Kau akan d
Situasi berubah menjadi panik karena penyerangan tidak terduga yang Recky lakukan tiba-tiba. Regita yang tidak sempat menghindar juga membuat tusukan Recky tepat mengenai dada kirinya. Bahkan Marvin yang berada di samping Regita juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia langsung menangkap tubuh Regita yang ambruk.“Kurang ajar!” umpat Leonardo emosi melihat adiknya dilukai.Tanpa pikir panjang, Leonardo pun mengeluarkan sebuah pistol dan melepas satu tembakan ke arah Recky yang digiring polisi. Tembakan itu mengenai paha kanan Recky hingga pria itu tak bisa berjalan. Meski begitu polisi tetap membawanya untuk diamankan.Perhatian mereka kemudian teralih pada Regita. Perempuan terbaring lemas di pangkuan Marvin. Regita masih sadar tapi lukanya terus mengeluarkan banyak darah. Marvin kebingungan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menutup luka itu sementara dan menghentikan pendarahan. Tapi sayangnya mereka tidak menemukan apa pun di sana.“Bertahanlah, Regita” ujar Marvin penuh kecema
“Kau? Marvin?”Regita begitu terkejut melihat sosok yang datang ke kamar hotel tempat dia disembunyikan ternyata adalah Marvin. Regita tidak menyangka Marvin akan melakukan hal itu. Dia berpikir Marvin pasti ingin balas dendam atas penembakan yang sudah Regita lakukan saat di hotel.“Jadi kau yang sengaja menyuruh para polisi gadungan ini untuk menyamar dan menculikku?” ujar Regita.“Tentu saja. Kau lupa siapa aku? Bukan hanya kau yang bisa menipu orang lain. Aku pun sama,” balas Marvin. “Lantas apa yang kau inginkan setelah menangkapku seperti ini? Kau ingin balas dendam? Kau ingin menghabisiku karena aku sudah berani membuat nyawamu terancam, begitu?” kata Regita dengan nada menantang.“Tidak, Regita. Menghabisi adalah hukuman yang terlalu mudah,” bantah Marvin.“Lalu apa maumu?”“Aku berbaik hati untuk memberimu dua pilihan. Akuilah bahwa kau mencintaiku atau kau memilih mati.”“Apa?”Regita terkejut mendengar pilihan yang diutarakan Marvin. Baginya itu terlalu tidak masuk akal.
“Apa maksud dokter berkata seperti itu? Apa tidak bisa diselamatkan dua-duanya?” tanya Leonardo memastikan. Dia tidak tega melihat Marvin yang sudah terdiam dengan ekspresi tak berdaya.“Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Pak. Tapi kami hanya punya opsi untuk menyelamatkan salah satu saja. Antara ibu atau anaknya. Kami membutuhkan persetujuan dari pihak keluarga untuk melakukan tindakan selanjutnya. Silahkan dirundingkan denga baik dan segera sampaikan hasil keputusannya pada kami. Kami juga tidak bisa menunda terlalu lama karena keselamatan pasien benar-benar dipertaruhkan,” ucap dokter itu kemudian pergi meninggalkan Marvin dan Leonardo. Mereka diberi kesempatan untuk berpikir secara matang dengan memperhitungkan segala konsekuensinya.Baik Marvin maupun Leonardo sama-sama merasa berada dalam situasi pelik. Kedua pilihan yang diajukan dokter sama beratnya. Mereka tidak ingin kehilangan keduanya.Marvin terduduk lesu di kursi tunggu. Dia benar-benar tidak menyangka akan ada satu